Jakarta, CNBC Indonesia - Situasi masih terus memanas di Timur Tengah. Hal ini dipicu serangan Israel ke wilayah Gaza, Palestina, yang akhirnya pekan ini secara besar-besaran meluas ke wilayah Lebanon, dan yang terbaru, Suriah.
Eskalasi ini dipicu oleh serangan milisi penguasa Gaza Palestina, Hamas, ke Israel pada 7 Oktober 2023 lalu, yang memancing serangan balasan membabi buta dari Negeri Zionis.
Perang tersebut akhirnya menyeret beberapa milisi, seperti Hizbullah di Lebanon dan Houthi di Yaman, terlibat langsung untuk memberikan bantuan kepada Hamas. Hal ini pun membuat Israel untuk ikut menyerang kedua kelompok itu.
Berikut perkembangan terbarunya sebagaimana dikutip dari sejumlah sumber oleh CNBC Indonesia, Selasa (5/11/2024):
1. Israel Luncurkan Serangan Darat ke Suriah
Militer Israel mengatakan pihaknya telah melakukan serangan darat ke Suriah dan menangkap seorang warga negara Suriah yang terlibat dalam jaringan Iran. Ini pertama kalinya Israel mengumumkan pasukannya beroperasi di wilayah Suriah.
Melansir Associated Press pada Senin (4/11/2024), militer Israel mengatakan penangkapan itu adalah bagian dari operasi khusus "yang terjadi dalam beberapa bulan terakhir," meskipun tidak mengatakan kapan tepatnya itu terjadi.
Suriah sendiri tidak segera mengonfirmasi pengumuman tersebut, tetapi stasiun radio pro-pemerintah Suriah, Sham FM, melaporkan pada Minggu (3/11/2024) bahwa pasukan Israel melakukan "operasi penculikan" selama musim panas yang menargetkan seorang pria di selatan negara itu.
Pengungkapan serangan itu terjadi saat Israel melancarkan kampanye pemboman yang meningkat di Lebanon selama enam minggu terakhir, serta invasi darat di sepanjang perbatasan bersama kedua negara, di mana pasukan zionos bertekad melumpuhkan Hizbullah.
2. Kapal Israel Lintasi Terusan Suez
Sebuah Kapal Perang Israel, Sa'ar, dilaporkan melintasi Terusan Suez, Sabtu (1/11/2024). Hal ini terjadi saat Israel masih terus berperang di Gaza, Palestina, Lebanon, serta dengan sejumlah milisi dukungan Iran di wilayah Timur Tengah.
Mengutip Roya News, Sa'ar tertangkap kamera tengah berlayar melalui terusan tersebut sambil mengibarkan bendera Israel dan Mesir. Belum jelas tujuan pasti pelayaran kapal perang tipe Korvet tersebut.
Hal ini sendiri memicu kontroversi pada saat sentimen anti-Israel meningkat atas perang di Gaza. Banyak pengguna media sosial mengkritik apa yang mereka lihat sebagai kurangnya tindakan hukuman terhadap Israel dalam menanggapi perang itu.
Pernyataan tersebut akhirnya memaksa Otoritas Terusan Suez Mesir mengeluarkan pernyataan resmi pada Minggu. Mereka menyebut semua kapal, baik komersial maupun militer, memiliki hak untuk melintasi jalur perairan itu dengan bebas.
"Otoritas Terusan Suez menekankan komitmennya terhadap penerapan perjanjian internasional yang menjamin jalur bebas bagi kapal yang melintasi Terusan Suez, baik kapal komersial maupun militer, tanpa memandang kewarganegaraan mereka," kata pernyataan tersebut sebagaimana dikutip National News, yang menurut mereka merupakan tanggapan atas 'pertanyaan di media sosial'.
Pernyataan tersebut merujuk pada Konvensi Konstantinopel tahun 1888 yang diakui secara internasional, yang ketentuan-ketentuannya masih mengatur aturan Terusan Suez. Klausul pertama konvensi tersebut menyatakan bahwa jalur perairan tersebut 'harus selalu bebas dan bebas dari perdagangan atau perang, tanpa pembedaan bendera'.
Akibatnya, Pihak-Pihak Tinggi yang Berkontrak sepakat untuk tidak dengan cara apa pun mengganggu penggunaan Terusan secara bebas, baik di masa perang maupun di masa damai. Terusan tersebut juga tidak akan pernah tunduk pada pelaksanaan hak blokade.
3. Alasan Netanyahu Tak Berhenti Serang Gaza
Skandal mulai meliputi Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu. Sebuah dokumen yang bocor menguak alasan PM 75 tahun itu belum berhenti menyerang Gaza, Palestina, walaupun telah berhasil menguasai daerah itu dan memusnahkan sejumlah petinggi milisi Hamas.
