Jakarta, CNBC Indonesia - Agenda hilirisasi pertambangan dinilai dapat memberikan dampak positif bagi perekonomian negara, khususnya nikel. Selain meningkatkan nilai rantai pasok produksi, hilirisasi dapat menyelamatkan komoditas bijih nikel dari gejolak harga.
Asal tahu saja, sebelum ada hilirisasi atau ketika ekspor bijih nikel masih diberlakukan, Indonesia hanya memperoleh pendapatan ekspor dari komoditas tersebut senilai US$ 3,3 miliar pada periode 2017-2018.
Sementara setelah adanya hilirisasi, nilai tambah ekspor nikel mampu menembus US$ 35,6 miliar atau setara Rp 510 triliun pada tahun 2022. Angka ini lebih dari 6,6 kali lipat dari 2013 yang hanya US$ 5,4 miliar.
Presiden RI Periode 2019-2024 Joko Widodo memaparkan keberhasilan Indonesia dalam mengolah nikel dari bahan mentah hingga produk setengah jadi yang dapat digunakan menjadi salah satu bahan baku stainless steel dan baterai. Menurut dia, barang-barang tersebut sudah diproduksi oleh industri-industri nasional akibat dari kebijakan hilirisasi yang dilakukan pemerintah.
"Lompatannya kelihatan sekali. Dari yang US$ 1,4-2 miliar sebelum nikel distop, kemudian melompat menjadi US$ 34,8 miliar. Itu adalah sebuah lompatan yang besar sekali," ungkap dia dalam BNI Investor Daily beberapa waktu lalu.
Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi mencatat pada 2023 lalu Indonesia terhitung memenuhi permintaan nikel dunia hingga 59%. Produksi nikel Indonesia terhitung semakin tinggi bahkan pada tahun ini diklaimnya bisa menguasai produksi nikel dunia mencapai 70%.
Sementara dalam kurun waktu tiga tahun ke depan, RI diprediksi akan menguasai produksi nikel dunia lebih tinggi lagi hingga mencapai 75%. Peran Indonesia yang bak 'raja' produksi nikel dunia tersebut dinilai bisa membuat Indonesia mengatur harga nikel dunia.
Hingga 2023 misalnya, tercatat total sumber daya bijih nikel RI mencapai 18,5 miliar ton, tepatnya 18.550.358.128 ton dan nikel logam mencapai 184,6 juta ton, tepatnya 184.606.736 ton. Sedangkan, total cadangan nikel Indonesia tercatat sebanyak 5,3 miliar ton, tepatnya 5.325.790.841 ton, untuk bijih dan 56,12 juta ton, tepatnya 56.117.187 ton, untuk logam.
Hingga saat ini, Indonesia telah memiliki smelter nikel yang maju di beberapa wilayah seperti Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, dan Maluku Utara.
Salah satu perusahaan yang terdapat di Sulawesi Tengah yakni PT Gunbuster Nickel Industry (PT GNI), yang turut memainkan peran penting dalam hilirisasi nikel di Morowali Utara. Kehadirannya juga mendukung pembangunan berkelanjutan di Indonesia. Perusahaan yang terletak di Kecamatan Petasia Timur, Morowali Utara, ini pun berupaya menjalankan agenda hilirisasi untuk nikel sesuai dengan program Pemerintah.
Saat ini, PT GNI mampu memproduksi Nickel Pig Iron (NPI) dengan kandungan nikel sebesar 10-12 persen, serta kapasitas produksi yang diprediksi mampu menghasilkan hingga 1,9 juta NPI per tahun.
Dengan kapasitas ini, PT GNI tidak hanya meningkatkan nilai ekonomi dari nikel, tetapi juga mendorong terciptanya multiplier effect di wilayah tempat beroperasinya dengan berbagai indikator, antara lain: penyerapan belasan ribu tenaga kerja, menciptakan ekonomi-ekonomi baru di sekitar smelter, mendorong posisi Indonesia sebagai eksportir terkuat, dan lain sebagainya.
(bul/bul)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Nikel RI Akhirnya Tercatat di Bursa Dunia, Begini Prosesnya!
Next Article Sumbang Setengah Produksi Dunia, Ini Potensi Hilirisasi Nikel RI