Investor Berbondong-bondong Beli Surat Utang RI, Ini Penyebabnya!

3 months ago 45

8000hoki.com Daftar situs Slot Gacor Cambodia Terpercaya Pasti Menang Non Stop

hoki kilat slot Data Platform situs Slots Maxwin Terbaru Sering Jackpot Full Setiap Hari

1000hoki.com Data Agen situs Slots Maxwin Malaysia Terpercaya Mudah Lancar Jackpot Online

5000 hoki List Akun situs Slot Gacor Indonesia Terkini Pasti Win Full Non Stop

7000hoki Data Agen website Slots Maxwin Japan Terpercaya Pasti Scatter Full Terus

9000 Hoki Online Akun server Slots Gacor China Terpercaya Gampang Lancar Jackpot Non Stop

Data Login Slots Maxwin basis Myanmar Terkini Mudah Win Full Terus

Idagent138 Akun Slot Anti Rungkad Terpercaya

Luckygaming138 Slot Game

Adugaming login Akun Slot

kiss69 login Akun Slot Anti Rungkat Terpercaya

Agent188 Daftar Slot Anti Rungkad Terbaik

Moto128 login Id Slot Game Online

Betplay138 login Slot Gacor

Letsbet77 Akun Slot Anti Rungkad Terpercaya

Portbet88 Daftar Akun Slot Anti Rungkat

Jfgaming login Id Slot Anti Rungkad Online

MasterGaming138 login Akun Slot Gacor

Adagaming168 Daftar Id Slot Maxwin Terpercaya

Kingbet189 login Akun Slot Terpercaya

Summer138 Daftar Akun Slot Anti Rungkad Online

Evorabid77 Daftar Slot Anti Rungkat Terbaik

Jakarta, CNBC Indonesia-Instrumen investasi portofolio di Indonesia masih terus diminati oleh investor asing. Data Bank Indonesia (BI) untuk periode Januari-4 November 2024 investor asing beli neto Rp 38,86 triliun di pasar SBN dan Rp 192,99 triliun di SRBI.

Division Head Treasury Business PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), Itang Rusdinar menjelaskan, daya tarik instrumen investasi portofolio di Indonesia saat ini masih terletak pada tingginya imbal hasil atau yield dari instrumen itu.

"Salah satu indikatornya real yield, berapa sih return yang diperoleh itu tentu membandingkan return dari instrumen dikurangi inflasi," kata Itang dalam program Power Lunch CNBC Indonesia dikutip Senin (11/11/2024)

Khusus yield SBN tenor 10 tahun sendiri per awal November 2024 memang masih berada di level 6,75%, dan masih jauh lebih tinggi dari yield surat utang pemerintah AS atau US Treasury Note (UST) 10 tahun turun ke level 4,32%.

"Kalau dari angka itu katakan sekarang SBN 10 tahun returnnya di 6,7%, inflasi kita di 1,7%, berarti realnya kita masih dapat 4%. Itu masih tertinggi di ASEAN, karena kalau dibanding Singapura return nya sudah sangat rendah, di bawah 1% real yieldnya," ucap Itang.

Di sisi lain, bila memperhitungkan risiko kurs antara dolar AS dengan rupiah menurut Itang juga masih menguntungkan, karena biaya hedging melalui skema swap kurs terbilang rendah di kisaran 1,6%-1,7%. Sehingga, tak heran bila investor masih marak masuk ke instrumen investasi portofolio RI.

Imbal hasil terakhir dari lelang SRBI yang ditawarkan BI pun per 8 November 2024 masih mencapai 6,78% untuk tenor 6 bulan, dan untuk tenor 12 bulan SRBI bahkan rata-rata tertimbang pemenangnya mencapai 7,03%.

"Nah kelihatannya offshore masuk dengan cara carry trade. Jadi dolarnya di swap kan, cost of swapnya murah sekitar 1,6%-1,7% dapat SRBI 7% jadi total dia masih dapat di atas 5%," tegas Itang.

"Kalau dia invest langsung dalam instrumen dolar kalau USD 1 tahun 4.5%-4.7%, Jadi ini masih memberi daya saing lah dan menarik bagi offshore masuk ke RI," ujarnya.


(arj/mij)

Saksikan video di bawah ini:

Video: IHSG & Rupiah Kompak Tertekan Jelang Akhir Pekan

Next Article Dolar AS Tembus Rp 16.400, Airlangga: Kita Monitor Saja!

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|