Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah terpantau menguat tipis di tengah penantian pasar terhadap data neraca dagang RI yang diproyeksi masih akan lanjut surplus.
Melansir data Refinitiv, pada penutupan perdagangan Senin kemarin (14/10/2024), mata uang Garuda dalam melawan dolar AS menguat 0,13% dalam sehari ke posisi Rp15.555/US$.
Rupiah cenderung menguat lantaran pelaku pasar wait and see neraca perdagangan yang diproyeksi masih berada di zona surplus periode September 2024. Surplus kali ini diperkirakan akan lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya di tengah harga komoditas yang meningkat.
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 11 lembaga memperkirakan surplus neraca perdagangan pada September 2024 akan mencapai US$2,9 miliar.
Surplus tersebut naik dibandingkan Agustus 2024 yang mencapai US$2,89 miliar. Jika neraca perdagangan kembali mencetak surplus maka Indonesia sudah membukukan surplus selama 53 bulan beruntun sejak Mei 2020.
Konsensus juga menunjukkan bahwa ekspor masih akan tumbuh 8,78% (year on year/yoy) sementara impor juga naik 13,87% yoy pada September 2024.
Selain itu, rupiah cenderung bergairah di tengah wait and see investor terkait kabar dari pemberian stimulus ekonomi China.
Saat konferensi pers Sabtu lalu, Menteri Keuangan China Lan Foan menegaskan kembali rencana untuk membantu, dengan menjanjikan untuk meningkatkan utang pemerintah. Ia tidak menjelaskan secara rinci berapa banyak yang akan dibelanjakan pemerintah atau seberapa cepat, dan para investor terdengar kecewa.
"Langkah-langkah fiskal yang diperlukan untuk menghilangkan risiko penurunan pertumbuhan dan membangkitkan semangat konsumen Tiongkok (terlihat) tidak ada," kata analis IG Markets, Tony Sycamore.
Namun, Goldman Sachs memperkirakan bahwa langkah-langkah yang diumumkan pada Sabtu dan minggu lalu kemungkinan akan menambah 0,4 poin persentase terhadap pertumbuhan tahun depan, dan analis bank meningkatkan perkiraan pertumbuhan PDB riil 2025 dari 4,3% menjadi 4,7%.
Kemudian pada Jumat pekan ini, China akan merilis pertumbuhannya untuk kuartal III-2024.
Sebelumnya pada kuartal II-2024 tercatat bahwa ekonominya tumbuh 4,7% secara tahunan (year-on-year/yoy). Ini adalah peningkatan tahunan terlemah sejak kuartal I-2023, di tengah penurunan sektor properti yang berkepanjangan, permintaan domestik yang lemah, melemahnya yuan, dan ketegangan perdagangan dengan Barat.
Teknikal Rupiah
Secara teknikal, dalam basis waktu per jam pergerakan rupiah dalam melawan dolar AS terpantau mulai menguat. Paling dekat potensi penguatan bisa menutup gap up yang sempat terjadi pada 4 Oktober 2024 secara intraday. Posisi tersebut bisa sekaligus support, tepatnya di Rp15.525/US$.
Sementara itu, untuk posisi resistance atau pelemahan terdekat yang patut diantisipasi pelaku pasar ada di Rp15.700/US$ yang didapatkan dari level psikologis secara round number, sekaligus high candle 7 Oktober 2024 secara intraday.
Foto: Tradingview
Pergerakan rupiah melawan dolar AS
CNBC INDONESIA RESEARCH
(tsn/tsn)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Mau Dolar AS ke Bawah Rp15.000 di Akhir Tahun? Ini Syaratnya
Next Article Rupiah Anjlok buat Money Changer Antre, Segini Harga Jualnya