Jakarta, CNBC Indonesia - Skandal mulai meliputi Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu. Sebuah dokumen yang bocor menguak alasan pemimpin 75 tahun itu belum berhenti menyerang Gaza, Palestina, walaupun telah berhasil menguasai daerah itu dan memusnahkan sejumlah petinggi milisi Hamas.
Dalam laporan The Guardian, dokumen itu mengungkap bahwa militer Israel (IDF) memanipulasi laporan terkait kondisi 101 sandera Israel yang masih ditawan oleh Hamas. Dokumen itu menyebut bahwa manipulasi dilakukan dengan mengatakan bahwa "sandera tersebut akan dilarikan ke Yaman dan Iran melalui Mesir oleh Hamas".
Hal ini kemudian memberikan alasan bagi Netanyahu untuk terus menguasai perbatasan Gaza dan Mesir. Ini lalu otomatis membatalkan rancangan gencatan senjata dengan Hamas.
Langkah ini sendiri disebut-sebut digunakan Netanyahu untuk mengamankan kursi di parlemen Israel. Sehingga pemerintahannya, yang selama ini terus dikritik karena belum berhasil membebaskan sandera, tidak rapuh dan ambruk.
Apalagi Netanyahu terjebak sejumlah kasus di dalam negeri. Mulai dari penipuan, penyuapan, hingga pelanggaran kepercayaan publik di 2019.
"Apa pun kecuali kemenangan total atas Hamas merupakan kutukan bagi sekutu sayap kanannya, dan ia diyakini melihat tetap menjabat sebagai cara terbaik untuk menghindari penuntutan dalam kasus penipuan, penyuapan, dan pelanggaran kepercayaan yang diajukan pada tahun 2019," tulis media Inggris itu dikutip Senin (4/11/2024).
Dokumen ini sendiri kemudian bocor di media Inggris The Jewish Chronicle dan tabloid Jerman Bild. Sesaat setelah artikel ini muncul, Jewish Chronicle kemudian mencabut berita tersebut dan memecat jurnalis yang menulisnya.
Diselidiki Israel
Sementara itu, pengadilan Israel pada Jumat sore mengatakan telah menahan sejumlah pejabat akibat adanya kebocoran dokumen ini. Lembaga itu mengatakan bahwa penyelidikan bersama oleh polisi, dinas keamanan internal, dan tentara menduga adanya 'pelanggaran keamanan nasional yang disebabkan oleh penyediaan informasi rahasia yang melanggar hukum', yang juga telah 'merugikan pencapaian tujuan perang Israel'.
Reuters melaporkan bahwa salah satu dari mereka yang ditangkap diyakini sebagai juru bicara Netanyahu di kantor PM.
"Informasi intelijen yang dirahasiakan dan sensitif diambil dari sistem IDF dan dibawa keluar secara ilegal," kata putusan Pengadilan Magistrat Rishon Le-Zion pada hari Minggu, dengan menyebutkan bahwa informasi ini kemungkinan telah menyebabkan "kerusakan serius pada keamanan negara dan menimbulkan risiko bagi sumber informasi".
Netanyahu telah membantah adanya kesalahan yang dilakukan oleh staf kantornya. Ia mengatakan dalam sebuah pernyataan pada hari Sabtu bahwa ia hanya mengetahui dokumen yang bocor tersebut dari media.
Kemarahan Keluarga Sandera
Pada hari Sabtu, beberapa keluarga bergabung dengan seruan jurnalis Israel untuk mencabut perintah pembungkaman. Mereka menyebut aksi pengadilan ini adalah langkah untuk menghalangi kebenaran atas nasib keluarga mereka.
"Orang-orang ini telah hidup dalam pusaran rumor dan setengah kebenaran," kata pengacara mereka, Dana Pugach.
"Selama setahun terakhir mereka telah menunggu untuk mendengar informasi intelijen atau informasi apa pun tentang negosiasi pembebasan para sandera tersebut. Jika sebagian dari informasi tersebut telah dicuri dari sumber-sumber militer, maka kami pikir keluarga tersebut berhak untuk mengetahui tentang detail yang relevan," tambahnya.
(sef/sef)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Israel Siap Gempur Iran Lagi Buntut Serangan di Rumah Netanyahu
Next Article Israel Klaim Serangan Golan Tewaskan 12 Orang, Termasuk Anak-Anak