Pilpres AS Trump Vs Harris, Ini 'Pilihan' Putin-Xi Jinping-Netanyahu

1 week ago 8

Daftar Isi

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemilihan Presiden (Pilpres) Amerika Serikat (AS) akan digelar pada hari ini, Selasa (5/11/2024), waktu setempat. Kontestasi ini akan mempertemukan mantan Presiden Donald Trump yang diusung Partai Republik serta Wakil Presiden Petahana yang juga kader Partai Demokrat, Kamala Harris.

Pesta demokrasi ini pun menjadi tanggapan banyak pemerintahan negara-negara besar di dunia, tak terkecuali dari Rusia, China, serta Israel, yang saat ini berada dalam pusaran geopolitik global.

Jadi, siapa yang ingin dilihat oleh berbagai pemimpin tersebut berada di Gedung Putih? Berikut rangkumannya dikutip dari Al Jazeera, Selasa (5/11/2024):

1. Presiden Rusia Vladimir Putin

Putin sendiri telah mengisyaratkan Kamala Harris sebagai calon presiden AS yang disukainya. Namun, banyak tanda yang menunjukkan bahwa Putin sebenarnya mendukung kemenangan Trump.

"Putin akan menyukai Trump sebagai presiden karena berbagai alasan," ungkap Timothy Ash, seorang peneliti asosiasi dalam Program Rusia dan Eurasia di Chatham House.

"Pertama, Putin menganggap Trump bersikap lunak terhadap Rusia dan akan mengalah untuk memberinya banyak hal terkait Ukraina, memangkas dukungan militer ke Ukraina dan mencabut sanksi terhadap Rusia," katanya.

"Saya pikir Putin melihat Trump dan melihat bayangan cermin dirinya sendiri, seorang otoriter, sosiopat. Ia mungkin berpikir bahwa ia memahami Trump," Ash menambahkan.

Lebih jauh, Putin 'membenci' sistem demokrasi pasar liberal Barat, dan pemimpin Rusia itu 'berpikir Trump akan melanjutkan apa yang ditinggalkannya di Trump 1.0 dalam menabur perpecahan dan kekacauan', yang akhirnya merusak lembaga-lembaga seperti NATO dan Uni Eropa, yang merupakan rival dari Moskow.

Namun, analis Rusia mengatakan terlepas dari siapa yang menang, pejabat Moskow percaya bahwa penolakan AS terhadap Rusia akan tetap ada.

Putin sebelumnya telah berterus terang tentang pemikirannya tentang politik kepresidenan AS dan telah memberikan dukungan kepada kandidat berkali-kali sejak 2004.

2. Presiden China Xi Jinping

Seperti halnya Rusia, baik Demokrat maupun Republik telah mengambil sikap keras terhadap China. Selama masa jabatannya, Trump memulai perang dagang dengan China , dengan mengenakan tarif pada impor Negeri Panda itu senilai US$ 250 miliar pada tahun 2018. Beijing kemudian membalas, dengan mengenakan tarif pada impor AS senilai US$ 110 miliar.

Di sisi lain, ketika Joe Biden menjadi presiden, ia mempertahankan tarif Trump. Lebih jauh, pada tanggal 13 September tahun ini, pemerintahan Biden mengumumkan kenaikan tarif pada produk-produk buatan China. Jika Harris menang, ia diharapkan tetap konsisten dengan kebijakan Biden terhadap Beijing.

Meski situasinya seperti ini, di balik layar, pejabat China diramalkan mungkin sedikit condong ke arah Harris.

"Ironisnya, Xi mungkin menginginkan Harris, seperti halnya Iran," kata Ash kepada Al Jazeera saat berbicara tentang Putin.

3. Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu

PM Israel Benjamin Netanyahu belum secara terbuka mendukung kedua kandidat. Namun, secara luas diyakini bahwa ia condong ke arah kemenangan Trump.

Netanyahu dan Trump memiliki hubungan yang baik selama masa jabatan pertama mantan presiden AS tersebut. Pada tahun 2019, di Dewan Israel-Amerika, Trump berkata: "Negara Yahudi tidak pernah memiliki teman yang lebih baik di Gedung Putih."

Perasaan itu saling berbalas. Netanyahu, dalam sebuah pernyataan tahun 2020, mengatakan bahwa Trump adalah "sahabat terbaik yang pernah dimiliki Israel di Gedung Putih".

Hubungan antara Trump dan Netanyahu memburuk setelah Biden terpilih. Ketika Biden dilantik, Netanyahu mengucapkan selamat kepadanya. Trump mengatakan ia merasa dikhianati oleh hal ini, dalam sebuah wawancara.

Namun, PM Israel itu telah berupaya untuk menghidupkan kembali ikatan lama. Selama kunjungan ke AS pada bulan Juli tahun ini, Netanyahu mengunjungi Trump di kediamannya di Mar-a-Lago, Florida.

Pada saat yang sama, pemerintahan Biden telah menunjukkan bantuan diplomatik dan militer yang tak tergoyahkan kepada pemerintahan Netanyahu di tengah perang Israel di Gaza. Sejak dimulainya perang Israel di Gaza pada 7 Oktober tahun lalu, pemerintahan Biden telah mengirimkan miliaran dolar dalam bentuk bantuan militer ke Israel.

Pada 4 Oktober lalu, Biden mengatakan dalam sebuah konferensi pers bahwa dia tidak tahu apakah Netanyahu sengaja menunda kesepakatan gencatan senjata di Gaza, meskipun ada laporan dan spekulasi bahwa pemimpin Israel itu mungkin sengaja menunda kesepakatan, mungkin untuk mempengaruhi hasil pemilu AS.

"Tidak ada pemerintahan yang membantu Israel lebih dari saya. Tidak ada. Tidak ada. Tidak ada. Dan saya pikir Bibi harus mengingatnya," kata Biden dalam konferensi pers, merujuk pada Netanyahu dengan nama panggilannya.


(luc/luc)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Pilpres AS Memanas, Trump Serang Pribadi Kamala

Next Article Survei Terbaru Pilpres AS Trump Vs Harris, Hasilnya Bikin Kaget

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|