Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akhirnya berhasil bangkit pada perdagangan sesi I Jumat (8/11/2024), setelah beberapa hari terakhir merana hingga menyentuh kembali level psikologis 7.200.
Per pukul 09:15 WIB, IHSG melesat 0,85% ke posisi 7.305,53. IHSG pun kembali ke level psikologis 7.300, setelah kemarin terkapar ke level psikologis 7.200.
Nilai transaksi indeks pada sesi I hari ini sudah mencapai sekitar Rp 1,6 triliun dengan volume transaksi mencapai 1,8 miliar lembar saham dan sudah ditransaksikan sebanyak 150.233 kali.
Terpantau hampir seluruh sektor berbalik menguat pada hari ini, kecuali sektor konsumer baik non-primer maupun primer yang masih terkoreksi masing-masing 0,06% dan 0,15%.
Sektor bahan baku menjadi yang paling kencang penguatannya yakni mencapai 1,72%. Kemudian ada sektor infrastruktur yang melonjak 1,07%, dan teknologi yang melonjak 1,01%.
Berbagai sentimen positif mulai datang akhir pekan ini yang potensi membuat IHSG bisa berbalik arah ke zona hijau hijau.
Bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve (The Fed) yang akhirnya kembali memangkas suku bunga, cadangan devisa RI juga masih cukup tebal, kini pasar tinggal mencermati pertemuan kongres China untuk melihat bagaimana kebijakan stimulus ekonomi-nya.
The Fed kembali memangkas suku bunga acuan dengan besaran 25 basis points (bps) menjadi 4,50-4,75% pada Kamis waktu AS atau Jumat dini hari waktu Indonesia.
Pemangkasan sebesar 25 bps ini adalah kali kedua yang dilakukan The Fed dalam dua pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) secara beruntun. Sebelumnya, The Fed memangkas suku bunga sebesar 50 bps pada September lalu. Dengan demikian, suku bunga The Fed sudah dipangkas 75 bps.
Seperti diketahui, The Fed mengerek suku bunga sebesar 525 bps sejak Maret 2022 hingga Juli 2023. Mereka kemudian menahan suku bunga di level 5,25-5,50% pada September 2023-Agustus 2024 atau lebih dari setahun.
The Fed dalam keterangannya menjelaskan pemangkasan suku bunga dilakukan karena meyakini inflasi AS sudah bergerak menuju target kisaran mereka di angka 2%. Indikator ekonomi terbaru menunjukkan bahwa aktivitas ekonomi terus berkembang dengan kecepatan yang solid.
"Tingkat pengangguran naik namun tetap rendah. Inflasi telah menunjukkan kemajuan menuju target sasaran 2% tetapi tetap berada pada tingkat yang cukup tinggi," tulis The Fed dalam website resmi mereka.
Pemangkasan suku bunga ini akan menjadi gairah bagi pasar keuangan global lantaran akan memicu bank sentral lain ikut memangkas suku bunga-nya, termasuk Bank Indonesia (BI). Suku bunga melandai akan menambah likuiditas bagi pasar yang membuat ekonomi kembali berputar.
Kabar baik juga datang dari ekonomi Tanah Air dengan cadangan devisa yang masih tebal, ini diharapkan mampu digunakan sebagai tambahan untuk penguatan mata uang RI.
Bank Indonesia (BI) melaporkan posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Oktober 2024 tercatat sebesar US$ 151,2 miliar. Realisasi tersebut meningkat US$ 1,3 miliar dari sebelumnya US$ 149,9 miliar.
Kenaikan posisi cadangan devisa tersebut antara lain bersumber dari penerimaan pajak dan jasa serta penarikan pinjaman luar negeri pemerintah.
Data tersebut menunjukkan, cadangan devisa setara dengan pembiayaan 6,6 bulan impor atau 6,4 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
BI menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.
"Ke depan, Bank Indonesia memandang cadangan devisa memadai untuk mendukung ketahanan sektor eksternal. Prospek ekspor yang tetap positif serta neraca transaksi modal dan finansial yang diprakirakan tetap mencatatkan surplus, sejalan persepsi positif investor terhadap prospek perekonomian nasional dan imbal hasil investasi yang menarik, mendukung tetap terjaganya ketahanan eksternal."
CNBC INDONESIA RESEARCH
(chd/chd)
Saksikan video di bawah ini: