Bisnis Wealth Management Makin Prospektif Kala Kelas Menengah Seret

1 week ago 14

Jakarta, CNBC Indonesia - Masyarakat kelas menengah atas kini menjadi andalan untuk pertumbuhan bisnis perbankan. Ini seiring dengan fenomena menjelang akhir tahun, yakni perbankan berlomba-lomba menggaet nasabah tajir atau high net worth individual (HNWI).

Menurut Direktur Utama BJB (BJBR) Yuddy Renaldi, perbankan jelang akhir tahun membidik segmen nasabah tajir yang memiliki rata-rata simpanan di atas Rp5 miliar, sehingga simpanan dengan nominal tiering tersebut dapat tumbuh signifikan.

Namun, di kala tren masyarakat menengah bawah turun kelas dan daya belinya yang semakin melandai, pertumbuhan bisnis pengelolaan kekayaan (wealth management) dapat terhalang. Head of Network Sales & Distribution HSBC Indonesia Sumirat Gandapradja mengatakan biasanya masyarakat kelas menengah naik ke kelas berikutnya seiring bertambah umurnya.

"Biasanya, begitu umurnya semakin matang dia akan naik ke kelas berikutnya. Kalau itu terhambat tentunya juga akan mengaruhi bisnis wealth management," pungkas Sumirat di Gedung HSBC, Kamis (7/11/2024).

Maka dari itu, pihaknya berupaya mengejar pertumbuhan nasabah tajir melalui layanan solusi keuangan perencanaan finansial. Dengan begitu, diharapkan para kelas menengah dapat naik kelas.

Meskipun begitu, Sumirat mengatakan bisnis wealth management HSBC Indonesia tetap tumbuh "jauh lebih baik" dari tahun sebelumnya. Bahkan ia meyakini bank asal Inggris itu mengungguli bank kompetitor atas pertumbuhan jumlah aset dalam kelolaan atau asset under management (AUM) dan jumlah nasabah dari bisnis wealth management.

Sumirat memaparkan AUM pada wealth management HSBC Indonesia tumbuh sebesar Rp10 triliun hingga per kuartal III-2024. Sementara jumlah nasabah segmen affluent kini mencapai sekitar 72.000 orang. Ia mengatakan pihaknya menargetkan pertumbuhan double digit hingga kuartal IV-2024.

Salah satu strategi HSBC untuk menggaet nasabah kaya adalah dengan menyediakan perencanaan dan nasehat keuangan dari para relationship manager profesional menggunakan perangkat Financial Health Check. Dengan begitu, diharapkan para nasabah tajir dapat memiliki perencanaan keuangan yang matang dan dapat mewarisinya ke generasi selanjutnya.

Tidak hanya HSBC Indonesia, bank asal Singapura PT Bank DBS Indonesia, juga berupaya menggaet nasabah tajir dengan strategi serupa. Bank DBS Indonesia sendiri memiliki layanan DBS Treasures Private Client, yang menawarkan berbagai keunggulan dalam pengelolaan dana. Bank itu juga mengincar generasi penerusnya melalui acara networking.

"Dalam hal ini, penting kualitas dari relationship manager kita dipertajam. Nah bedanya kita, saya bisa bilang bahwa kita juga punya experience relationship manager," ujar Consumer Banking Director Bank DBS Indonesia Melfrida Gultom di Four Seasons Jakarta, Rabu (12/9/2024).

"Anak-anaknya bisa belajar gitu ya tentang leadership, tentang how to run the company. Nah itu yang kita lakukan sekarang dan anak-anaknya juga sudah engage. Maksudnya sudah masuk ke inisiatif-inisiatif yang dilakukan DBS. Jadi hopefully pada saat itu di transfer anak-anak ini juga akan tetap menjadi nasabah loyal DBS."

DBS sendiri mencatatkan pertumbuhan nominal AUM sebesar 32% dari Juli 2022 hingga Juli 2024. Sementara jumlah nasabah dengan tiering simpanan Rp5 miliar ke atas, naik 16% dalam periode waktu yang sama, dan kini berjumlah ribuan.

Bank pelat merah PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN) juga mengandalkan bisnis wealth management, guna menekan biaya pendanaan. Direktur Utama BTN Nixon Napitupulu mengatakan pihaknya tengah mengubah struktur pengelolaan pendanaan, dengan menurunkan porsi funding yang besar berbiaya mahal dengan yang berukuran sedang. Dengan begitu, biaya pendanaan atau cost of fund (CoF) dapat ditekan.

Selain itu, BTN memiliki mesin pendanaan baru melalui produk BTN Prospera. Produk AUM dengan nilai simpanan Rp 100 juta hingga Rp 500 juta ini mengincar segmen orang kaya baru atau kelas menengah. Nixon mengatakan sejak peluncurannya pada Maret lalu, produk ini sudah bertumbuh 20%.

"Ini baru berapa bulan sudah naik 20% Prospera. Cepat, sih [pertumbuhan AUM-nya]. Jadi orang kalau dikelola, [jumlah] nasabah itu pasti cepat naik. Nah itu upaya-upaya itu yang kita lakukan Sehingga CoF-nya turun, dari awal tahun 4,2% sekarang 3,97%," ungkap Nixon di Perumahan Pesona Kahuripan 9, Kabupaten Bogor, Rabu (31/7/2024) lalu.


(fsd/fsd)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Cara Multifinance Amankan Bisnis Saat Kelas Menengah Terhimpit

Next Article Layanan Wealth Management BRI Raih Penghargaan Internasional

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|