Ilmuwan VinFuture Ungkap Kecerdasan AI Belum Setara dengan Manusia

1 month ago 17

Jakarta, CNBC Indonesia - Director Artificial Intelligence Yann LeCun menjelaskan visinya tentang masa depan kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI), dalam seminar bertajuk "AI Implementation in Reality" pada Pekan Sains dan Teknologi VinFuture 2024.

LeCun, salah satu sosok pencipta dasar-dasar AI modern, membahas strategi untuk mengembangkan sistem AI yang suatu hari nanti dapat menyamai kecerdasan manusia.

Tidak hanya manusia, Yann LeCun juga menganggap AI belum sepintar kucing. Pernyataan tersebut pertama kali muncul dalam perdebatan dengan Elon Musk yang memproyeksikan AI akan melampaui kecerdasan manusia dalam lima tahun.

Meski mengakui kemajuan besar AI dalam beberapa tahun mendatang, LeCun menegaskan bahwa kecerdasan setara manusia masih belum tercapai. Sistem AI yang ada saat ini tidak memiliki kemampuan penalaran dan pemahaman sebagai komponen utama dari kognisi manusia.

LeCun menunjukkan, kemampuan model bahasa besar (LLM) masih terbatas pada prediksi teks dan belum mampu memprediksi informasi visual dengan akurat. Sebagai contoh, ia menyebutkan kasus di mana AI gagal memprediksi frame berikutnya saat diberikan video. Kekurangan ini disebabkan oleh kurangnya pemahaman menyeluruh AI tentang dunia dan cara kerjanya.

Melihat keterbatasan ini, LeCun dan timnya di Meta telah memulai upaya untuk mengembangkan sistem AI yang mampu memahami cara kerja dunia.

Ketimbang meminta AI untuk memprediksi gambar berikutnya hanya berdasarkan frame sebelumnya, LeCun menyarankan mengajarkan AI untuk menganalisis tindakan dan proses yang mendasari urutan tersebut. Pendekatan ini mengharuskan AI mempelajari bagaimana objek dan peristiwa berinteraksi secara logis dan konsisten, sehingga meniru penalaran dan pemahaman manusia.

Lantas, LeCun membandingkan AI dengan bayi manusia. Sebagaimana bayi yang baru lahir mengembangkan pemahaman mendalam tentang dunia melalui pengamatan dalam beberapa bulan pertama kehidupan, AI juga mampu memperoleh pandangan dunia yang komprehensif dengan belajar dari data visual.

Dengan melatih AI untuk mengamati dan bernalar, LeCun percaya bahwa kecerdasan setara manusia dapat tercapai oleh AI. Namun, LeCun juga menenangkan kekhawatiran tentang AI yang melampaui kecerdasan manusia dan berpotensi mendominasi dunia.

"Tidak perlu khawatir. Jika AI menjadi sepintar manusia, itu adalah perkembangan yang positif," ujar dia dalam keterangan resminya, ditulis Jumat (6/12/2024).

LeCun berpendapat, basis pengetahuan manusia saat ini sangat luas, sehingga akan memakan waktu ribuan tahun bagi individu untuk sepenuhnya menyerapnya, bahkan jika mereka menghabiskan 12 jam sehari untuk membaca.

AI pun diyakini dapat berfungsi sebagai asisten berharga dengan tujuan membantu manusia mengakses dan memanfaatkan pengetahuan ini dengan efisien tanpa memerlukan pembelajaran pribadi yang ekstensif.

Lebih jauh, para pembicara dalam diskusi yang diselenggarakan oleh VinFuture Foundation sepakat bahwa hambatan utama pengembangan AI dalam dunia nyata adalah sentimen manusia. Sebagian orang melihat potensi besar AI, namun yang lain khawatir tentang hilangnya pekerjaan manusia.

Dengan nada humor, LeCun mengatakan, di satu sisi masyarakat melihat banyak keuntungan dari AI. Di sisi lain muncul kekhawatiran terkait ancaman manusia digantikan oleh AI dalam beberapa tahun mendatang.

"Masalah bagi peneliti AI seperti kami adalah ada banyak pendapat yang bertentangan, dan kami harus melihat mana yang akan menang," imbuh dia.

Sementara itu, Do Ngoc Minh, ilmuwan yang berafiliasi dengan University of Illinois di Urbana-Champaign (UIUC) dan VinUni University menekankan peran AI yang tak terbantahkan dan sering kali kontroversial dalam merevolusi bidang seperti kedokteran dan pendidikan. Dia menyoroti kontribusi AI pada terobosan besar, seperti memungkinkan laboratorium medis mempelajari sel kanker dalam skala industri.

Sampel sel kanker yang diambil dari tubuh pasien dikembangkan dalam lingkungan 3D, sehingga memungkinkan pengamatan, pemantauan, dan pengembangan ribuan sampel dilakukan secara bersamaan. Teknik canggih ini memungkinkan dokter menganalisa dan memprediksi pola pertumbuhan tumor, sehingga menghasilkan keputusan pengobatan yang lebih tepat.

Contoh lain adalah dalam bidang rehabilitasi. Dengan memodelkan sistem muskuloskeletal pasien, AI dapat mensimulasikan cara sistem tersebut berfungsi. Teknologi ini sangat bermanfaat bagi pasien pasca-stroke atau operasi. Dalam hal ini, dokter dapat mengamati pergerakan sistem setelah cedera, memungkinkan mereka mengembangkan rencana pemulihan yang lebih efektif.

Bui Hai Hung, CEO VinAI, Vietnam, menyoroti tantangan lain yang signifikan yaitu privasi. Kekhawatiran pengguna tentang privasi data seringkali menghambat adopsi AI. Oleh karena itu, pengembangan teknik perlindungan privasi yang canggih harus berjalan paralel dengan kemajuan AI.

VinAI pun secara aktif menangani masalah ini. Tim peneliti Bui Hai Hung sedang mengembangkan aplikasi bernama MiE yang dirancang untuk berfungsi sebagai "penyimpanan memori" pribadi.

Dipasang pada ponsel pengguna, MiE dapat mencari dan menafsirkan gambar, teks, email, dan tautan, sekaligus memberikan informasi relevan tanpa perlu memilah data secara manual. Hal yang terpenting adalah MiE tidak mengekspor data pengguna, sehingga memastikan semua informasi tetap tersimpan dengan aman di perangkat.

Leslie Gabriel Valiant dari Harvard University, seorang ilmuwan komputer terkenal yang sering disebut sebagai "bapak teori pembelajaran mesin" turut memperingatkan agar orang-orang tidak terburu-buru mendelegasikan tugas, bahkan yang tampak sederhana seperti mengoperasikan mesin atau mengemudi kepada AI. Pada dasarnya, AI harus digunakan sebagai alat untuk meningkatkan kemampuan manusia, bukan sebagai agen otonom.

"AI seharusnya hanya digunakan sebagai aplikasi perantara untuk membantu manusia melakukan tugas dengan lebih baik. AI meningkatkan kapasitas kita di berbagai bidang, dan itu adalah tujuan yang paling penting," jelas Leslie.


(rah/rah)

Saksikan video di bawah ini:

Video: VinFast "Bayi Ajaib" Otomotif Dari ASEAN

Next Article Pabrik Mobil Vietnam Bakal Bangun Pabrik di Purwakarta

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|