Nasib Suriah Pasca Assad Tumbang: Ada AS-Rusia, Target Baru Israel

1 month ago 17

Jakarta, CNBC Indonesia - Bashar Al Assad akhirnya tumbang dari posisinya sebagai Presiden Suriah, Minggu. Runtuhnya pemerintahan Assad pun mengakhiri 24 tahun kekuasaannya, serta menyudahi perang saudara Suriah yang telah berlangsung selama hampir 14 tahun.

Meski Assad tumbang, belum ada kepastian yang jelas terkait transisi kekuasaan serta masa depan di Negeri Syam itu. Di tengah ketidakpastian ini, sejumlah pihak-pihak asing bahkan telah mengambil langkah-langkah menekan untuk mengamankan kepentingannya.

Berikut sejumlah fakta, latar belakang, serta ramalan masa depan Suriah sebagaimana dihimpun dari berbagai sumber oleh CNBC Indonesia, Rabu (11/12/2024).

Para Pemberontak

Tumbangnya Assad terjadi saat beberapa kubu pemberontak berhasil menguasai Ibu Kota Damaskus. Para pemberontak ini banyak yang mendapatkan sokongan dari beberapa negara seperti Amerika Serikat (AS) dan Turki sementara rezim Assad disokong oleh Iran dan Rusia.

Mengutip The Guardian, setidaknya ada lima pihak yang terlibat dalam perang saudara Suriah untuk menggulingkan Assad. Yang pertama adalah Hayat Tahrir Al Sham (HTS), di mana kelompok ini meluncurkan serangan kilat yang diluncurkan akhir bulan lalu dari bentengnya di Barat Laut.

Kelompok ini berasal dari Al Qaeda dan ISIS, dan secara resmi didirikan pada tahun 2017 setelah memutuskan hubungan dengan keduanya. HTS sejak saat itu telah memerintah 2 juta orang di provinsi Idlib, dan mengembangkan ideologi yang lebih pragmatis. Namun kekhawatiran tetap ada tentang akar ekstrimisnya dan keberadaan pejuang jihad veteran di antara pasukannya.

Kedua adalah Pasukan Nasional Suriah (SNA). SNA adalah koalisi yang bermarkas di Suriah Utara yang didukung oleh Ankara. Koalisi ini didirikan pada tahun 2017 dan mencakup berbagai kelompok dan pejuang Arab dan Turkmenistan, termasuk beberapa veteran dari hari-hari awal pemberontakan melawan rezim Assad.

Ketiga adalah Pasukan Demokratik Suriah (SDF). SDF adalah aliansi yang didominasi suku Kurdi yang menguasai sebagian besar wilayah di timur laut Suriah dan didukung oleh AS. SDF, yang mencakup beberapa pejuang Arab, didirikan pada tahun 2015 dan melakukan banyak pertempuran terberat melawan ISIS.

Dipimpin oleh Unit Perlindungan Rakyat Kurdi (YPG), SDF dipandang oleh Ankara sebagai bagian dari gerakan separatis Kurdi yang lebih luas yang telah berjuang melawan Turki selama beberapa dekade. Diketahui, suku Kurdi merupakan kelompok minoritas yang cukup besar di Iran, Irak, Suriah, dan Turki.

Keempat adalah Southern Operations Room. Kelompok ini merupakan koalisi kelompok pemberontak yang baru dibentuk di Suriah Selatan dan Tenggara, yang sebagian besar terdiri dari komunitas Druze dan kelompok oposisi. Para pejuang dari Southern Operations Room merupakan yang pertama mencapai Damaskus pada akhir pekan lalu.

Kelima adalah Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS). Kelompok ini tumbuh subur juga di Suriah setelah perang saudara dan menciptakan sebuah kekhalifahan baru yang mencakup kedua negara.

Dikalahkan oleh koalisi internasional yang mencakup faksi-faksi Suriah dalam kampanye empat tahun, organisasi tersebut tetap aktif, khususnya di Suriah tengah. Organisasi ini bahkan dicap sebagai teroris di beberapa negara, seperti AS dan Rusia.

