RI Siaga! Kepala BMKG Peringatkan Bencana OTW RI, Ungkap Efek La Nina

1 month ago 13

Jakarta, CNBC Indonesia -  Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati memperingatkan adanya potensi bencana hidrometeorologi yang mengancam wilayah-wilayah di Indonesia. Dia pun meminta Pemerintah Daerah dan masyarakat meningkatkan kewaspadaan supaya siap siaga menghadapi cuaca ekstrem dan potensi bencana tersebut.

{Pemerintah Daerah dan masyarakat harus meningkatkan kewaspadaan," katanya dalam keterangan tertulis, Rabu (6/11/2024).

"Saat ini sebagian besar wilayah Indonesia telah memasuki musim penghujan. Adanya fenomena La Nina mengakibatkan potensi penambahan curah hujan hingga 20 persen sampai awal 2025. Situasi ini juga berpotensi meningkatkan frekuensi bencana hidrometeorologi," tambah Dwikorita. 

Karena itu dia meminta pemerintah meningkatkan optimalisasi fungsi infrastruktur sumber daya air pada wilayah urban atau yang rentan terhadap banjir. Diantaranya dengan penyiapan kapasitas pada sistem drainase, sistem peresapan dan tampungan air, agar secara optimal dapat mencegah terjadinya banjir.

Selain itu, ujar dia, perlu dipastikan keandalan operasional waduk, embung, kolam retensi, dan penyimpanan air buatan lainnya untuk pengelolaan curah hujan tinggi saat musim hujan dan penggunaannya di saat musim kemarau.

Musim Hujan di Sumatra, Jawa dan Kalimantan

Sementara itu, Deputi Meteorologi BMKG Guswanto menambahkan, saat ini sejumlah wilayah Indonesia khususnya di Sumatra, sebagian Kalimantan dan sebagian Jawa bagian tengah hingga barat telah memasuki musim hujan. Sementara itu wilayah Pulau Jawa lainnya diprediksi akan memasuki musim hujan pada dasarian II November 2024.

"Baru saja masuk musim penghujan, tapi beberapa kejadian bencana hidrometeorologi sudah terjadi seperti banjir dan tanah longsor yang terjadi di Bogor dan Sukabumi Jawa Barat. Karenanya, kami mengimbau kepada seluruh masyarakat dan stakeholder terkait untuk waspada, jangan lengah," imbuhnya.

Banjir Sukabumi. (Tangkapan Layar Sosial Media)Foto: Banjir Sukabumi. (Tangkapan Layar Sosial Media)
Banjir Sukabumi. (Tangkapan Layar Sosial Media)

Berdasarkan hasil analisis mingguan BMKG, jelasnya, terdapat potensi terjadinya cuaca ekstrem berupa hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang dapat disertai kilat/petir atau angin kencang selama sepekan ke depan (7 - 12 November 2024).

"Ini terjadi karena beberapa faktor yang memengaruhi dinamika atmosfer di Indonesia yang berdampak pada potensi peningkatan intensitas hujan di sejumlah wilayah. Dampak peningkatan hujan ini tidak hanya dirasakan oleh masyarakat dalam menjalani aktivitas sehari-hari, namun juga berpengaruh pada aktivitas penerbangan dan pelayaran," katanya.

"Kami mengimbau kepada pengguna, penyedia jasa transportasi, dan operator transportasi, terutama laut dan udara untuk juga mewaspadai kemungkinan terjadinya cuaca ekstrem ini. Juga kepada nelayan untuk tidak memaksakan diri melaut jika cuaca sedang buruk. Pantau terus kondisi cuaca, angin dan tinggi gelombang melalui aplikasi InfoBMKG,"," kata Guswanto mengingatkan.


Dampak Siklon Tropis Yinxing bagi Indonesia

Sementara itu, BMKG juga memonitor adanya Siklon Tropis Yinxing di sekitar Laut Filipina. Menurut Guswanto, siklon ini akan memengaruhi dinamika cuaca di wilayah Indonesia.

"Siklon Tropis Yinxing diprediksikan meningkat intensitasnya dalam 24 jam ke depan dan teramati bergerak semakin menjauhi wilayah Indonesia. Pertumbuhan Siklon Tropis ini dapat memberikan dampak tidak langsung terhadap kondisi cuaca dan perairan di wilayah Indonesia dalam 24-48 jam ke depan. Berupa hujan dengan intensitas sedang hingga lebat di beberapa wilayah, seperti Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Utara," jelasnya.

"Selain itu, pengaruh siklon ini juga menyebabkan peningkatan tinggi gelombang laut antara 1,25 hingga 2,5 meter (kategori laut sedang) di wilayah Perairan Kepulauan Sangihe-Talaud, Laut Maluku, dan Samudra Pasifik Utara Halmahera," tambahnya.

Siklon Tropis Yinxing. (Dok. BMKG)Foto: Siklon Tropis Yinxing. (Dok. BMKG)
Siklon Tropis Yinxing. (Dok. BMKG)


Di sisi lain, Direktur Meteorologi Publik BMKG Andri Ramdhani mengungkapkan, berdasarkan pemantauan yang dilakukan BMKG, fenomena Gelombang Kelvin dan Rossby Equatorial juga berdampak pada meningkatnya ketersediaan massa uap air basah dan memicu gangguan pola angin. Hal ini, ujarnya, dapat mendukung pertumbuhan awan - awan hujan.

"Di saat bersamaan, labilitas lokal yang kuat serta adanya pertemuan dan perlambatan kecepatan angin (konvergensi) di beberapa wilayah di Indonesia mampu meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di sepanjang daerah konvergensi/konfluensi tersebut," ujar Andri.

"Maka dari itu, dalam sepekan ke depan, masyarakat perlu meningkatkan kewaspadaan dan antisipasi dini terhadap potensi cuaca ekstrem dan dampak ikutannya berupa bencana hidrometeorologi yang berpotensi terjadi di seluruh wilayah Indonesia," tutupnya.


(dce/dce)

Saksikan video di bawah ini:

Video: BMKG Ungkap Fenomena Ekstrem di RI Hingga Senjata Baru AS

Next Article Musim Kemarau, Hujan Lebat Hantam Wilayah RI Ini pada 18-24 Juni 2024

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|