Jakarta, CNBC Indonesia - Investor kawakan Warren Buffett baru-baru ini memperingatkan bahwa dia tidak pernah terafiliasi dengan kandidat calon presiden Amerika Serikat (AS) mana pun. Hal ini terjadi setelah dirinya terkena penipuan AI.
Sebagaimana diketahui, para tokoh terkenal dan kalangan ultra-kaya kini mulai memberikan dukungan dan sumbangan besar kepada Wakil Presiden Kamala Harris atau mantan Presiden Donald Trump. Terbaru, The New York Times melaporkan bahwa pendiri Microsoft, Bill Gates, diam-diam menyumbangkan $50 juta untuk kampanye Harris.
Namun, salah satu orang terkaya di dunia, Warren Buffett, justru enggan mengungkapkan dukungannya pada kandidat mana pun. Bukan karena alasan bisnis yang bisa terpengaruh, tetapi karena kekhawatirannya terhadap banyaknya orang yang berpura-pura menjadi dirinya di internet.
Melansir Fortune, kekhawatiran ini sangat besar sehingga Berkshire Hathaway, perusahaan yang dipimpin Buffett, menambahkan pernyataan di halaman depan situsnya. Mereka menegaskan bahwa Buffett tidak pernah dan tidak akan mendukung produk investasi atau kandidat politik.
Dalam pernyataan tersebut, Buffett menyatakan bahwa meningkatnya penggunaan media sosial telah memicu klaim-klaim palsu tentang dukungannya terhadap produk investasi dan kandidat politik.
"Mr. Buffett tidak mendukung produk investasi atau kandidat politik saat ini, dan tidak akan melakukannya di masa depan," bunyi pernyataan itu.
Kekhawatiran ini muncul beberapa minggu setelah Jaksa Agung New York, Letitia James, memperingatkan tentang penipuan investasi yang menggunakan video AI palsu untuk menipu investor. James menyebutkan, "Penipu canggih menggunakan AI untuk berpura-pura menjadi tokoh bisnis terpercaya dan menipu warga New York dari uang mereka."
Salah satu video AI menunjukkan Buffett seolah-olah mempromosikan "Bitcoin giveaway" di Fox News, yang kemudian dikonfirmasi sebagai video palsu. Buffett sendiri mengaku tidak tahu cara menggunakan Instagram dan menyatakan bahwa semua yang tampak seperti dirinya di media sosial adalah penipuan.
Selain investasi, James juga memperingatkan tentang endorsement politik palsu melalui AI. Menurutnya, deepfake yang menyebarkan informasi palsu tentang kandidat dan kebijakan bisa menjadi ancaman bagi demokrasi.
Beberapa tokoh lain seperti Donald Trump, Taylor Swift, Elon Musk, Joe Biden, dan Mark Zuckerberg juga menjadi korban deepfake tahun ini. Hal ini memicu kampanye layanan publik baru yang diikuti selebriti seperti Rosario Dawson, Chris Rock, dan Amy Schumer untuk mengingatkan masyarakat agar waspada terhadap deepfake.
Menurut Dawson, tak seorang pun boleh menghalangi hak suara warga Amerika Serikat. Para konsultan politik bahkan memperingatkan bahwa deepfake dapat mempengaruhi hasil pemilihan presiden 2024, karena regulasi terkait teknologi ini masih minim.
(mkh/mkh)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Peran Perbankan Pacu Aktivitas Investasi & Ekonomi RI
Next Article Sebut Kripto Koin Judi, Warren Buffett Punya Alasan Sendiri