Jakarta, CNBC Indonesia - Ekonomi China belum pulih. Harga konsumen (IHK) China misalnya naik pada laju paling lambat dalam empat bulan, di Oktober, sementara deflasi harga pangan semakin dalam.
Ini terjadi ketika China memberikan stimulus terbaru untuk mendukung ekonomi yang lesu. Sebelumnya Jumat, badan legislatif tertinggi negara itu menyetujui paket 10 triliun yuan (Rp 21.798 triliun) untuk meringankan utang pemerintah daerah.
Mengutip Biro Statistik Nasional China, Inflasi naik 0,3% dari tahun sebelumnya bulan lalu. Angka itu melambat dari kenaikan 0,4% di September, menjadi level terendah sejak Juni, lebih rendah dari perkiraan kenaikan 0,4% dalam jajak pendapat ekonom Reuters.
"Penurunan harga pangan menyeret turun HIK bulan ke bulan," kata Dong Lijuan dari biro statistik China dimuat CNBC International, Senin (11/11/2024).
Namun, inflasi inti- tidak termasuk pangan dan bahan bakar-, naik 0,2% di Oktober. Angkanya meningkat 0,1% dari September.
"Karena liburan Golden Week pada bulan Oktober, dampak kebijakan stimulus dalam mendorong permintaan domestik yang dikeluarkan sejak akhir September belum terlihat jelas," kata analis, Kepala Ekonom JLL Bruce Pang.
Ia memperkirakan IHK akan mempertahankan tren kenaikan sementara inflasi inti tetap rendah. Ini, yakinnya, akan membuka ruang bagi otoritas untuk memangkas suku bunga lebih lanjut awal tahun depan.
"Penerapan beberapa kebijakan penyesuaian kontra-siklus yang lebih baik dari perkiraan diharapkan dapat meningkatkan momentum konsumsi dan investasi," kata analis lain, peneliti ekonomi makro di China Everbright Bank, Zhou Maohua.
"Namun pemulihan pasar perumahan domestik, konsumsi rumah tangga, dan keseimbangan antara penawaran dan permintaan akan memerlukan waktu," jelasnya.
Sebelumnya, bank sentral China (People's Bank of China (PBoC)) pada akhir September meluncurkan langkah-langkah dukungan moneter paling agresif sejak pandemi COVID-19 untuk menghidupkan kembali pertumbuhan ekonomi. Dukungan lebih banyak diharapkan.
Menteri Keuangan China Lan Foan telah mengindikasikan lebih banyak stimulus akan segera datang akhir pekan kemarin. Ia mengatakan pada konferensi pers bahwa kebijakan pajak untuk mendukung pasar perumahan akan segera datang dan bahwa pihak berwenang sedang mempercepat pekerjaan rekapitalisasi bank.
Beberapa analis mengatakan Beijing mungkin ingin mempertahankan beberapa amunisi ekonomi sampai Donald Trump kembali menjabat sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) pada bulan Januari. Kemenangan Trump dikhawatirkan membawa kemalangan baru bagi China dengan kebijakan kenaikan tarifnya, yang kemungkinan besar akan berlanjut, memberi impor China bea masuk 60% ke AS.
Dengan 70% kekayaan rumah tangga China terikat pada sektor real estat yang sedang terpuruk, konsumen memegang uang mereka erat-erat. Ini membuat ekonomi China mengalami tekanan deflasi.
"Inflasi konsumen utama China kemungkinan akan tetap rendah tahun depan di 0,8%. Sementara harga produsen tidak akan berubah positif hingga kuartal ketiga 2025," kata Goldman Sachs dalam sebuah catatan bulan ini.
(sef/sef)
Saksikan video di bawah ini:
Video: PM China Siap Lawan Tindakan Unilaterisme!
Next Article Bos Bank Sentral China Buka Suara soal Ekonomi, Ada Apa?