Jakarta, CNBC Indonesia - Komitmen negara-negara maju untuk membantu negara-negara berkembang mendanai program transisi hijau tak seindah janjinya. Diantaranya seperti janji pendanaan melalui Just Energy Transition Partnership (JETP).
Staf Ahli Menteri Keuangan Bidang Ekonomi Makro dan Keuangan Internasional, Parjiono mengatakan, negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Inggris memang telah memberikan jaminan pendanaan melalui JETP dengan nilai masing-masing US$ 1 miliar.
"UK memang guarantee 1 billion dolar melalui World Bank, dan US guarantee juga 1 billion," kata Parjiono dalam program ESG Sustainability Forum 2025 di Menara Bank Mega, Jakarta, Jumat (31/1/2025).
Namun, jaminan pembiayaan melalui Bank Dunia itu sulit untuk dimanfaatkan negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Sebab, bunga yang ditawarkan Bank Dunia terhadap program pembiayaan melalui program itu tak efisien.
"Jadi enggak berguna juga, sehingga ya kita nego pricingnya dimobilisasi dari pihak ketiga seperti lembaga filantropi," ujar Parjiono.
Utusan Khusus Presiden RI Bidang Iklim dan Energi, Hashim S. Djojohadikusumo juga telah mengatakan bahwa JETP merupakan program gagal. Terlebih, kemenangan Donald Trump dalam pemilu AS telah mengubah kebijakan di sektor energi global.
Hashim mengatakan bahwa ancaman Trump untuk menarik diri dari berbagai Perjanjian Iklim telah terjadi. Hal tersebut tentunya juga akan berdampak pada program pendanaan JETP untuk Indonesia senilai US$ 20 miliar atau sekitar Rp 300 triliun.
Bahkan Hashim mengungkapkan bahwa selama dua tahun berjalan, tidak ada satu dolar pun yang dikucurkan oleh pemerintah AS untuk program ini.
"Saya ketemu utusan khusus AS namanya John, JETP itu program gagal, 2 tahun berjalan tidak 1 dolar pun dikucurkan oleh pemerintah AS banyak omon-omon ternyata itu ada klausul US$ 5 miliar akan dihibahkan apabila dana tersedia ternyata mohon maaf tidak tersedia," kata Hashim dalam acara CNBC Indonesia ESG Sustainability Forum 2025, Jumat (31/1/2025).
Oleh sebab itu, ia pun menekankan bahwa masyarakat tidak perlu lagi berharap pada pendanaan JETP. Mengingat, salah satu negara yang menginisiasi program ini saja telah mundur dari perjanjian iklim.
"Ini realita so ini saya kira jangan harapkan deh 20 miliar dollar," kata dia.
Sebagai informasi, kemitraan JETP merupakan inisiatif pendanaan transisi energi senilai lebih dari US$ 20 miliar atau sekitar Rp 300 triliun yang disepakati antara Indonesia dan negara-negara maju yang tergabung dalam International Partners Group (IPG). IPG terdiri atas pemerintah Jepang, Amerika Serikat, Kanada, Denmark, Uni Eropa, Jerman, Prancis, Norwegia, Italia dan Inggris Raya.
(arj/mij)
Saksikan video di bawah ini:
ESG Sustainability Forum 2025: Peran Pembiayaan Hijau bagi ESG-Ekonomi
Next Article Di IISF 2024, Pertamina Ungkap Efek Positif Transisi Energi ke Ekonomi