Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah Malaysia menargetkan produksi bahan bakar pesawat, yakni avtur, yang dicampur dengan minyak sawit mulai 2027. Malaysia mengajak Indonesia untuk sama-sama berinvestasi memproduksi dan menggunakan bahan bakar penerbangan berkelanjutan atau sustainable aviation fuel (SAF) itu.
Hal ini disampaikan langsung oleh Menteri Perindustrian dan Komoditas Malaysia, Johari Abdul Ghani saat mengadakan pertemuan dengan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam agenda 12th Ministerial Meeting of Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC) di Jakarta, Jumat (29/11/2024).
"Malaysia melihat ini sebagai salah satu peluang investasi. Dan saya yakin Indonesia juga dapat mengambil peluang ini sebagai salah satu kegiatan ekonomi potensial baru di masa depan," kata Johari.
Johari mengungkapkan saat ini baru dua perusahaan di Malaysia yang berkomtimen memproduksi avtur campuran minyak kelapa sawit. Salah satunya ialah perusahaan swasta dengan kapasitas produksi 350.000 ton, dan satu nya lagi Petronas yang berencana untuk membangun pabrik berkapasitas 650.000 metrik ton SAF.
Oleh sebab itu, Johari mengajak Indonesia untuk sama-sama berkolaborasi memproduksi SAF ke depan. Sebab, kedua negara ini merupakan negara produsen utama sawit dunia dan menjadi negara pendiri CPOPC.
"Dan saya ingin menyambut investor Indonesia untuk berkolaborasi dengan Malaysia. Bagaimana kita memulai SAF ini sebagai dua negara yang ingin menjadi salah satu pemasok bahan bakar penerbangan berkelanjutan terbesar di dunia," ucap Johari.
"Dan ini adalah peluang karena kita memiliki banyak sumber daya di sini yang dapat kita produksi SAF," tegasnya.
Meski begitu, Johari menekankan, Malaysia belum memutuskan persentase campuran avtur dengan minyak sawit secara resmi. Keputusan untuk campuran avtur dengan minyak sawit yang akan digunakan di pesawat model jet katanya masih dalam proses pembahasan.
"Jadi mandatnya belum diputuskan. Apakah Anda ingin menggunakan 1% atau 2% SAF dalam bahan bakar jet apa pun, ini adalah sesuatu yang belum kami putuskan. Ini masih dalam proses.
Merespons itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan pemerintah memang telah menerima penawaran itu dari pemerintah Malaysia, dan berencana membangun fasilitas produksi di Riau.
Namun, sebelum itu, ia mengatakan, harus ada kejelasan hasil uji coba yang menunjukkan keberhasilan penggunaan avtur campuran minyak sawit apakah 1% atau 2%. "Jadi saya pikir kita akan melihat bagaimana implementasinya, apakah 1% atau 2% yang akan digunakan untuk SAF," ungkapnya.
Yang jelas, saat ini pemerintah Indonesia kata dia akan sangat berhati-hati memproduksi avtur campuran sawit. Sebab, untuk mengantisipasi derasnya kampanye negatif di global terhadap pemanfaatan produk minyak sawit.
"Kita harus berhati-hati karena kampanye di luar. Mereka tidak mengakui CPO. Karena sebagian besar penerbangan adalah penerbangan keluar, jadi penerbangan internasional. Jadi saya pikir kita, CPOPC harus berkampanye tentang SAF juga, berdasarkan minyak kelapa sawit," ujar Airlangga.
(arj/haa)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Menko Airlangga Beberkan Program Quick Win Sektor Ekonomi
Next Article Sosok Raja Baru Malaysia, Miliarder dan Pengendara Moge