Jakarta, CNBC Indonesia - Perang antara kedua negara tetangga, Rusia dan Ukraina, telah memasuki hari ke-990 dan belum ada tanda-tanda akan berdamai. Hal ini terlihat pada serangan terbesar Kyiv ke Moskow dan sebaliknya pada Minggu.
Di sisi lain, sejumlah pengamat percaya perang Rusia dn Ukraina yang telah berlangsung selama 2,5 tahun disebut mulai memasuki babak terakhir. Prediksi ini muncul setelah pasukan Moskow berhasil memperoleh kemajuan paling pesat sejak awal perang dan Donald Trump terpilih sebagai presiden Amerika Serikat (AS) ke-47.
Berikut update terbaru perang antara Rusia dan Ukraina, seperti dihimpun CNBC Indonesia dari berbagai sumber pada Senin hingga Selasa (12/11/2024).
1.Serangan Terbesar Ukraina ke Rusia
Ukraina melancarkan serangan ke Moskow menggunakan sedikitnya 34 pesawat nirawak atau drone pada Minggu waktu setempat. Serangan ini menjadi serangan drone terbesar yang pernah dilakukan Ukraina terhadap ibu kota Rusia tersebut sejak perang meletus pada 2022 silam.
Sementara itu, pertahanan udara Rusia dilaporkan berhasil menghancurkan 36 drone lain yang menargetkan sejumlah wilayah di bagian barat Rusia pada hari yang sama.
"Serangan teroris dari Kyiv menggunakan drone ke wilayah Federasi Rusia berhasil digagalkan," kata Kementerian Pertahanan Rusia Minggu dikutip dari Reuters.
Otoritas penerbangan Rusia melaporkan serangan ini menyebabkan pemerintah mengalihkan 36 penerbangan dari tiga bandara yaitu Domodedovo, Sheremetyevo and Zhukovsky. Satu orang dilaporkan terluka di Moskow.
2.Rusia Tembak 145 Drone ke Ukraina
Rusia pun menembakkan 145 pesawat nirawak (drone) ke Ukraina dalam semalam. Ini merupakan rekor baru yang makin meruncing perang antara kedua negara.
Serangan dilancarkan Minggu dini hari waktu setempat. Pengumuman diberikan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, tak lama setelahnya.
"Tadi malam, Rusia meluncurkan rekor 145 (drone Iran) Shahed dan pesawat nirawak serang lainnya ke Ukraina," kata Zelensky, seperti dikutip dari AFP pada Senin. Ia mendesak sekutu Barat untuk berbuat lebih banyak untuk membantu pertahanan Ukraina.
Serangan ini terjadi persis di saat Ukraina dilaporkan menembakkan 36 drone ke ibu kota Rusia, Moskow. Dikatakan operasi itu sebagai jumlah terbesar dalam dua tahun konflik terjadi.
3.Trump Telpon Putin, Sampaikan Hal Ini
Donald Trump dilaporkan mengadakan panggilan telepon kepada Presiden Rusia Vladimir Putin pada Minggu. Panggilan ini diadakan saat hubungan antara kedua negara terus memanas lantaran perang di Ukraina.
Dalam panggilan telepon tersebut, pemenang pemilu AS 5 November tersebut mengingatkan Putin tentang kehadiran militer AS yang cukup besar di Eropa. Meski begitu, Trump kemudian juga menyebut bahwa pihaknya sangat menantikan untuk bisa menyelesaikan perang Ukraina segera.
"Trump secara singkat mengangkat masalah 'tanah' dalam panggilannya dengan Putin," ujar informasi seorang sumber kepada Washington Post yang juga dimuat AFP Senin.
"Trump juga menyatakan minatnya untuk melakukan percakapan lebih lanjut guna membahas penyelesaian perang Ukraina segera," tambahnya.
4.Kremlin Bantah Putin dan Trump Telponan
Sementara itu Kremlin membanyah bahwa Donald Trump dan Vladimir Putin terlibat dalam panggilan telepon minggu lalu, ketika presiden terpilih AS mendesak pemimpin Rusia itu untuk tidak meningkatkan perang di Ukraina.
Washington Post dan Reuters melaporkan bahwa panggilan telepon tersebut, yang dikatakan terjadi beberapa hari setelah pemilihan AS, juga memperlihatkan Trump mengingatkan Putin tentang kehadiran militer Amerika yang cukup besar di Eropa.
Menurut beberapa sumber lain, pasangan itu kemudian membahas tujuan perdamaian di benua itu, serta prospek panggilan telepon lebih lanjut segera untuk melihat penyelesaian konflik di Ukraina.
Kremlin membantah adanya panggilan telepon seperti itu, dengan menyebut laporan Washington Post sebagai "fiksi murni".
"Ini adalah contoh paling jelas tentang kualitas informasi yang terkadang diterbitkan bahkan dalam publikasi yang cukup bereputasi. Itu sama sekali tidak akurat. Ini adalah rekayasa murni; itu hanyalah informasi palsu," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov, dimuat Selasa.
Ia menambahkan bahwa Putin "tidak memiliki rencana khusus" untuk berbicara dengan Trump saat ini.
