Data Exit Poll Pemilu Amerika Ungkap Momok Utama Warga AS

1 month ago 14

Jakarta, CNBC Indonesia - Pada pemilihan presiden Amerika Serikat yang berlangsung Selasa (5/11/2024) waktu setempat, hampir tiga perempat pemilih menganggap demokrasi Amerika berada dalam ancaman.

Berdasarkan data exit poll nasional yang dikumpulkan Edison Research, pemilih menunjukkan kekhawatiran mendalam terhadap stabilitas negara setelah kampanye yang penuh persaingan antara kandidat Demokrat, Kamala Harris, dan kandidat Republik, Donald Trump.

Isu demokrasi dan ekonomi menjadi perhatian utama, diikuti oleh isu-isu seperti aborsi dan imigrasi. Sekitar 73% pemilih percaya bahwa demokrasi terancam, sementara 25% menyatakan masih merasa aman terhadap keadaan demokrasi di AS.

Pemilihan kali ini mempertemukan dua visi yang sangat berbeda bagi masa depan negara. Kampanye yang berliku ini dibumbui oleh berbagai peristiwa luar biasa, termasuk dua upaya pembunuhan terhadap Trump, pengunduran diri mengejutkan Presiden Joe Biden, serta peningkatan karier politik Harris.

Kedua kandidat memiliki peluang yang seimbang dalam persaingan ini, setelah miliaran dolar digelontorkan dan kampanye intensif dilakukan selama beberapa bulan.

Trump memberikan suaranya di dekat kediamannya di Palm Beach, Florida, sementara Harris, yang sudah mengirimkan suaranya melalui surat ke negara bagian asalnya, California, menghabiskan hari itu dengan wawancara radio untuk mendorong pemilih.

"Jika saya kalah dalam pemilihan yang adil, saya akan jadi yang pertama mengakuinya," ujar Trump kepada wartawan, dilansir Reuters.

Sementara itu, Harris, dalam wawancara radio, menyatakan antusiasmenya untuk berpidato di hadapan mahasiswa di Howard University, kampus yang ia cintai.

Hasil exit poll nasional memberikan gambaran tentang pemikiran masyarakat, tetapi tidak selalu mencerminkan kondisi di tujuh negara bagian kunci yang diprediksi menentukan hasil pemilu.

Exit poll ini, yang merekam perbedaan partisipasi pemilih dari berbagai kelompok demografi, memberikan wawasan bagaimana pola pemilih berubah dibandingkan pemilu sebelumnya.

Sebelum pemilu, survei menunjukkan persaingan yang ketat di tujuh negara bagian tersebut: Arizona, Georgia, Michigan, Nevada, North Carolina, Pennsylvania, dan Wisconsin. Siapapun yang menang, sejarah akan tercipta.

Harris, 60 tahun, yang merupakan wanita pertama yang menjabat sebagai wakil presiden, berpotensi menjadi presiden perempuan pertama serta presiden pertama yang berdarah Afrika-Amerika dan Asia Selatan. Sementara Trump, 78 tahun, akan menjadi presiden pertama yang memenangkan masa jabatan tidak berturut-turut dalam lebih dari satu abad jika berhasil.

Perlombaan ini mencerminkan polarisasi mendalam di tengah masyarakat Amerika. Retorika Trump yang makin gelap dan apokaliptik berbeda dengan seruan Harris untuk persatuan. Dia memperingatkan bahwa periode kedua Trump dapat mengancam fondasi demokrasi Amerika. Pemilihan ini juga mempertaruhkan kendali atas kedua kubu Kongres. Partai Republik memiliki jalur yang lebih mudah untuk merebut Senat, sementara kendali DPR tetap tidak pasti.


(luc/luc)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Pilpres AS di Depan Mata, Ini Pilihan Pemimpin Dunia

Next Article MA Putuskan Trump 'Kebal' Hukum, Biden Beri Respons Menohok

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|