Jakarta, CNBC Indonesia - Program perlindungan sosial seperti bantuan langsung tunai (BLT) menjadi salah satu faktor yang menyelamatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2024, hingga tak merosot lebih dalam dari pertumbuhan 4,95% secara tahunan atau year on year (yoy).
Ekonom senior dari Universitas Paramadina Wijayanto Samirin mengatakan, program perlinsos atau BLT itu menjadi salah satu penyelamat aktivitas ekonomi Indonesia, karena daya beli masyarakat secara umum telah anjlok pada periode itu.
Tercermin dari level konsumsi rumah tangga yang terus stagnan di bawah 5% pada kuartal III-2024 di level 4,91%, lebih rendah dari posisi kuartal II-2024 yang sebesar 4,93%, dan jauh lebih rendah dari posisi kuartal III-2023 sebesar 5,05%.
"Sebab utama perlambatan pertumbuhan ekonomi Q3 2024 adalah penurunan daya beli masyarakat padahal konsumsi rumah tangga mewakili 54% PDB," kata Wijayanto kepada CNBC Indonesia, Rabu (6/11/2024).
Anggaran perlinsos sendiri telah disiapkan pemerintah pada tahun ini senilai Rp 496,8 triliun, lebih tinggi dari pagu anggaran pada tahun lalu yang sebesar Rp 476 triliun, dan bahkan jauh lebih tinggi dari periode sebelum Pandemi Covid-19 sebesar Rp 317,4 triliun.
Nilai anggaran bansos pada 2024 itu pun sekitar 8,8% dari total PDB atas dasar harga berlaku Indonesia pada kuartal III-2024 yang sudah sebesar Rp 5.638,9 triliun, naik dari posisi PDB kuartal III-2024 yang senilai Rp 5.295 triliun.
Oleh sebab itu, Wijayanto mengatakan, tanpa adanya dorongan BLT atau perlinsos yang ditujukan untuk menjaga daya beli masyarakat kelas bawah tersebut, laju pertumbuhan ekonomi Indonesia akan merosot jauh lebih dalam dari kondisi saat ini.
"Konsumsi rumah tangga yang tumbuh 4,91% year on year itu pun sudah dengan dopping berupa BLT dan berbagai program perlindungan sosial, bisa dibayangkan jika tanpa program penyangga tersebut, pertumbuhan konsumsi RT akan lebih rendah lagi," ucap Wijayanto.
Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto pun telah mengakui bahwa daya beli masyarakat saat ini tengah melemah. Bahkan Prabowo telah menggelar rapat bersama dengan seluruh anggota Dewan Ekonomi Nasional yang dipimpin Luhut Binsar Pandjaitan untuk membahas daya beli.
Hal itu diungkapkan Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, yang ikut juga dalam rapat tersebut. Ia mengatakan, dalam rapat itu juga dibahas mengenai upaya mendongkrak daya beli kelas menengah di kuartal IV-2024.
"Ada usulan terkait program ke depan, yang jadi perhatian adalah kelas menengah, di mana ada penurunan daya beli di kelas menengah," kata Airlangga usai rapat.
Terpisah Wakil Ketua DEN Mari Elka Pangestu mengungkapkan saat ini pihaknya bersama pemerintah masih mengkaji untuk pemberian bantuan pada kelas menengah atau tidak hanya kepada kelas bawah, untuk mendongkrak daya beli.
Salah satunya DEN merekomendasikan upaya yang bisa dilakukan untuk menjaga daya beli kelas menengah adalah dengan pemberian Bantuan Langsung Tunai (BLT)
"Kalau di tingkat bawah kan sudah ada Bansos, ada BLT Ini bagaimana mengatasi yang di kelas menengah ini. Itu nanti mungkin sedang dibahas lah, kira-kira programnya seperti apa," tuturnya.
Menurutnya, daya beli kelas menengah saat ini masih lemah, dan menjadi penyebab konsumsi masyarakat menurun pada kuartal III ini. Selain itu DEN juga memberikan rekomendasi untuk mengoptimalkan belanja pemerintah untuk menjadi stimulasi pertumbuhan ekonomi.
(arj/mij)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Menakar Dampak Penurunan Daya Beli di Sektor Properti
Next Article Bandingkan Kondisi RI & Bangladesh: Ternyata Ada Kemiripan!