Jakarta, CNBC Indonesia - Tren undangan pernikahan dalam bentuk cetak perlahan sudah mulai terpinggirkan oleh undangan digital. Akibatnya banyak pengrajin percetakan yang akhirnya mulai tutup secara perlahan, misalnya di Pasar Tebet Barat yang dulu menjadi referensi masyarakat dalam undangan cetak.
Iwan yang sudah berjualan di pasar ini selama hampir 30 tahun menyatakan bahwa mulanya pasar Tebet Barat memang didominasi oleh kuliner. Namun lambat laun berkembang dengan banyaknya toko percetakan yang buka di hampir semua lantai. Namun saat ini hanya berada di basement.
"Saya jualan dari tahun 1995, awalnya cuma ada 4 orang yang usaha undangan, lambat laun berkembang sampai semua lantai usaha ini. Tapi setelah Covid banyak yang tutup," kata pengrajin undangan Iwan kepada CNBC Indonesia, Selasa (10/12/2024).
Para pengrajin percetakan yang berada di basement Pasar Tebet Barat ini juga tidak banyak menerima orderan di tengah pekan. Pantauan CNBC Indonesia pada Selasa (10/12/2024) kebanyakan pengrajin hanya duduk di depan tokonya sambil menunggu pelanggan datang.
"Dulu orang se-Indonesia pada bikin undangan disini, bahkan orang Malaysia aja bikinnya disini, tapi sekarang udah ngilang aja," kata pengrajin undangan Pasar Tebet Barat Guntur kepada CNBC Indonesia, (10/12/2024).
Foto: Tren undangan cetak kalah bersaing dengan digital di Pasar Tebet, Jakarta, Selasa (10/12/2024). (CNBC Indonesia/Ferry Sandi)
Tren undangan cetak kalah bersaing dengan digital di Pasar Tebet, Jakarta, Selasa (10/12/2024). (CNBC Indonesia/Ferry Sandi)
Ia juga mengakui, ada penurunan permintaan surat undangan pernikahan dalam beberapa waktu terakhir. Jika dulu dalam sekali cetak bisa mencapai ribuan undangan, saat ini hanya ratusan.
"Dulu bisa 1.500-2.000 undangan dalam sekali cetak, sebelum ada online kaya sekarang. Kalau sekarang kirim WA (WhatsApp) juga kan bisa, kalau dulu sulit. Jadi sekarang paling 100-200 undangan aja," ungkap dia.
Pencetak undangan lainnya yakni Khairunisa juga mengakui ada pergeseran percetakan undangan belakangan ini. Sebagian besar pencetak undangan dikhususkan untuk orang tua.
"Pelanggan cerita undangan ini biasanya dikirim untuk orang-orang di kantor, kan ngga enak kirim ke grup doang. Ada juga yang bikin buat dikirim ke orang tua," ujar Khairunisa.
Mulai menurunnya pesanan ke pengrajin di pasar ini karena sudah semakin banyaknya pengrajin di berbagai daerah, sehingga kini tidak lagi berpusat di Jakarta. Di beberapa situs e-commerce juga menunjukkan bahwa pengrajin undangan ini ada di beberapa wilayah seperti Bandung, Cirebon hingga Palembang.
"Makanya sekarang pesanan seadanya aja, kecuali yang memang kerja sama dengan WO (Wedding Organizer) biasanya ada pesanan rutin. Dulu saya ada bareng WO, tapi sekarang udah ngga," kata Guntur.
Pantauan CNBC Indonesia, di lantai basement ini masih nampak aktivitas percetakan dengan beberapa orang bekerja, lokasinya berada di satu area dengan parkiran motor dan mobil.
(wur/wur)
Saksikan video di bawah ini: