Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah dua hari melesat, harga minyak mentah kini mulai koreksi setelah keluar data cadangan minyak AS bertambah lebih banyak dari ekspektasi.
Selain itu, sikap wait and see pelaku pasar masih berlanjut mencermati jalannya pemungutan suara dari hasil pemilu AS, menanti kebijakan moneter the Fed, sampai keputusan stimulus China.
Melansir Refinitiv, harga minyak mentah jenis Brent sampai Rabu hari ini (6/11/2024) sampai pukul 09.45 WIB terpantau koreksi 0,49%, begitu juga harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) turun 0,42%.
Padahal, pada penutupan kemarin Selasa (5/11/2024) harga minyak masih terpantau dalam zona positif. Jenis Brent menguat 0,60% ke posisi US$ 75,53 per barel, ini menandai penguatan dua hari beruntun.
Sementara jenis WTI pada kemarin menguat 0,73% yang mengakumulasi tren positif selama lima hari beruntun dan mengerek harga ke posisi US$ 71,99 per barel.
Harga minyak yang koreksi setelah menguat beberapa hari menunjukkan permintaan yang terpantau masih cukup sepi diikuti pasokan masih cukup banyak meskipun OPEC+ menunda produksi
Data dari American Petroleum Institute (API) menunjukkan persediaan minyak AS meningkat 3,1 juta barel dalam sepekan sampai 1 November, jauh lebih banyak dari ekspektasi yang berharap peningkatan 1,8 juta barel.
Data API biasanya menunjukkan angka yang sama dengan data inventaris resmi, yang akan dirilis pada hari Rabu ini. Angka tersebut kemudian memicu beberapa kekhawatiran permintaan bahan bakar AS menurun, terutama saat musim dingin semakin dekat.
Produksi minyak di AS juga diperkirakan akan tetap berada di dekat rekor tertinggi lebih dari 13 juta barel per hari (bph).
Sementara itu, pasar pada pekan ini masih dibanjiri sentimen, mulai dari pertemuan the Fed, pemilu AS, sampai pertemuan Kongres Rakyat Nasional Tiongkok membuat banyak pelaku pasar dalam mode wait and see sehingga transaksi cukup sepi.
Ahli Strategi Pasar IG International Yeap Jun Rong menyatakan "Pertemuan NPC Tiongkok juga menjadi perhatian utama untuk mendapatkan kejelasan mengenai stimulus fiskal guna meningkatkan prospek permintaan negara, tetapi kecil kemungkinan kita akan melihat komitmen yang kuat sebelum hasil pemilu presiden AS, dan hal itu akan terus membuat harga minyak berada dalam permainan menunggu dalam jangka pendek," kata Yeap.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(tsn/tsn)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Alasan BRI Tutup Kantor Cabang & Majukan AgenBRIlink
Next Article Pasokan Meningkat, Harga Minyak Mentah Tergelincir!