Jakarta, CNBC Indonesia-Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memperkirakan, nilai tukar rupiah pada 2024 akan berada pada level Rp 15.740/US$. Sementara 2025 diperkirakan menguat menjadi Rp 15.285.
Kinerja nilai tukar rupiah relatif lebih baik dibandingkan depresiasi mata uang sejumlah negara di kawasan dan global.
"Dengan berbagai pertimbangan yang sudah kami sampaikan panjang lebar," kata Perry saat rapat kerja dengan Komisi XI DPR, Jakarta, Rabu (6/11/2024).
Stabilitas nilai tukar rupiah akan sejalan dengan menariknya imbal hasil, rendahnya inflasi, dan tetap baiknya prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia, serta komitmen kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah oleh Bank Indonesia.
Tantangan Bagi Indonesia
Perry mengatakan, potensi ekonomi yang bisa terjadi ketika Trump kembali menjadi Presiden AS di antaranya penguatan mata uang dolar AS yang akan terus terjadi ke depan, seiring dengan kembali munculnya tren penguatan suku bunga acuan bank sentral AS, Fed Fund Rate.
"Mata uang dolar akan kuat, suku bunga AS akan tetap tinggi, dan tentu saja perang dagang juga masih berlanjut," ungkap Perry.
Ia mengatakan, berbagai permasalahan itu tentu akan memberikan dampak langsung terhadap perekonomian negara-negara ekonomi berkembang, seperti Indonesia. Menurutnya, nilai tukar rupiah berpotensi melemah ke depan, dan aliran modal asing akan semakin sempit.
"Dinamika ini yang akan berdampak ke seluruh negara khususnya emerging market, termasuk Indonesia, yaitu satu, tekanan-tekanan terhadap nilai tukar, kedua, arus modal, dan ketiga, bagaimana ini berpengaruh kepada dinamika ketidakpastian di pasar keuangan," tuturnya.
Guna mengantisipasi potensi risiko dari menangnya Trump dalam Pilpres AS itu, Perry mengatakan, BI akan bersama pemerintah dan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) akan terus berkomitmen menjaga stabilitas ekonomi dan pasar keuangan, sambil terus mendukung laju pertumbuhan ekonomi.
"Ini yang kemudian kita harus respons secara hati-hati, Bank Indonesia untuk itu terus menyampaikan komitmen kami menjaga stabilitas dan turun dukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, bersinergi erat dengan pemerintah dan KSSK," ujar Perry.
(arj/mij)
Saksikan video di bawah ini:
Video:Rupiah Loyo, BI Masih Bisa Pangkas Suku Bunga Hingga Akhir 2024?
Next Article Geger Trump Ditembak, Begini Respons Bursa Asia