Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah berhasil menguat pada penutupan perdagangan awal pekan ini Senin (23/12/2024) di tengah kepercayaan pasar terhadap kemungkinan terjadinya Santa Rally 2024.
Melansir data Refinitiv, pada penutupan perdagangan hari ini (23/12/2024) rupiah sumringah dengan menguat hingga 0,12% ke level Rp16,170/US$. Sepanjang hari, nilai tukar rupiah berfluktuasi hingga sentuh level Rp16.120/US$ dan terjauh di posisi Rp16,180/US$.
Seiring dengan penguatan rupiah hari ini (20/12/2024), Indeks Dolar AS (DXY) juga menguat sebesar 0,29% tepat pukul 15.00 di posisi 107,94.
Optimisme investor terhadap kemungkinan terjadinya Santa Rally di pasar keuangan menjadi salah satu faktor utama yang menopang pergerakan rupiah. Selain itu, stabilitas sejumlah indikator ekonomi global turut memberikan dukungan terhadap mata uang Garuda, terutama setelah pekan sebelumnya rupiah mengalami tekanan cukup dalam.
Optimisme terhadap Santa Rally, fenomena reli pasar saham yang biasanya terjadi pada akhir tahun, memberikan dorongan signifikan pada sentimen domestik.
Fenomena ini sering kali bertepatan dengan meningkatnya aktivitas investasi oleh investor ritel yang memanfaatkan bonus akhir tahun, serta aksi window dressing oleh korporasi besar untuk memperbaiki laporan keuangan tahunan.
Dalam sepuluh tahun terakhir, Santa Rally kerap memberikan efek positif pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), yang probabilitasnya mencapai 90%. Hal ini mendorong aliran dana ke pasar keuangan, termasuk pasar valuta asing, yang mendukung penguatan rupiah.
Selain itu, rilis data uang beredar (M2) oleh Bank Indonesia turut memberikan kepercayaan kepada pelaku pasar. Data menunjukkan uang beredar pada Oktober 2024 mencapai Rp9.078,6 triliun, tumbuh 6,7% secara tahunan (yoy).
Meskipun pertumbuhannya lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 7,2%, stabilitas penyaluran kredit yang tumbuh 10,4% (yoy) mencerminkan bahwa aktivitas ekonomi domestik masih solid. Faktor ini memberikan landasan fundamental yang kuat bagi pergerakan rupiah.
Dari sisi global, keputusan Bank Rakyat China (PBoC) untuk mempertahankan suku bunga acuan pinjaman satu tahun di level 3,1% dan lima tahun di 3,6% memberikan sinyal stabilitas di pasar keuangan Asia.
Kebijakan ini membantu menahan pelemahan yuan China, yang sebelumnya sempat menjadi tekanan bagi mata uang di kawasan, termasuk rupiah.
Di Amerika Serikat, Federal Reserve (The Fed) pada pekan lalu memangkas suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin ke kisaran 4,25%-4,50%. The Fed juga mengindikasikan bahwa mereka hanya akan memangkas suku bunga dua kali pada 2025, lebih rendah dari proyeksi sebelumnya yang mencapai empat kali.
Sikap dovish ini memberikan sinyal pelonggaran kebijakan moneter yang dapat mengurangi tekanan pada dolar AS.
Secara historis, momentum Santa Rally selalu menjadi katalis positif bagi pasar saham maupun pasar valuta asing.
Fenomena ini diyakini dipicu oleh optimisme jelang tahun baru, investasi dari bonus musim liburan, dan volume perdagangan yang lebih ringan akibat libur panjang. Kondisi ini sering kali memberikan ruang bagi investor bullish untuk menggerakkan pasar dengan lebih leluasa.
Penguatan rupiah yang terjadi hari ini mencerminkan respons positif investor terhadap berbagai sentimen tersebut. Dengan fundamental ekonomi domestik yang stabil dan dukungan dari kebijakan global, rupiah berpotensi melanjutkan tren positifnya hingga akhir tahun, terutama jika Santa Rally benar-benar terjadi.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(fsd/fsd)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Lapor Pak Perry, Rupiah Anjlok Parah & Dolar AS Sentuh Rp16.200
Next Article Konflik Timur Tengah Masih Panas, Dolar Turun ke Rp 15.615