Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Perindustrian membeberkan bahwa industri minyak dan gas bumi (migas) menyumbang Produk Domestik Bruto (PDB) mencapai Rp 500 triliun.
Wakil Menteri Perindustrian Faisol Riza menyebutkan bahwa industri sektor migas dalam negeri menyumbang hingga 25% dari total PDB dalam negeri. Hal itu dinilai industri migas sendiri bisa menciptakan rantai pasok pipa yang besar di Indonesia.
"Industri migas juga mengambil peran penting karena memberikan kontribusi lebih dari Rp 500 triliun atau sekitar 25% dari total PDB. Sektor migas menciptakan rantai pasok yang luar biasa terutama di industri pipa dalam negeri," jelasnya dalam acara 1st Indonesia Seamless Tube Summit, di Hotel St. Regis, Jakarta, Rabu (6/11/2024).
Faisol menyebutkan, geliat pembangunan pabrik pipa dalam negeri didorong dengan adanya peresmian pabrik pipa baja seamless pertama di Indonesia sekaligus di Asia Tenggara (ASEAN) hasil kerja sama antara PT Artas Energi Petrogas dan Inerco Global International (KSO AEP IGI) di Krakatau Industrial Estate Cilegon, Banten.
Faisol juga mengungkapkan, melalui pabrik pipa baja seamless tersebut, Indonesia bisa menjadi produsen pipa baja seamless utama di Asia Tenggara. Hal itu sekaligus juga bisa mendorong ketahanan energi dalam negeri sesuai dengan visi Presiden RI Prabowo Subianto.
"Dengan sinergi antara pemerintah dan sektor swasta dan semua yang terkait, kami optimis bahwa Indonesia akan menjadi produsen utama pipa seamless di Asia Tenggara dan dapat memenuhi kebutuhan sektor migas secara mandiri," kata Faisol.
Bahkan, Faisol menilai pabrik pipa tersebut merupakan bagian dari penyumbang PDB dalam negeri.
"Sinergi antara kedua sektor ini sangat penting untuk meningkatkan kemandirian dan daya saing, sejalan dengan arahan pemerintah dalam mendorong hilirisasi industri," imbuhnya.
Di lain sisi, CEO PT Artas Energi Petrogas Jose Antonio Reyes mengungkapkan pembangunan pabrik pipa baja seamless tersebut memakan biaya investasi mencapai Rp 2,5 triliun. Jose mengatakan pabrik tersebut memiliki kapasitas mencapai 200 ribu ton dan 100 ribu ton untuk fasilitas heat treatment.
"Nilai investasinya sendiri cukup besar terus terang mungkin pabrik ini Rp 2,5 triliun investasinya. Tetapi kembali lagi komitmennya kami tidak berhenti di sini saja, kita pun juga sudah mulai memikirkan untuk bukan hanya hilirisasinya saja tetapi sampai ke hulunya," imbuhnya dalam kesempatan yang sama.
Adapun, dia menjelaskan bahwa pabrik tersebut sebagian besar akan memasok kebutuhan infrastruktur migas dalam negeri.
"Yang terbesar itu memang di sektor migas tetapi seperti yang kami tadi sudah jelaskan, pipa ini bukan hanya untuk migas tetapi buat industrial, buat defense juga bisa digunakan. Jadi banyak sekali penggunaan daripada pipa tersebut," bebernya.
"Boleh dikatakan mungkin hampir 80-90% di sektor migas," tandasnya.
(wia)
Saksikan video di bawah ini:
Kemenperin Sebut Sritex Masih Bisa Diselamatkan, Utilisasi Masih 65%
Next Article Enam Proyek Lapangan Minyak Baru RI Bakal Mengalir hingga 2028