5.Campur Tangan Korut pada Perang Rusia
Korea Utara (Korut) semakin terlibat dalam perang Rusia dan Ukraina. Laporan AFP pada Senin menyebut Putin resmi menandatangani pakta pertahanan dengan Pyongyang.
Perjanjian tersebut berisi kerja sama keamanan antara kedua negara. Baik Rusia maupun Korut wajib memberikan bantuan militer 'tanpa penundaan' jika terjadi serangan terhadap pihak lain, di antara keduanya.
"Perjanjian tersebut juga mewajibkan mereka untuk bekerja sama secara internasional," ungkap pembacaan perjanjian itu sebagaimana ditinjau oleh AFP.
"Ini guna menentang sanksi Barat dan mengkoordinasikan posisi di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)."
Perjanjian ini terungkap setelah Korut mengirim pasukannya untuk berperang melawan Ukraina di wilayah Kursk. Zelensky mengatakan Kamis lalu, setidaknya 11.000 tentara Korut berada di wilayah tersebut.
Sementara itu, pada Minggu, The New York Times melaporkan sekitar 50.000 tentara Rusia dan Pyongyang akan ambil bagian dalam serangan mengusir Kyiv dari daerah itu. CNN pun menyebut Korut sudah ambil bagian dalam operasi tempur langsung, tak hanya di Kursk, tapi juga di wilayah Belgorod.
6.Bantuan NATO ke Ukraina
Kepala Komite Militer NATO Laksamana Rob Bauer menyatakan bahwa pihaknya kemungkinan akan menempatkan pasukan di Ukraina untuk melawan Rusia jika Moskow tidak memiliki senjata nuklir.
Hal ini memberi indikasi bahwa aliansi tersebut tidak ingin main-main dengan kekuatan militer Moskow.
"Saya sangat yakin, jika Rusia tidak memiliki senjata nuklir, kami akan berada di Ukraina, mengusir mereka," ungkap Bauer di KTT Pertahanan IISS di Praha, Republik Ceko, dilansir Newsweek.
Adapun Rusia disusul AS saat ini menjadi dua negara dengan cadangan senjata nuklir terbesar di dunia. Moskow dan Washington menguasai sekitar 90% persenjataan nuklir global.
NATO, yang memiliki senjata nuklir di AS, Inggris, dan Prancis, menegaskan dukungan kepada Ukraina tanpa terlibat langsung dalam konflik. Negara-negara NATO, yang sebelumnya terlibat dalam operasi militer di Afghanistan dan Irak, sangat enggan mempertimbangkan penempatan pasukan mereka sendiri di Ukraina.
Presiden Prancis Emmanuel Macron pada Februari lalu sempat mempertimbangkan mengirim tentara Barat, namun segera ditepis oleh negara-negara NATO lainnya.
Sekretaris Jenderal NATO saat itu, Jens Stoltenberg, mengatakan bahwa aliansi tidak mempertimbangkan untuk mengirim pasukan ke medan perang Ukraina, dan Presiden AS Joe Biden berulang kali menyatakan bahwa AS tidak akan mengirim tentara ke Ukraina.
7.Biden Ambil Langkah Dorong Trump Dukung Ukraina
Presiden Amerika Serikat Joe Biden akan mencoba meyakinkan Presiden terpilih Donald Trump untuk tidak menarik dukungan dari Ukraina saat ia menjabat. Hal ini disampaikan oleh Jake Sullivan, penasihat keamanan nasional presiden yang akan lengser tersebut.
Biden akan menyampaikan pidatonya kepada Trump, yang telah berulang kali mengecam bantuan AS untuk Ukraina, saat keduanya bertemu pada hari Rabu untuk pertemuan transisi Gedung Putih.
"Presiden Biden akan memiliki kesempatan selama 70 hari ke depan untuk menyampaikan pendapatnya kepada Kongres dan pemerintahan yang akan datang bahwa Amerika Serikat tidak boleh meninggalkan Ukraina, bahwa meninggalkan Ukraina berarti lebih banyak ketidakstabilan di Eropa," kata Sullivan dalam sebuah wawancara, seperti dikutip Al Jazeera.
"Biden akan menyampaikan pendapatnya bahwa kita memang membutuhkan sumber daya yang berkelanjutan untuk Ukraina setelah masa jabatannya berakhir," tambahnya.
Perang di Ukraina menyoroti perpecahan kebijakan luar negeri yang mencolok antara Biden dan Trump.
Di bawah Biden, pemerintah AS telah berkomitmen memberikan bantuan sekitar US$174 miliar kepada Ukraina saat negara itu memerangi pasukan Rusia yang menginvasi, sementara presiden AS melobi sekutu NATO lainnya untuk terus memberikan dukungan.
Namun, Trump telah berulang kali mengecam bantuan kepada Ukraina dan mengatakan ia akan mengakhiri perangnya dengan Rusia "dalam sehari". Untuk melakukannya, ia telah menyarankan Ukraina mungkin harus menyerahkan wilayah dalam kesepakatan damai, sesuatu yang ditolak Ukraina dan tidak pernah disarankan Biden.
(sef/sef)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Rusia & Korut Solid! Siap Rebut Kursk Dari Ukraina
Next Article Putin Makin Terjepit, Ukraina Tangkap 100 Lebih Tentara Rusia