Jakarta, CNBC Indonesia - Para pejabat tinggi PBB memperingatkan bahwa serangan pemberontak yang didukung Rwanda di Kongo timur dapat mengancam perdamaian di wilayah Afrika yang lebih luas dan makin banyak memakan korban. Hal ini disampaikan mereka dalam pertemuan darurat Dewan Keamanan PBB lalu.
"Sangat penting bagi dewan ini untuk mengambil langkah-langkah yang mendesak dan tegas untuk mencegah perang regional yang lebih luas," kata Bintou Keita, utusan khusus PBB untuk Kongo pada Rabu (19/2/2025), seperti dikutip The Associated Press.
Huang Xia, utusan khusus PBB untuk wilayah Danau Besar Afrika, yang meliputi Kongo, Burundi, Rwanda, dan Uganda juga buka suara. Ia menyebut pengambilalihan kota-kota besar di Kongo timur oleh kelompok pemberontak M23 dalam beberapa minggu terakhir dan pernyataan oleh pihak-pihak penting menunjukkan "risiko terjadinya konflik regional lebih nyata saat ini daripada sebelumnya".
Sementara itu, Duta Besar Prancis untuk PBB Nicolas De Riviere mendesak dewan untuk segera mengadopsi rancangan resolusi yang diedarkan oleh negaranya dua minggu lalu. Rancangan tersebut menegaskan kembali dukungan terhadap integritas dan kedaulatan wilayah Kongo, mendesak diakhirinya serangan M23 dan penarikan pasukan Rwanda, dan menyerukan dimulainya kembali perundingan dengan segera.
"Risiko perang regional meningkat setiap hari," katanya.
M23 adalah yang paling menonjol dari lebih dari 100 kelompok bersenjata yang bersaing untuk menguasai kekayaan mineral senilai triliunan dolar di Kongo timur. Wilayah ini kaya akan emas dan coltan, mineral utama yang digunakan dalam barang elektronik konsumen seperti laptop dan telepon pintar.
Menurut para ahli PBB, para pemberontak didukung oleh sekitar 4.000 tentara dari negara tetangga Rwanda, dan terkadang telah bersumpah untuk berbaris hingga ke ibu kota Kongo, Kinshasa, yang berjarak lebih dari 1.000 mil.
Dalam serangan kilat selama tiga minggu, M23 menguasai kota utama Kongo timur, Goma, dan merebut kota terbesar kedua, Bukavu, pada hari Minggu.
Keita, yang juga mengepalai misi penjaga perdamaian PBB di Kongo, mengatakan kepada Dewan Keamanan bahwa sejak saat itu, M23 terus maju, merebut kota Kamanyola di persimpangan tiga perbatasan, yakni Kongo, Rwanda, dan Burundi.
Menteri Luar Negeri Kongo Thérèse Kayikwamba Wagner menuntut Dewan Keamanan untuk memerintahkan penarikan segera pasukan Rwanda.
"Pasukan ini telah menginjak-injak hukum internasional, mendatangkan kematian dan kehancuran, serta melanggar kedaulatan kami," katanya.
Duta Besar Rwanda untuk PBB Ernest Rwamucyo mengatakan "kepemimpinan Afrika harus mendorong penyelesaian konflik ini" serta mengkritik presiden Kongo karena mencari sanksi terhadap negaranya dari pemerintah Barat.
Pada tahap ini, PBB tidak mengetahui agenda M23, niat para pendukungnya, atau sejauh mana mereka akan bertindak dan mengapa, kata Huang, utusan PBB untuk Great Lakes.
"Situasi ini harus dihentikan sebelum kita melihat pemicu perang regional yang meluas, yang konsekuensinya akan sangat menghancurkan dan merusak upaya selama dekade terakhir untuk membawa stabilitas ke wilayah Afrika Tengah," kata Huang.
Dewan Hak Asasi Manusia PBB bulan ini meluncurkan sebuah komisi yang akan menyelidiki kekejaman, termasuk tuduhan pemerkosaan dan pembunuhan yang mirip dengan "eksekusi singkat" oleh kedua belah pihak.
(luc/luc)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Perang Saudara Makin Ngeri di Kongo, Warga Ramai Mengungsi
Next Article Perang Saudara Acak-Acak Negara, 165 Wanita Diperkosa & Dibakar