Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump mulai menominasikan sejumlah nama untuk mengisi kursi kabinetnya. Terbaru, calon Partai Republik itu menominasikan nama untuk Menteri Luar Negeri (Menlu) dan Kepala Dewan Keamanan Nasional.
Mengutip laporan New York Times yang dikutip AFP, Trump diperkirakan akan menunjuk Senator Florida Marco Rubio sebagai Menlu. Meski belum final, tiga sumber menyebut nama untuk posisi tersebut telah mengarah kepada Rubio.
Meski begitu, Rekan Senator Florida Rubio, Rick Scott, mengirimkan ucapan selamat kepada senator keturunan Kuba itu dalam sebuah pesan di X. Menurutnya, Rubio secara latar belakang mewakili Amerika Latin.
"Ia akan memulihkan kepemimpinan Amerika di seluruh dunia, terutama di Amerika Latin, karena ia mewakili Amerika Serikat dengan bermartabat dan berani!," tulisnya.
Selama seminggu terakhir, Rubio secara konsisten disebut sebagai salah satu kandidat terdepan untuk memimpin diplomasi AS. Ia berlomba untuk posisi ini dengan mantan Duta Besar AS untuk Jerman, Ric Grenell.
Rubio juga akan menjadi arsitek utama kebijakan luar negeri "America First" masa jabatan kedua Trump, dengan Trump berjanji untuk mengakhiri perang yang berkecamuk di Ukraina dan Timur Tengah serta menghindari keterlibatan militer Amerika di luar negeri.
Mengenai sikapnya, Rubio dikenal sangat berlawanan dengan China. Ia menganggap kekuatan Asia itu sebagai ancaman besar bagi kepentingan AS dan berupaya mempersulit perusahaan-perusahaan China untuk beroperasi di Negeri Paman Sam atas tuduhan pelanggaran Hak Asasi Manusia di Xinjiang.
Dewan Keamanan Nasional
Sementara itu, Trump juga telah memilih mantan veteran pasukan khusus angkatan darat dan tokoh terkemuka yang berpihak pada China, Michael Waltz, untuk jabatan Penasihat Keamanan Nasional yang penting di Gedung Putih.
"Waltz tampaknya akan menjadi penasihat utama dalam pemerintahan yang akan datang karena menghadapi serangkaian tantangan kebijakan luar negeri, termasuk perang di Ukraina, Lebanon, dan Gaza," tulis New York Times dan CNN, mengutip sumber yang tidak disebutkan namanya.
Waltz sendiri dikenal pernah menyampaikan pidato yang memuji Trump di Konvensi Nasional Partai Republik pada bulan Juli di mana ia menyerukan perdamaian melalui kekuatan Amerika. Ia menyebut ada cara untuk mengakhiri perang secara ekonomi dan diplomatis.
Ia kemudian merinci secara khusus penerapan sanksi pada sektor energi Rusia, setelah sebelumnya menjuluki negara itu sebagai 'pompa bensin dengan senjata nuklir'.
"Anda bisa memenangkan ini secara ekonomi. Hanya menuangkan lebih banyak miliaran (ke Ukraina) adalah definisi kegilaan saat ini," katanya kepada seorang pewawancara di Ronald Reagan Presidential Foundation and Institute.
Mengenai China, ia menulis dalam bukunya bahwa Amerika menghadapi 'perjuangan eksistensial' dengan Partai Komunis China. Ia juga menyatakan kekhawatiran tentang apa yang disebutnya sebagai 'pembangunan militer bergaya Nazi Jerman era 1930-an' di China dalam sebuah pidato di Ronald Reagan Presidential Foundation bulan lalu.
Dalam pidatonya di Konvensi Partai Republik, Waltz juga berfokus pada keinginannya untuk melihat 'pertanggungjawaban' atas penarikan pasukan Washington yang kacau dari Afghanistan pada tahun 2021 di bawah Presiden Joe Biden.
Ia menyebutnya "noda pada hati nurani nasional kita" dan memuji Trump karena berjanji untuk merilis dokumen dan komunikasi resmi atas penarikan pasukan yang dapat terbukti menjadi aib besar bagi pemerintahan Biden.
(sef/sef)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Prabowo Telepon Trump, Ucapkan Selamat Dan Ajak "Kopdar"
Next Article Penampakan Lokasi Percobaan Pembunuhan Donald Trump