Transisi Kekuasaan Sulit?

Para pemberontak menghadapi tugas yang sangat berat untuk membangun kembali dan menjalankan negara setelah perang saudara untuk menumbangkan Assad di negara itu, yang telah menewaskan 500 ribu jiwa dan memaksa 12 juta orang mengungsi. Suriah akan membutuhkan bantuan miliaran dolar.

"Sejarah baru, saudara-saudaraku, sedang ditulis di seluruh wilayah setelah kemenangan besar ini," kata Kepala HTS Ahmed Al Sharaa, yang lebih dikenal sebagai Abu Mohammed Al Jolani.

Jolani, berbicara kepada banyak orang pada hari Minggu di Masjid Umayyah Damaskus, menyebutkan bahwa Suriah akan menjadi 'mercusuar bagi negara Islam'.

Spesialis di lembaga pemikir Century International, Aron Lund, menyebutkan bahwa Suriah masih memiliki masa depan yang tidak menentu. Hal ini dikarenakan banyaknya pihak yang berperang melawan Assad, sehingga mencari pengganti Assad merupakan hal yang dapat diperebutkan sejumlah pihak.

"Bukan hanya rezim Assad yang jatuh, tetapi juga pertanyaan tentang apa yang akan menggantikannya? Dan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengkristal? Jadi, Anda dapat dengan mudah melihat berbagai jenis pertikaian regional terjadi di Suriah," kata Lund kepada AFP.

Lund menuturkan bahwa pemimpin baru Damaskus kemungkinan akan banyak memberikan tantangan di Timur Tengah. Pasalnya, kelompok HTS, yang berhaluan Islam kanan, telah mendapatkan pamor yang besar pasca perebutan ini.

"Ini adalah Ikhwanul Muslimin yang lebih militan dan memusuhi mereka (negara-negara Timur Tengah yang berhubungan dengan Assad)," ungkapnya.

Hal serupa juga disampaikan Wakil Presiden Pusat Timur Tengah dan Afrika Utara di Institut Perdamaian AS, Mona Yacoubian. Dengan banyaknya pemberontak yang terlibat, Yacoubian mengatakan bahwa jalan membangun transisi kekuasaan yang baik masih cukup panjang.

"Jatuhnya Assad memberikan peluang besar bagi warga Suriah untuk mewujudkan impian mereka membangun demokrasi multi-agama. Namun, jalannya akan panjang dan penuh rintangan," katanya kepada AFP.

Cawe-Cawe Negara Besar AS sampai Rusia

Dengan adanya kejadian ini, AS, Turki, Rusia, dan Iran, dilaporkan tengah mengamankan posisi transisi kekuasaan. Di sisi lain, Israel, telah melakukan operasi ofensif militer untuk merebut zona penyangga keamanan Suriah di Dataran Tinggi Golan.

AS telah menyerang target yang terkait dengan ISIS di Suriah tengah. Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken memperingatkan bahwa ISIS akan mencoba menggunakan periode ini untuk membangun kembali kemampuan di Suriah.

Blinken menambahkan bahwa pernyataan oleh para pemimpin pemberontak tentang membangun pemerintahan yang inklusif disambut baik tetapi tindakan yang sebenarnya akan terlihat dalam tindakan yang mereka ambil.

"Sejarah menunjukkan betapa cepatnya momen-momen yang menjanjikan dapat berubah menjadi konflik dan kekerasan. ISIS akan mencoba menggunakan periode ini untuk membangun kembali kemampuannya, untuk menciptakan tempat berlindung yang aman," ujarnya dikutip The Guardian.

"Seperti yang ditunjukkan oleh serangan presisi kami selama akhir pekan, kami bertekad untuk tidak membiarkan hal itu terjadi," tambahnya.

