WhatsApp Dibobol, Ribuan Pengguna Jadi Korban

6 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Pengadilan AS menemukan bahwa NSO Group, perusahaan di balik spyware Pegasus, menyerang 1.400 perangkat pengguna melalui WhatsApp.

WhatsApp sendiri sudah mengajukan gugatan terhadap NSO Group pada 2019 lalu. WhatsApp menuduh bahwa NSO Group menggunakan Pegasus untuk memata-matai ponsel para jurnalis, aktivis, dan pejabat pemerintah.

Perusahaan senjata siber Israel NSO Group mengembangkan perangkat lunak mata-mata Pegasus pada 2011. Pegasus bisa menginfeksi ponsel dari jarak jauh dan mencuri pesan, panggilan, dan data pribadi pengguna.

Setelah terinstal pada sebuah perangkat, Pegasus memata-matai pengguna tanpa mereka sadari yang menjadikannya salah satu alat paling berbahaya untuk pelanggaran privasi.

Pengadilan AS menyatakan NSO Group bertanggung jawab atas serangan terhadap pengguna WhatsApp dengan spyware Pegasus.

Hakim Phyllis Hamilton memutuskan bahwa NSO Group melanggar Undang-Undang Penipuan dan Penyalahgunaan Komputer federal (CFAA) dan Undang-Undang Akses dan Penipuan Data Komputer Komprehensif (CDAFA) California.

Hakim juga menemukan bahwa perusahaan tersebut melanggar ketentuan layanan WhatsApp. Keputusan ini muncul setelah pertarungan hukum selama lima tahun.

Pengadilan belum menentukan berapa banyak yang harus dibayar NSO sebagai ganti rugi. Pada awal 2024, Hamilton memerintahkan NSO Group untuk memberikan kode sumber spyware-nya kepada WhatsApp.

Namun dalam putusannya, ia mengatakan bahwa perusahaan tersebut telah berulang kali gagal melakukannya, yang menjadi alasan utama untuk mengabulkan permintaan WhatsApp untuk menjatuhkan sanksi terhadap NSO Group.

Gugatan tersebut diajukan di California, tetapi NSO Group hanya mengizinkan warga negara Israel untuk melihat kode sumbernya di Israel.

Will Cathcart, kepala WhatsApp, menulis sebuah postingan di Threads bahwa eputusan ini merupakan kemenangan besar bagi privasi.

"Kami menghabiskan waktu selama lima tahun untuk mempresentasikan kasus kami karena kami sangat yakin bahwa perusahaan-perusahaan mata-mata tidak dapat bersembunyi di balik kekebalan hukum atau menghindari pertanggungjawaban atas tindakan mereka yang melanggar hukum. Perusahaan pengintai harus menyadari bahwa tindakan mata-mata ilegal tidak akan ditoleransi," tulisnya, dikutip dari Android Headlines, Senin (23/12/2024).

Spyware Pegasus kontroversial karena penciptanya pada awalnya mendesainnya untuk membantu pemerintah memerangi kejahatan dan terorisme.

Tetapi pemerintah di seluruh dunia dilaporkan telah menggunakannya untuk memata-matai jurnalis, pemimpin oposisi, dan aktivis hak asasi manusia.

Penyalahgunaan ini telah menimbulkan pertanyaan besar tentang etika teknologi dan bahaya terhadap privasi. Sebelum tahun 2019, hal ini disebarkan melalui pesan-pesan dengan tautan berbahaya. Tetapi sekarang ini lebih kuat dengan menggunakan kerentanan "zero-day" pada ponsel.


(fab/fab)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Diminati Google-Facebook, Investasi Kabel Laut RI Kian Menarik?

Next Article Ciri-Ciri WhatsApp Disadap atau Dibajak dan Cara Stop

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|