Jakarta, CNBC Indonesia - Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) mengumumkan kajian soal satelit Low-Earth Orbit (LEO) seperti Starlink diminta hanya beroperasi di wilayah 3T atau Tertinggal, Terdepan, dan Terluar. Diharapkan agar Starlink tidak ikut beroperasi di kota-kota besar seperti Jakarta.
Presiden Direktur Smartfren, Merza Fachys ikut mengomentari soal kajian tersebut. Ditanya pandangannya, dia menjawab singkat bahwa hasilnya bagus. Merza menjelaskan satelit LEO memastikan masyarakat bisa terlayani telekomunikasi di wilayah manapun.
"Dengan adanya teknologi satelit LEO itu berarti tidak ada lagi satu jengkal pun wilayah yang tidak bisa dilayani oleh telekomunikasi. Itu ngomongnya," ucapnya, di Jakarta, Jumat (20/12/2024).
Dalam kajian tersebut KPPU menyarankan pemerintah untuk memprioritaskan satelit LEO pada 3T. Selain itu juga mengingatkan untuk mengutamakan kemitraan dengan pelaku jasa telekomunikasi dan UMKM.
"Berdasarkan kajian tersebut, KPPU menyarankan Presiden RI agar Pemerintah memprioritaskan jangkauan layanan penyediaan internet berbasis satelit LEO di daerah Tertinggal, Terdepan, dan Terluar (3T). Lebih lanjut, KPPU juga menyarankan penyediaan jasa internet di daerah 3T tersebut mengutamakan kemitraan antara penyedia jasa internet berbasis LEO dengan pelaku jasa telekomunikasi dan pelaku UMKM dengan mempertimbangkan kepentingan nasional," kata Direktur Ekonomi KPPU, Mulyawan Ranamenggala dalam keterangan resminya.
Menurut KPPU, setiap layanan penyedia telekomunikasi memiliki kategori berbeda. Baik penyedia internet seluler, fiber optik dan satelit memiliki kebutuhan spesifik konsumen pad apenyediaan layanan internet.
Layanan internet berbasis LEO disebut juga memiliki keunggulan. Pada akhirnya membuatnya bisa menjual jasa pada wilayah yang tidak bisa dijangkau teknologi lain.
KPPU juga menyinggung soal layanan internet langsung dari satelit ke ponsel. Dikenal sebagai direct to cell, layanan itu membuat persaingan tidak sehat antar pelaku usaha yang tidak memiliki layanan serupa.
"Pengembangan teknologi satelit LEO juga dapat terus berkembang, di antaranya pengembangan teknologi Direct to Cell. Teknologi direct to cell ini berpotensi pelaku usaha penyedia jasa internet melalui LEO dapat menjadi pelaku usaha dominan di wilayah tersebut dan mengakibatkan persaingan usaha tidak sehat dengan pelaku usaha nasional yang tidak memiliki teknologi satelit LEO," jelasnya.
(fab/fab)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Kemenperin Buka Suara Soal Isu Launching IPhone 16
Next Article Terungkap, China Pakai Satelit Starlink Buat Mata-matai Musuh