Ada 'Kiamat' Baru di Australia, Warga Terancam Gak Punya Rumah

1 month ago 20

Jakarta, CNBC Indonesia - Australia dilaporkan mengalami 'kiamat' baru. Hal ini terkait kelangkaan buruh migran yang bekerja di negara itu. 

Para pekerja ini sangat terasa minim di sektor tenaga kerja di industri konstruksi. Kenyataan itu dikhawatirkan mengancam pemenuhan rumah di negara itu.

Hal ini kemudian membuat badan-badan konstruksi terkemuka di Negeri Kanguru mendesak pemerintah untuk mengubah pendekatannya terhadap migrasi pekerja terampil dan mendatangkan lebih banyak migran untuk mengatasi kekurangan pekerja. Mereka menyebut hal ini perlu segera dilakukan karena mengancam pasar perumahan.

Asosiasi industri konstruksi dan bangunan terkemuka di negara ini, Master Builders, mengantisipasi setidaknya setengah juta pekerja harus memasuki industri konstruksi pada tahun 2029. Ini hanya untuk memenuhi permintaan konstruksi saat ini.

Pada bulan Maret, BuildSkills Australia mengatakan 90.000 pekerja baru dibutuhkan antara saat itu dan akhir tahun 2024. Namun menurut Biro Statistik Australia, industri ini masih jauh dari kata cukup, hanya mempekerjakan lebih dari setengah dari jumlah tersebut.

"Kekurangan pekerja yang sangat besar merupakan kontributor terbesar terhadap meningkatnya biaya konstruksi. Salah satu alasan utama industri ini tidak mampu membangun cukup banyak rumah baru untuk memenuhi permintaan dan meredakan krisis perumahan," ungkap lembaga tersebut, dikutip The Guardian, Selasa (5/11/2024).

Dalam survei anggota Master Builders pada bulan April, 85% mengatakan bahwa sulit untuk menemukan pekerja yang memiliki kualifikasi yang sesuai. Selain itu, ada 66% mengatakan bahwa mencari pekerja merupakan masalah terbesar yang dihadapi industri tersebut.

CEO Master Builders Australia, Denita Wawn, juga mengatakan industri ini 'sangat membutuhkan' lebih banyak pekerja. Ia berujar bahwa para migran adalah jawabannya dalam jangka pendek.

"Kekurangan tenaga kerja saat ini menjadi kendala terbesar dalam pembangunan rumah baru dan proyek infrastruktur. Jika kita ingin membangun 1,2 juta rumah, kita perlu mendatangkan lebih banyak pekerja terampil ke negara ini dan dengan cepat," katanya.

Wawn menambahkan bahwa biaya konstruksi telah melonjak hingga 40% sejak pandemi. Ia kemudian juga mengaitkan sebagian besar peningkatan itu dengan kekurangan tenaga kerja.

"Migrasi pekerja terampil merupakan bagian penting dari teka-teki tenaga kerja di industri bangunan dan konstruksi. Dalam jangka pendek, kita tidak dapat mengatasi kekurangan tenaga kerja hanya melalui magang di dalam negeri," ujarnya.

Karena pekerja terampil tidak dapat memasuki Australia melalui jalur keterampilan spesialis atau esensial di bawah sistem yang diusulkan, Master Builders disebutkan ingin pemerintah menambahkan semua jenis pekerjaan konstruksi dan bangunan ke daftar pekerjaan keterampilan inti.


(sef/sef)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Ke Australia, Raja Charles III Diteriaki Bukan Raja

Next Article Kabar Ga Enak dari Australia, Ekonomi Tak Baik-Baik Saja

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|