Jakarta, CNBC Indonesia - Dolar AS tertekan pada perdagangan Selasa (5/10/2024) karena gejolak pasar pada hari pemilihan presiden AS. Beberapa jajak pendapat terbaru mengurangi keyakinan pasar atas kemenangan kandidat dari Partai Republik, Donald Trump.
Dikutip dari Channel News Asia (CNA), Kandidat Demokrat, Kamala Harris, juga mengalami peningkatan peluang di situs taruhan pemilu dan unggul sedikit di PredictIt, meskipun Polymarket masih menunjukkan Trump sebagai favorit. Dalam beberapa minggu terakhir, pasar keuangan dan beberapa platform taruhan cenderung mengunggulkan Trump.
Trump, dengan kebijakan tarif dan imigrasi yang dipandang inflasioner oleh analis, sempat memicu kenaikan imbal hasil Treasury AS dan penguatan dolar. Namun, pada perdagangan Senin malam, dolar AS melemah hingga 0,76% terhadap euro setelah survei akhir pekan menunjukkan Harris memimpin di Iowa, basis tradisional Republik.
Indeks dolar, yang mengukur mata uang ini terhadap enam mata uang utama termasuk euro, stabil di angka US$103,91 pada dini hari waktu setempat atau sekitar pukul 10.49 WIB. Pada Senin, indeks ini sempat turun hingga US$103,67, terendah sejak 21 Oktober, meski pekan lalu sempat mencapai US$104,63.
Euro tidak banyak berubah di $1,0877, setelah mencapai $1,09145 dalam sesi sebelumnya, level tertinggi sejak 15 Oktober. Terhadap yen, dolar diperdagangkan di 152,365 setelah sempat turun ke 151,54, terendah dalam sepekan.
Rupiah sendiri telah melemah 0,18% terhadap dolar AS pada awal perdagangan hingga saat ini. Mata uang Indonesia tersebut berada pada level Rp15,770.16 per dolar AS.
"Kami menilai pasar keuangan kini telah siap untuk kemenangan Harris," kata Carol Kong, pakar strategi mata uang di Commonwealth Bank of Australia. Ia memprediksi dolar AS dapat turun sebesar 1-2 persen jika Harris menang, dan melonjak jika Trump menang.
Pemenang pemilu mungkin belum dapat diketahui dalam beberapa hari setelah pemungutan suara, terutama jika ada sengketa hasil. Trump telah memberi sinyal bahwa ia akan menantang hasil kekalahan, seperti yang terjadi pada tahun 2020.
Implied volatility options untuk pasangan euro/dolar melonjak ke level tertinggi sejak November 2016 pada Selasa, diikuti oleh pasangan dolar-peso Meksiko. Meksiko diperkirakan akan terdampak parah oleh kebijakan proteksionis Trump.
Bitcoin naik 1,6 persen menjadi sekitar $68.140 setelah sempat turun ke level terendah dalam sepekan di $66.776,19. Trump dinilai lebih mendukung kebijakan pro-kripto dibandingkan Harris.
Analis di TD Securities memperkirakan kemenangan Trump atau "gelombang merah" dapat menguntungkan dolar, sementara "gelombang biru" akan melemahkan dolar. Harris, menurut mereka, akan mengalihkan fokus pasar kembali ke kondisi makroekonomi.
Pada Kamis, Federal Reserve diperkirakan akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin. Pasar akan memperhatikan sinyal apakah bank sentral AS akan menahan pemotongan di bulan Desember.
Bank of England juga diprediksi akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin, sementara Riksbank mungkin akan memangkas sebesar 50 basis poin. Norges Bank diperkirakan tidak akan melakukan perubahan.
Reserve Bank of Australia mempertahankan kebijakan pada Selasa dan menyatakan akan tetap restriktif hingga inflasi stabil di kisaran target. Dolar Australia sedikit berubah di $0,6589, mendekati level terendah pekan lalu di $0,6537.
(fsd/fsd)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Pertarungan "Sengit" Trump Vs Harris, Ini Efeknya ke Rupiah!
Next Article Video: Rupiah Masih "Menangis" Lawan Dolar AS, Kenapa?