La Nina Sudah Terjadi, BMKG Rilis Data Terbaru Prospek Cuaca 2025

1 month ago 16

Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) merilis pandangan iklim atau Climate Outlook untuk tahun 2025. Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan, data terbaru ini dapat dijadikan acuan oleh Kementerian/ Lembaga, juga Pemerintah Daerah untuk perencanaan dan kegiatan yang terkait atau terdampak fenomena iklim.

Sementara itu, BMKG juga mengonfirmasi, fenomena iklim La Nina telah terjadi di Indonesia.

Mengutip Analisis Dinamika Atmosfer Dasarian III Oktober 2024, hasil monitoring indeks IOD dan ENSO Dasarian III Oktober 2024, menunjukkan indeks IOD yang melewati batas ambang Netral dengan indeks IOD -0.77 dan telah berlangsung selama 2 dasarian.

Dan, anomali SST di Nino3.4 melewati batas ambang Netral dengan indeks -0.67 (La Nina Lemah) dan telah berlangsung selama 2 dasarian.

"Sepanjang tahun 2025 tidak akan terjadi anomali iklim. Hal ini dikarenakan ENSO (El Nino-Southern Oscillation) dan IOD (Indian Ocean Dipole) berada dalam kondisi netral sepanjang tahun 2025. Adapun kondisi La Nina lemah diprediksi akan terus terjadi hingga awal tahun 2025," katanya dalam jumpa pers yang digelar secara daring, Senin (4/11/2024).

"Suhu udara permukaan rata-rata bulanan di wilayah Indonesia mulai Januari sampai dengan Desember 2025 diprediksi akan mengalami anomali berkisar antara +0.3 sampai dengan +0.6 °C pada Mei hingga Juli 2025 (dengan rata-rata sebesar 0.4°C), lebih hangat dibanding dengan normalnya," paparnya.

Kondisi itu, imbuh dia, berpotensi terjadi di diantaranya di daerah-daerah yang terletak di Sumatra Bagian Selatan, Jawa, NTB dan NTT.

"Berdasarkan kondisi dinamika atmosfer dan laut tersebut, BMKG memprediksi sebagian besar wilayah Indonesia pada tahun 2025 akan mengalami curah hujan tahunan pada kategori Normal dengan jumlah curah hujan tahunan berkisar antara 1.000 - 5.000 mm/tahun," paparnya.

Dia menjabarkan, sebanyak 67% wilayah Indonesia berpotensi mengalami curah hujan tahunan lebih dari 2.500 mm/tahun (kategori tinggi). Yaitu meliputi sebagian besar Aceh, sebagian Sumatra Utara, sebagian besar Sumatra Barat, sebagian Riau bagian barat, sebagian Jambi, sebagian besar Bengkulu, sebagian Sumatra Selatan, sebagian besar Kepulauan Bangka Belitung, sebagian Lampung bagian utara, sebagian Banten, sebagian Jawa Barat, sebagian Jawa Tengah bagian barat, sebagian kecil Jawa Timur, sebagian besar Pulau Kalimantan, Pulau Sulawesi bagian tengah dan selatan, sebagian Bali, sebagian kecil Nusa Tenggara Timur, sebagian besar Kepulauan Maluku, dan sebagian besar Papua.

Lalu, sebanyak 15% wilayah Indonesia diprediksi akan mengalami curah hujan Atas Normal. Yaitu yang meliputi sebagian kecil Pulau Sumatra, sebagian kecil Kalimantan Timur bagian timur, sebagian Sulawesi bagian tengah dan utara, sebagian kecil Sulawesi Selatan, sebagian kecil Sulawesi Tenggara, sebagian kecil Nusa Tenggara Timur, sebagian kecil Kepulauan Maluku, dan sebagian Papua bagian tengah.

"Terdapat 1 % wilayah Indonesia yang diprediksi mengalami hujan tahunan di bawah norma. Yaitu meliputi sebagian kecil Sumatra Selatan bagian barat, sebagian kecil Nusa Tenggara Timur, sebagian kecil Maluku Utara, sebagian Papua Barat bagian utara," kata Dwikorita.

Dampak La Nina di Indonesia

Sementara itu, Deputi Bidang Klimatologi BMKG Ardhasena Sopaheluwakan memperingatkan dampak La Nina terhadap kondisi cuaca di Indonesia.

"Terkait antisipasi potensi dampak La Nina lemah pada awal tahun 2025, terdapat potensi penambahan curah hujan hingga 20% di atas normalnya yang dapat menyebabkan peningkatan frekuensi bencana hidrometeorologi," katanya dalam kesempatan yang sama.

"Dengan demikian, Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah terkait perlu meningkatkan kewaspadaan dan kesiap-siagaan menghadapi potensi bencana tersebut," ujar Ardhasena.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, kanan Deputi bidang Klimatologi BMKG Ardhasena Sopaheluwakan. (BMKG)Foto: Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, kanan Deputi bidang Klimatologi BMKG Ardhasena Sopaheluwakan. (BMKG)
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, kanan Deputi bidang Klimatologi BMKG Ardhasena Sopaheluwakan. (BMKG)


(dce/dce)

Saksikan video di bawah ini:

Video: BMKG Ungkap Fenomena Ekstrem di RI Hingga Senjata Baru AS

Next Article El Nino Sah Berakhir, BMKG Rilis Prediksi Baru Kapan La Nina Landa RI

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|