Nasib Warga RI Suram, Susah Cari Kerja dan Makan Tabungan Pula!

1 month ago 13

Jakarta, CNBC Indonesia - Pendapatan masyarakat yang rendah hingga minimnya ketersediaan lapangan kerja membuat daya beli masyarakat melemah. Fakta ini diyakini akan membebani ekonomi Indonesia ke depannya.

Survei konsumen Bank Indonesia (BI) bulan Oktober 2024 menunjukkan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) mengalami pelemahan yang signifikan. Keyakinan pada kelompok kelas menengah menjadi yang paling parah turunnya.

Dalam survei konsumen BI ini terungkap, IKK Oktober 2024 berada pada level 121,1. Level keyakinan ini turun 2,4 poin dibandingkan pada September 2024, yakni 123,5. Level IKK pada Oktober 2024 ini menjadi yang paling rendah selama 2 tahun terakhir.

Jika dilihat berdasarkan jumlah pengeluaran, maka kelompok kelas menengah menjadi kelompok yang paling merosot keyakinannya. Masyarakat dengan pengeluaran Rp 3,1-Rp 4 juta menjadi kelompok yang mengalami penurunan IKK paling dalam pada bulan Oktober, yakni 5,7 poin. Disusul kelompok pengeluaran Rp 4,1-Rp 5 juta yang mengalami penurunan keyakinan 1,9 poin; serta kelompok pengeluaran Rp 2,1-Rp 3 juta yang turun 1,2 poin.

Lalu, kelompok atas dengan pengeluaran lebih dari Rp 5 juta turut menjadi korban pesimisme dengan penurunan IKK mencapai 0,7 poin. Hanya masyarakat dengan pengeluaran Rp 1-2 juta yang skor IKK-nya naik sebesar 1,6 poin.

Selain konsumsi masyarakat yang memburuk, Indeks Ekspektasi Ketersediaan Lapangan Kerja untuk enam bulan ke depan juga mengalami penurunan menjadi 129,5 atau terendah sejak Desember 2022. Artinya, masyarakat belum melihat ada perbaikan lapangan kerja hingga April ke depan atau pasca Lebaran 2025.

Sebagai catatan, Lebaran Idul Fitri pada tahun depan jatuh pada akhir Maret 2025.
Indeks Ekspektasi Ketersediaan Lapangan Kerja terendah jatuh pada kelompok pendidikan akademi. Pada survei Oktober 2024, indeks pada kelompok akademi jatuh ke level terendah sejak Desember 2022 atau hampir dua tahun terakhir.

Indeks ini terpantau sangat rendah diikuti dengan berbagai indikator lain yang menunjukkan lemahnya kondisi tenaga kerja dan perusahaan khususnya manufaktur yang terus-menerus menurun.

Lebih lanjut, porsi tabungan masyarakat pun terus menurun. BI mencatat proporsi tabungan masyarakat berada di level 15 pada Oktober 2024, turun dibandingkan bukan sebelumnya sebesar 15,3. Namun, secara tren, penurunan proporsi tabungan masyarakat telah terjadi sejak awal tahun 2024.

Penurunan terjadi di kelompok masyarakat dengan pengeluaran Rp 1- Rp 2 juta dan Rp 4,1 - Rp 5 juta, serta kelompok pengeluaran di atas Rp 5 juta.

Tanda-tanda ini tercermin dari deflasi 5 bulan beruntun, tepatnya Mei-September 2024.

Hal ini dibenarkan oleh Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) Telisa Aulia Falianty. Menurutnya, pelemahan ini tidak mengejutkan karena sudah ada indikasi sebelumnya. Salah satunya deflasi beruntun selama 5 bulan. Dia memastikan, kejadian deflasi beruntun itu sebenarnya telah menunjukan adanya pelemahan daya beli di masyarakat.

"Itu menjadi indikasi pelemahan daya beli masyarakat terutama di kelompok menengah," kata Telisa kepada CNBC Indonesia, dikutip Selasa (12/11/2024).

Kemudian, angka Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur Indonesia yang baru dirilis S&P Global pada 1 November 2024 lalu juga menangkap daya beli masyarakat yang melemah. PMI Manufaktur kontraksi empat bulan beruntun: Juli (49,3), Agustus (48,9), September (49,2), dan Oktober (49,2), karena tak ada yang membeli barang akibat lemahnya daya beli masyarakat.

"Ini adalah merupakan wake up call, artinya ini sudah warning buat kita bahwa kelas menengah ini penciptaan lapangan kerja dan juga daya beli mereka itu harus diperbaiki ke depan," kata Ekonom senior yang merupaoan co-founder Creco Research, Raden Pardede, dalam program Power Lunch CNBC Indonesia dikutip Selasa (12/11/2024).

"Karena tanpa kelas menengah saya pikir akan sangat sulit buat kita bertumbuh dengan baik apalagi kalau kita bercita-cita untuk bertumbuh ke arah 8%," tegas Raden.


(haa/haa)

Saksikan video di bawah ini:

Video:Ekonomi RI Tak Sampai 5%, Efek Banyak PHK Hingga Konsumsi Turun?

Next Article Efek Ngeri Gelombang PHK di Indonesia Mulai Terasa di Kantong Warga RI

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|