Sumber Intelijen, Rusia Sebentar Lagi Menang Perang di Ukraina Timur

1 month ago 19

Jakarta, CNBC Indonesia - Rusia semakin dekat dengan tujuan perangnya di Ukraina untuk menguasai wilayah Donbass. Hal ini disampaikan oleh Kepala Badan Intelijen Luar Negeri Rusia, Sergey Naryshkin, Selasa waktu setempat.

Dalam pernyataannya, Naryshkin menyebut bahwa serangan Moskow ke Ukraina pada dasarnya bukanlah pertempuran melawan Kyiv. Ini melainkan perjuangan melawan Barat yang kolektif menekan Negeri Beruang Putih itu, sehingga kebebasan serta kedaulatannya dipertaruhkan.

Kepala intelijen tersebut menyatakan optimisme tentang kemajuan Rusia di medan perang. Menurutnya, sementara Moskow membuat kemajuan, militer Ukraina justru melemah dan berada di ambang kehancuran.

"Situasi garis depan tidak menguntungkan Kiev. Inisiatif strategis di semua bidang adalah milik kita, kita hampir mencapai tujuan kita, sementara tentara Ukraina berada di ambang kehancuran," ujarnya dalam sebuah wawancara dengan majalah Rusia Razvedchik yang dikutip Russia Today (RT), dikutip Rabu (11/12/2024).

Menurut Naryshkin, rezim Presiden Ukraina Volodimir Zelensky telah kehilangan legitimasinya sepenuhnya. Sebagai akibatnya, pihak Zelensky belum berupaya keras untuk berunding hingga memiliki posisi tawar yang memadai.

"Masa jabatan presiden pemimpin Ukraina itu berakhir Mei lalu, setelah ia menolak mengadakan pemilihan umum baru, dengan alasan darurat militer yang sedang berlangsung," tambahnya.

Pasukan Rusia telah membuat kemajuan dalam beberapa minggu terakhir di medan perang. Sementara itu, para komandan Ukraina mengeluh tentang kurangnya tenaga kerja dan kelelahan di jajaran mereka, meskipun usia wajib militer telah diturunkan dari 27 menjadi 25 tahun dan aturan mobilisasi diperketat musim semi lalu.

Meski begitu, Moskow masih terus berupaya untuk merebut kembali wilayah Kursk, yang sebelumnya miliknya, dari cengkraman Ukraina. Diketahui, Rusia bahkan memanggil pasukan Korea Utara untuk melakukan operasi pengusiran tentara Kyiv dari wilayah itu.

Rusia melancarkan serangan skala besar terhadap Ukraina Timur atau Donbass pada 24 Februari 2024. Moskow berupaya merebut wilayah itu dengan alasan diskriminasi rezim Kyiv terhadap wilayah itu, yang mayoritas dihuni etnis Rusia, serta niatan Ukraina untuk bergabung bersama aliansi pertahanan Barat, NATO.

Langkah ini pun akhirnya menyeret sejumlah negara Barat dalam konflik, termasuk Amerika Serikat (AS) dan sekutunya di Eropa. Mereka memberikan bantuan besar kepada Kyiv untuk melawan pasukan Rusia, dan di sisi lain, menjatuhkan ribuan sanksi ekonomi kepada Moskow agar tak memiliki anggaran untuk perang.


(sef/sef)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Rusia Bombardir Kota Zaporizhzhia Ukraina, 9 Tewas & 20 Terluka

Next Article Putin Menang Lagi, Rusia Kuasai 2 Wilayah Baru di Ukraina

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|