Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah ditutup terapresiasi terhadap dolar AS, meskipun rilis data pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2024 melambat, hanya mencapai 4,95% secara year-on-year (yoy).
Melansir data Refinitiv, rupiah berhasil ditutup menguat sebesar 0,13% ke level Rp15.730/US$ pada akhir perdagangan Selasa (05/11/2024). Sepanjang hari, nilai tukar rupiah berfluktuasi di rentang Rp15.720 hingga Rp15.790 per dolar AS.
Sementara itu, indeks Dolar AS (DXY) tercatat melemah 0,07% pada pukul 15.00 WIB, mencapai 103,81, turun dari posisi penutupan sehari sebelumnya yang berada di 103,88. Pelemahan ini menjadi pendorong kuat menguatnya nilai tukar RI.
Lebih lanjut, penguatan rupiah berlangsung meskipun Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya mencapai 4,95% secara tahunan (yoy) pada kuartal III-2024, angka ini terendah dalam setahun terakhir.
Plt Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, menjelaskan bahwa perlambatan ini disebabkan oleh faktor musiman. Pertumbuhan pada kuartal III-2023 adalah 4,94%, sedangkan kuartal IV-2023, I-2024, dan II-2024 masing-masing sebesar 5,04%, 5,11%, dan 5,05%.
BPS juga mencatat penurunan angka pengangguran menjadi 7,47 juta orang pada Agustus 2024. Dari 215,37 juta penduduk usia kerja, 152,11 juta tergolong angkatan kerja, dengan 144,64 juta sudah bekerja, yang mendukung stabilitas ekonomi dan kepercayaan pasar.
Fithra Faisal Hastiadi, Senior Economist di SSI Research, menambahkan bahwa konsumsi rumah tangga stagnan di 4,91%, dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi 2024 mencapai 4,97%. Tantangan muncul dari belanja pemerintah yang rendah dan proyeksi stagnasi pada 2025.
Di tengah situasi ini, sentimen pasar juga dipengaruhi oleh pemilihan umum di Amerika Serikat, yang dapat berpotensi mempengaruhi aliran investasi dan stabilitas ekonomi global, memberikan dampak tambahan pada nilai tukar rupiah.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(fsd/fsd)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Simak! Proyeksi IHSG & Rupiah Pekan Depan
Next Article Pasar Tenaga Kerja AS Masih Ketat, Ada Dua Skenario Buat Rupiah