Jakarta, CNBC Indonesia - Skandal mengguncang produsen mobil listrik China, BYD. Ini terkait ratusan buruh asal Negeri Tirai Bambu di lokasi konstruksi pabrik baru produsen otomotif tersebut di Brasil.
Mereka diduga merupakan korban perdagangan manusia (human trafficking). Hal ini disampaikan langsung oleh otoritas ketenagakerjaan Brasil, Kamis waktu setempat.
Sayangnya, dalam keterangannya, tidak dijelaskan tentang bagaimana panel jaksa mencapai kesimpulan terkait kondisi 163 pekerja China di konstruksi pabrik di Negara Bagian Bahia tersebut. Namun, jaksa penuntut Brasil mengatakan mereka akan bertemu lagi dengan perusahaan-perusahaan tersebut pada 7 Januari dan mengusulkan kesepakatan.
"Kesepakatan tersebut dapat membebaskan BYD dan Jinjiang dari penyelidikan oleh jaksa penuntut ketenagakerjaan, tetapi mereka masih dapat menghadapi pengawasan dari inspektorat ketenagakerjaan dan jaksa federal," kata pernyataan otoritas Brasil menyebut pula nama kontraktor pembangunan pabrik, sebagaimana dimuat Reuters, Jumat (27/12/2024).
"(Keduanya) telah meminta pembagian bukti sehingga tindakan dapat diambil di bidang pidana," tambahnya.
Jaksa penuntut Brasil juga merilis video tempat tinggal para pekerja yang memperlihatkan tempat tidur susun tanpa kasur. Mereka mengatakan para pekerja bekerja selama berjam-jam, terkadang tujuh hari seminggu, dalam kondisi yang oleh pihak berwenang disebut merendahkan martabat.
"Di Brasil, kondisi seperti perbudakan mencakup kerja paksa tetapi juga kondisi kerja yang merendahkan martabat, jam kerja panjang yang menimbulkan risiko bagi kesehatan pekerja, jeratan utang, dan pekerjaan apa pun yang melanggar martabat manusia," jelasnya.
BYD tidak segera menanggapi permintaan komentar pada hari Jumat. Namun Jinjiang dengan tegas menolak penilaian otoritas Brasil dengan menyebutkan kemungkinan kesalahpahaman.
"Penggambaran para pekerja sebagai diperbudak tidak akurat dan terdapat kesalahpahaman penerjemahan," kata perusahaan itu.
Di sisi lain, Kementerian Luar Negeri China mengatakan bahwa kedutaannya di Brasil sedang berkomunikasi dengan pemerintah Brasil untuk memverifikasi dan menangani situasi tersebut. Kementerian tersebut tidak segera menanggapi pada hari Jumat atas permintaan komentar atas klaim perdagangan manusia tersebut.
BYD telah membangun pabrik untuk memproduksi 150.000 mobil pada awalnya sebagai bagian dari rencana untuk memulai produksi di Brasil awal tahun depan. Hampir satu dari lima mobil yang dijual BYD di luar China dalam 11 bulan pertama tahun 2024 berada di Brasil.
Pabrik tersebut telah menjadi simbol pengaruh China yang semakin besar di Brasil dan contoh hubungan yang lebih erat antara kedua negara. BYD telah menginvestasikan US$ 620 juta (Rp 10 triliun) untuk mendirikan kompleks pabrik Bahia saja.
Laporan penyimpangan di Bahia dapat menjadi titik kritis utama dalam hubungan bilateral.
Brasil sebenarnya telah lama mencari lebih banyak investasi China. Tetapi strategi Negeri Panda yang membawa pekerjanya ke negara tempat mereka berinvestasi menghadirkan tantangan bagi penciptaan lapangan kerja lokal, yang menjadi prioritas bagi Presiden Luiz Inacio Lula da Silva.
Kasus ini telah memicu reaksi balik yang jarang terjadi di media sosial China terhadap BYD dan membuka diskusi mengenai hak-hak pekerja. Beberapa pengguna internet mengatakan kondisi kehidupan para pekerja di Brazil merupakan kondisi yang umum terjadi di lokasi konstruksi di China.
Komentator terkemuka China, yang juga mantan editor tabloid Partai Komunis Global Times, Hu Xijin, menyebut perlu ada perbaikan kondisi kehidupan karyawan dari BYD.
"Satu-satunya hal yang dapat dilakukan BYD adalah meningkatkan persyaratannya sendiri dan menyamai pengaruhnya yang semakin besar di semua arah. Ini tidak mudah, tetapi BYD harus mampu melakukannya," pungkasnya.
(sef/sef)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Penampakan Mobil Terbang China, Full Elektrik Jangkauan 200 KM
Next Article Video: Produsen Mobil Listrik China Blak-blakan Jurus Kuasai Pasar RI