Jakarta, CNBC Indonesia - PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) dinyatakan pailit oleh Pengadilan Negeri (PN) Niaga Semarang. Berdasarkan putusan dengan nomor perkara 2/Pdt.Sus-Homologasi/2024/PN Niaga Smg, Sritex beserta 3 anak usahanya yaitu PT Sinar Pantja Djaja, PT Bitratex Industries, dan PT Primayudha Mandirijaya telah lalai dalam memenuhi kewajiban pembayarannya.
Dalam dokumen tersebut terungkap pemohon yaitu perusahaan yang mengajukan pailit Sritex dan anak usahanya adalah PT Indo Bharat Rayon, berdasarkan Putusan Homologasi tanggal 25 Januari 2022.
Indo Bharat Rayon (IBR) tercatat sebagai pemohon dalam putusan pailit Sritex. Dalam keterbukaan informasi, Sritex menjelaskan bahwa IBR adalah kreditur perusahaan. Berdasarkan laporan keuangan per Juni 2024, Sritex memiliki sisa utang Rp101,31 miliar kepada PT IBR atau 0,38% dari total liailibilitas Sritex.
"Yang mana berdasarkan Laporan Keuangan Konsolidasian per tanggal 30 Juni 2024 mencerminkan 0,38% dari total liabilitas perseroan," ungkap Direktur Keuangan Sritex Welly Salam dikutip Minggu (3/11/2024).
Dalam dokumen tersebut, IBR merasa tidak menerima pembayaran kewajiban Grup Sritex berdasarkan Putusan Homologasi sejak bulan Juli 2023, yakni pembayaran secara cicilan bulanan sejumlah US$, dan/atau akan dilunaskan secara penuh pada tanggal jatuh tempo.
Foto: Pabrik Sritex (Bloomberg via Getty Images/Bloomberg)
Pabrik Sritex (Bloomberg via Getty Images/Bloomberg)
"Grup Sritex memandang bahwa ketentuan tersebut tidak bersifat kumulatif dan pada faktanya Grup Sritex telah melakukan sejumlah pembayaran yang lebih dari pada ketentuan minimum yang ditentukan Putusan Homologasi," bebernya.
Mengutip laman resmi perusahaan, Indo Bharat Rayon didirikan pada 1980 dan mengklaim dirinya sebagai pionir pembuat serat buatan atau viscose staple fibre (VSF) di Indonesia.
Perusahaan ini memiliki pabrik di Purwakarta, Jawa Barat yang mulai produksi secara komersial pada 1986 dengan kapasitas 16.500 tpa. Saat ini utilisasi pabrik tersebut telah mencapai 200.000 tpa.
BR merupakan bagian dari Aditya Birla Group, perusahaan konglomerasi asal India. Mengutip laman resmi Adiya Birla, perusahaan tersebut memiliki sejumlah portofolio di Indonesia selain PT IBR, yakni PT Elegant Textile Industry, PT Indo Liberty Textiles, PT Indo Raya Kimia, dan PT Sunrise Bumi Textiles.
Sebagai informasi, di balik keberhasilan Aditya Birla mendirikan konglomerasi ada tangan dingin Ghanshyam Das Birla. Dia tercatat sebagai pendiri dengan memulai bisnis sebagai pedagang katun. Kemudian bisnisya diperluas ke berbagai sektor seperti, aluminium, semen, hingga industri bahan kimia dan tersebar di 24 negara.
(wur/wur)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Opsi Bailout untuk Sritex, Kemenperin: Lihat Saja Nanti
Next Article Sejarah Panjang Sritex, Raksasa Tekstil RI yang Akhirnya Pailit