Dalam laporan The Guardian, dokumen itu mengungkap bahwa militer Israel (IDF) memanipulasi laporan terkait kondisi 101 sandera Israel yang masih ditawan oleh Hamas. Dokumen itu menyebut bahwa manipulasi dilakukan dengan mengatakan bahwa sandera tersebut akan dilarikan ke Yaman dan Iran melalui Mesir oleh Hamas.
Hal ini kemudian memberikan alasan bagi Netanyahu untuk terus menguasai perbatasan Gaza dan Mesir, yang otomatis membatalkan rancangan gencatan senjata dengan Hamas.
Langkah ini sendiri disebut-sebut digunakan Netanyahu untuk mengamankan kursi di parlemen Israel sehingga pemerintahannya, yang selama ini terus dikritik karena belum berhasil membebaskan sandera, tidak rapuh dan ambruk.
"Apa pun kecuali kemenangan total atas Hamas merupakan kutukan bagi sekutu sayap kanannya, dan ia diyakini melihat tetap menjabat sebagai cara terbaik untuk menghindari penuntutan dalam kasus penipuan, penyuapan, dan pelanggaran kepercayaan yang diajukan pada tahun 2019," tulis The Guardian dikutip Senin (4/11/2024).
Dokumen ini sendiri kemudian bocor di media Inggris The Jewish Chronicle dan tabloid Jerman Bild. Sesaat setelah artikel ini muncul, Jewish Chronicle kemudian mencabut berita tersebut dan memecat jurnalis yang menulisnya.
4. Presiden Iran Buka Peluang Damai dengan Israel
Presiden Iran Masud Pezeshkian mengatakan bahwa jika gencatan senjata dicapai oleh Israel dan kelompok-kelompok sekutu Teheran di kawasan itu, Iran akan kembali mempertimbangkan sejumlah hal dalam serangan balasannya ke Negeri Zionis itu.
"Jika mereka [Israel] mempertimbangkan kembali perilaku mereka, menerima gencatan senjata, dan berhenti membantai orang-orang yang tertindas dan tidak bersalah di wilayah tersebut, hal itu dapat mempengaruhi intensitas dan jenis respons kami," kata Pezeshkian seperti dikutip oleh kantor berita negara IRNA.
Namun, ia menambahkan bahwa Teheran 'tidak akan membiarkan agresi apa pun terhadap kedaulatan dan keamanannya dilupakan begitu saja tanpa jawaban'.
Pezeshkian, yang menjabat pada akhir Juli, telah dicap sebagai seorang moderat oleh beberapa pengamat Barat mengenai situasi politik Iran.
5. Korban Jiwa Gaza
"Setidaknya 43.374 orang tewas dan 102.261 orang terluka dalam serangan militer Israel di Gaza sejak 7 Oktober 2023," kata Kementerian Kesehatan daerah kantong Palestina itu.
"Dari jumlah tersebut, 33 warga Palestina tewas dan 156 orang terluka dalam periode pelaporan 24 jam terakhir," tambah kementerian itu.
6. Pemukim Israel Serang Petani Zaitun Palestina
Pemukim Israel menyerang pemetik zaitun Palestina di Berin di provinsi Hebron, Tepi Barat yang diduduki. Penduduk setempat mengatakan kepada kantor berita WAFA bahwa para pemukim menyerang petani dengan tongkat dan batu serta mencoba mencuri salah satu kendaraan mereka.
Tentara Israel juga mencegah dua keluarga mencapai tanah mereka.
Budidaya zaitun sangat penting dalam ekonomi Palestina dan digunakan untuk minyak, sabun, dan buah zaitun meja, serta berbagai keperluan lainnya.
Sekitar 80.000 hingga 100.000 keluarga Palestina bergantung pada panen zaitun untuk pendapatan mereka, yang berlangsung antara Oktober dan November.
7. Iran Beri Ancaman ke AS
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Esmaeil Baghaei mengkritik apa yang disebutnya sebagai 'kehadiran yang tidak stabil' AS setelah Washington memerintahkan pesawat pengebom B-52 di kawasan tersebut.
"Kami selalu percaya bahwa kehadiran Amerika di kawasan tersebut adalah kehadiran yang tidak stabil," kata Baghaei dalam sebuah konferensi pers menanggapi pertanyaan tentang pengerahan tersebut, seraya menambahkan bahwa hal itu "tidak akan menghalangi tekad (Iran) untuk mempertahankan diri".
Pada Jumat, Pentagon mengatakan sedang melaksanakan pengerahan militer baru ke Timur Tengah, termasuk kapal perusak pertahanan rudal balistik tambahan dan beberapa pesawat pengebom serang jarak jauh.
AS sendiri merupakan sekutu utama Israel. Negeri Paman Sam menyebut bahwa pihaknya juga akan menjadi pihak yang menjamin keamanan Negeri Zionis itu dari serangan.
(luc/luc)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Israel Klaim Hancurkan Markas Intelijen Hizbullah
Next Article Hizbullah Siap Perang Habis-habisan dengan Israel, Netanyahu Terjepit?