Di sisi lain, Presiden Turki Recep Tayyip Erdoğan, bagaimanapun bersikeras bahwa Turki tidak berminat memperluas jangkauannya ke Suriah. Meski begitu, ia kemudian bersikeras bahwa pihaknya terlibat untuk menangkal serangan pasukan Kurdi, yang disokong Washington, ke wilayahnya.

"Turki tidak peduli dengan wilayah negara lain," kata Erdogan.

"Satu-satunya tujuan operasi lintas perbatasan kami adalah menyelamatkan tanah air kami dari serangan teroris," imbuhnya, merujuk pada serangan yang menargetkan YPG pimpinan Kurdi, yang bermarkas di Suriah Timur Laut.

Walau begitu, seorang sumber Kementerian Luar Negeri Turki mengatakan Menteri Luar Negeri Turki Hakan Fidan telah membahas transisi kepemimpinan Suriah dengan Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres.

Di sisi lain, Iran, yang mendukung Assad untuk mempertahankan koridor daratnya ke Hizbullah di Lebanon, juga mengindikasikan bahwa negara itu telah dengan cepat membuka jalur komunikasi langsung dengan para pemberontak yang menggulingkan Assad. Teheran mengklaim manuver ini untuk 'mencegah lintasan permusuhan' antara kedua negara.

Beberapa jam setelah Assad jatuh pada hari Minggu pagi, Iran mengatakan pihaknya memperkirakan hubungan dengan Damaskus akan terus berlanjut berdasarkan 'pendekatan yang berwawasan jauh dan bijaksana' kedua negara. Teheran juga menyerukan pembentukan pemerintahan inklusif yang mewakili semua elemen masyarakat Suriah.

Di sisi lain, Juru Bicara Kremlin, Dmitry Peskov, mengonfirmasi pada hari Senin bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin secara pribadi telah memberikan suaka kepada Assad. Ia menolak berkomentar mengenai keberadaan Assad secara spesifik dan mengatakan Putin tidak berencana untuk menemuinya.

Meski begitu, kantor berita Rusia Interfax, mengutip seorang anggota parlemen, mengatakan Moskow akan menanggapi dengan keras setiap serangan terhadap pangkalan militernya di Suriah. Diketahui, pangkalan Angkatan Laut Timur Tengah terbesar Rusia berada di Tartus di pantai Mediterania Suriah.

Target baru Israel

Di tengah ketidakpastian transisi kekuasaan di Suriah, Israel mengirim pasukan ke zona penyangga antara negaranya dengan Suriah di Dataran Tinggi Golan, tepatnya di Gunung Hermon. Tel Aviv menggambarkan manuver itu sebagai 'tindakan sementara'.

"Saya menyampaikan kepada Dewan Keamanan PBB dan menjelaskan bahwa sebagai tanggapan terhadap ancaman keamanan yang berkembang di perbatasan Suriah-Israel dan bahaya yang ditimbulkannya bagi warga negara kami, kami telah mengambil tindakan terbatas dan sementara," tulis Duta Besar Israel untuk PBB, Danny Danon, ndi X.

Dikatakan juga bahwa mereka akan melanjutkan serangan udara di bekas lokasi rezim yang terkait dengan rudal dan senjata kimia. Serangan udara kemudian dilaporkan pada Senin malam di sebuah instalasi pertahanan udara di dekat pelabuhan Latakia.

Pemantau perang Syrian Observatory for Human Rights yang berpusat di Inggris mengatakan pada hari Selasa bahwa Israel telah menghancurkan situs militer terpenting di Suria dengan sekitar 250 serangan udara sejak jatuhnya rezim Assad.

"Serangan tersebut telah menargetkan bandara dan gudang, skuadron pesawat, radar, stasiun sinyal militer, dan beberapa depot senjata dan amunisi selama 48 jam terakhir," katanya.


(sef/sef)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Suriah Memanas! Pasukan Pemerintah Serang Oposisi, 12 Tewas

Next Article Video: Suriah Memanas! Pasukan Pemerintah Serang Oposisi, 12 Tewas

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|