Jakarta, CNBC Indonesia - Sejumlah kalangan ekonom mengkhawatirkan semakin lesunya daya beli masyarakat Indonesia, setelah melihat data realisasi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang hanya tumbuh 4,95% pada kuartal III-2024 secara tahunan, jauh di bawah konsensus para ekonom di level 5,03%.
Ekonom Maybank Indonesia Myrdal Gunarto mengatakan, pelemahan pertumbuhan itu sangat jelas terlihat akibat penurunan laju konsumsi rumah tangga yang terus tumbuh di bawah 5% yoy, tepatnya 4,91% pada kuartal III-2024. Lebih rendah dari Kuartal II-2024 sebesar 4,93%, Kuartal III-2023 sebesar 5,05% dan kuartal III-2022 sebesar 5,40%.
"Yang paling saya lihat adalah dari sisi pertumbuhan konsumsi rumah tangga, yang tumbuh kurang dari 5%," kata Myrdal kepada CNBC Indonesia, Rabu (6/11/2024).
Myrdal juga menegaskan, dari sisi lapangan usaha atau sektoral, sebetulnya juga ada perlambatan pertumbuhan ekonomi di sektor transportasi dan pergudangan serta akomodasi dan makan minum, yang sangat terkait dengan daya beli masyarakat.
Pada kuartal III-2024, pertumbuhan sektor transportasi dan pergudangan sebesar 8,64% yoy padahal kuartal II-2024 tumbuhnya mencapai 9,56%. Untuk sektor akomodasi dan makan minum bahkan hanya tumbuh 8,33% dari sebelumnya mampu tumbuh dua digit 10,17%.
"Tentunya ini butuh stimulan, tidak hanya dari sisi fiskal pemerintah seperti yang kita ketahui ada beberapa perpanjangan insentif fiskal ya terutama terkait insentif PPnBM untuk mobil listrik, properti, lalu juga tax holiday. Kita lihat juga ada beberapa rencana pemerintah terkait dengan mendorong kredit umum ya," tegasnya.
Myrdal menekankan, data pertumbuhan kuartal III-2024 sebetulnya sudah menjadi sinyal bagi otoritas moneter, yakni Bank Indonesia untuk segera menurunkan tingkat suku bunga acuan BI Rate, yang saat ini masih tinggi di level 6%.
"Tentunya ya kalau kita lihat dari data pertumbuhan ekonomi tersebut ya kita masih butuh suku bunga yang lebih murah untuk mendorong aktivitas ekonomi kita, terutama dari sisi konsumen yang butuh suku bunga lebih murah untuk membayar cicilan, untuk membayar terkait biaya kredit, dan untuk pelaku usaha juga butuh bunga yang lebih murah untuk biaya ekspansi kredit yang lebih murah juga," ungkap Myrdal.
Kepala Ekonom Bank Syariah Indonesia (BSI) Banjaran Surya Indrastomo juga mengatakan hal serupa. Bahkan, ia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal IV-2024 akan terus termoderasi karena tekanan daya beli masyarakat, meski ada faktor musiman seperti Hari Raya Natal dan Tahun Baru.
"Secara garis besar kami expect pertumbuhannya lebih moderate ya, karena daya beli, padahal proyek pemerintah drastis. Q4 mungkin akan tertolong cycle akhir tahun tetapi ini harus dibarengi stimulus untun mengerek daya beli," tegas Banjaran.
Sementara itu, Ekonom Bank Danamon Hosianna Situmorang menjelaskan tanda-tanda sudah melambatnya konsumsi rumah tangga ini tercermin dari kontribusinya terhadap PDB yang kian menyusut, menjadi hanya 2,55 poin persentase (pp). Biasanya, konsumsi rumah tangga berkontribusi sekitar 2,6 pp terhadap total PDB.
Ia menilai, pertumbuhan yang lebih lambat ini disebabkan oleh meningkatnya pengangguran, dengan pemutusan hubungan kerja di Indonesia naik 31% yoy hingga Oktober, dengan jumlah hampir 60.000, menurut data dari Kementerian Ketenagakerjaan.
Selain itu, ia menekankan, aktivitas manufaktur telah mengalami kontraksi selama empat bulan berturut-turut, menandai kemerosotan terpanjangnya setidaknya sejak 2021, berdasarkan Indeks Manajer Pembelian Global S&P.
"Akibatnya, permintaan domestik melemah, yang selanjutnya berdampak pada konsumsi. Periode kembali ke sekolah juga menekan daya beli rumah tangga, yang berkontribusi pada pertumbuhan konsumsi yang lebih lambat," ucap Hosianna.
Dengan berbagai perkembangan itu, ia pun memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia secara keseluruhan tahun pada 2024 hanya akan tumbuh di level 5%, lebih rendah dari realisasi pertumbuhan ekonomi pada 2023 yang sebesar 5,05%.
(arj/mij)
Saksikan video di bawah ini:
Video: PR Berat 100 Hari Pemerintahan Prabowo-Gibran
Next Article April-Juni 2024 Hidup Warga RI Berat, Gaji Stagnan & Makan Tabungan