Jakarta, CNBC Indonesia - Jumlah bank umum di Indonesia per Oktober 2024 berkurang dua bila dibandingkan dengan posisi 2021. Pada periode yang sama jumlah kantor bank umum berkurang 8.447 atau 26,1% dibandingkan dengan total Desember 2021, menjadi 23.919 unit.
Bila dirinci, kelompok bank umum berdasarkan modal inti (KBMI) III menjadi jenis bank yang paling banyak mengurangi kantor cabang. Padahal secara jumlah, jumlah bank umum di kelompok tersebut bertambah satu.
Kantor bank KBMI III per Oktober 2024 berjumlah 4.560 unit atau turun 95,53% dibandingkan dengan Desember 2021. Angka ini berkontribusi 19% terhadap total kantor bank umum.
Lalu KBMI I menjadi kelompok bank yang berkurang terbanyak kedua dengan penurunan 33,57%, menjadi Rp 3.735 unit. Pada periode yang sama jumlah bank umum KBMI I berkurang 10 perusahaan menjadi 65 perusahaan.
KBMI IV atau bank dengan modal paling jumbo tercatat ada 4 bank umum dengan 12.737 kantor cabang. Jumlah kantor cabang turun 19,23% dibandingkan dengan 2021.
KBMI II melaporkan memiliki kantor cabang 2.887 unit dari 23 perusahaan. Kantor cabang KBMI II turun di bawah rata-rata industri, yakni 13,44%%. Akan tetapi perlu diketahui bahwa jumlah bank umum KBMI II bertambah tujuh perusahaan.
Sementara itu, OJK mencatatkan terminal perbankan elektronik (ATM/CDM/CRM) sebanyak 91.197 unit per triwulan II-2024. Jumlah itu menyusut sebanyak 319 unit, yakni dari sebanyak 91.516 unit dari setahun sebelumnya.
Di kala tren penutupan kantor cabang bank dan ATM, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) telah menanggapi dengan berbagai strategi. Bahkan, bank pelat merah itu sendiri telah memutuskan untuk menutup sebagian kantor cabangnya, guna bertransformasi digital.
Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan layanan kantor cabang yang ditutup itu kemudian dialihkan kepada para agen BRILink yang tersebar di warung-warung. Menurut Sunarso, transformasi BRI ini merupakan tahapan yang kedua, yang disebut BRIvolution 2.0.
Aspirasinya, BRI ingin menjadi the most valuable banking group in Southeast Asia and champion of financial inclusion. Sunarso menekankan, dalam fase ini, inklusi menjadi kunci.
"Maka kemudian, kita menutup cabang sebenarnya dalam rangka meningkatkan partisipasi masyarakat yang kita kemas dalam rangka financial inclusion. Maka kemudian agen BRILink dimaksudkan untuk memastikan terjadinya sharing ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang secara inklusif melibatkan partisipasi masyarakat sebanyak-banyaknya," terang Sunarso di segmen Money Talks Power Lunch CNBC Indonesia, dikutip Rabu (25/12/2024).
Ia mengungkapkan, hasil riset BRI menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia belum sepenuhnya digital. Masih lebih banyak yang menyukai layanan perbankan lewat agen.
"Bahkan, jangankan digital. Ke bank aja masih enggan gitu, masih lebih senang lewat warung-warung yang sifatnya ada dekat dengan rumahnya, tetangganya, seperti itu. Tapi intinya adalah masih butuh physical presence dan kemudian juga personal touch," pungkas Sunarso.
Sunarso menggambarkan, agen BRILink persis seperti layanan kantor cabang BRI yang sesungguhnya, namun dalam bentuk agen. Agen-agen tersebut bisa berupa warung, toko kelontong, dan lain sebagainya.
"Tujuannya adalah supaya menjangkau masyarakat lebih luas, lebih dalam, dan lebih murah dengan tujuan meningkatkan inklusi keuangan tadi di wilayah-wilayah terutama yang tidak terjangkau oleh layanan bank secara formal," imbuh Sunarso.
Ia mengungkapkan, saat ini agen BRILink terus bertumbuh dan jumlahnya sudah mencapai 1.022.000 agen di seluruh Indonesia pada tahun ini. Padahal, Sunarso mengingat pada tahun 2015, jumlah agen BRILink masih sekitar 75.000.
Terpisah, Direktur Networks & Services PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Ronny Venir mengatakan rasionalisasi jumlah kantor cabang terjadi karena situasi pasar. Sebagaimana diketahui, pandemi Covid-19 mengubah perilaku masyarakat menjadi serba mengandalkan teknologi digital.
"Begitu juga di dunia perbankan, banyak sekali transaksi-transaksi yang sekarang ini di zaman seperti sekarang, zaman now, dilakukan bisa tidak harus dilakukan di cabang tetapi banyak dilakukan digital,dengan beberapa aplikasi atau sistem yang dimiliki oleh masing-masing perbankan," kata Ronny di Power Lunch CNBC Indonesia beberapa waktu lalu.
(mkh/mkh)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Cegah Efek PPN 12%, Binsis Kartu Kredit Siapkan Strategi Ini!
Next Article "Kiamat" Kantor Cabang Bank, Ribuan Tutup Sejak 2021