Bagaimana Prospek Adaro (ADRO) Usai Spinoff Bisnis Batu Bara?

1 month ago 16

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten tambang batu bara Adaro Energy Indonesia (ADRO) berencana akan melakukan pemisahan usaha atau spinoff anak usahanya di sektor batu bara termal Adaro Andalan Indonesia (AAI). Hal itu telah direstui oleh pemegang saham dalam RUPS Luar Biasa (RUPSLB) yang diadakan 18 Oktober 2024 lalu.

Tak hanya itu, perusahaan juga saat ini sedang meminta izin kepada pemegang saham untuk melakukan penggantian nama perusahaan dan pembagian dividen jumbo kepada investor sebelumnya unit bisnis batu bara resmi dilepas.

Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia Nafan Aji Gusta Utama mengatakan, prospek saham ADRO setelah spinoff AAI akan sangat bergantung pada dinamika dividen. Karena adanya dinamika dividen ini tentunya peluang terjadinya koreksi wajar ADRO terbuka lebar.

Ia mengungkapkan, sebelumnya saham ADRO sudah mengalami tren penguatan karena market sudah memasang harga terkait dengan dinamika spin off AAI.

"Untuk sementara Adaro koreksi wajar," ujarnya kepada CNBC Indonesia, Senin (11/11).

Nafan juga menyebut terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) menjadi sentimen positif bagi emiten batu bara dan sektor energi fosil secara umum. 

Sementara itu, Associate Director Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nicodemus mengatakan, pelepasan PT Adaro Andalan Indonesia (AAI), anak usaha di sektor batu bara termal akan berdampak signifikan pada fundamental ADRO.

Menurutnya, AAI sebelumnya memberikan kontribusi besar terhadap pendapatan dan laba bersih ADRO secara konsolidasi, sehingga setelah transaksi ini, pendapatan diperkirakan akan turun sekitar 65%, dan laba bersih berkurang 64% menurut proforma laporan keuangan per 30 Juni 2024.

Sebagai informasi, Adaro melaporkan laba bersih US$1,18 miliar atau lebih dari Rp18 triliun hingga akhir kuartal III-2024, turun 2,47% dibandingkan periode yang sama tahun 2023 yang sebesar US$ 1,22 miliar. Sementara pendapatan usaha turun 10,64% secara tahunan (yoy) pada periode yang sama menjadi US$ 4,45 miliar.

Meski memberikan tekanan bagi top line dan bottom line perusahaan, divestasi AAI dinilai juga bisa memberikan keuntungan strategis. Maximilianus menyebut dengan mengurangi keterlibatan di sektor batu bara termal, ADRO dapat fokus pada diversifikasi energi yang lebih ramah lingkungan, seperti energi terbarukan.

Selain itu, pengurangan eksposur terhadap batu bara bisa membantu ADRO mengelola risiko yang muncul dari ketidakpastian di pasar batu bara global, seperti fluktuasi harga dan perubahan regulasi.

"Meski pelepasan AAI mengurangi pendapatan dan laba bersih, prospek jangka panjang ADRO bisa tetap positif jika perusahaan berhasil melakukan diversifikasi ke sektor lain, khususnya energi terbarukan dan industri non-batu bara," jelasnya.

Namun, dalam jangka pendek, pelepasan AAI kemungkinan akan memberikan tekanan pada kinerja perusahaan, mengingat kontribusi signifikan AAI terhadap pendapatan dan laba ADRO.

Prospek ADRO akan sangat tergantung pada keberhasilannya membangun bisnis baru yang bisa menggantikan peran AAI, seperti investasi di proyek energi terbarukan.

Di sisi lain, meskipun ada transisi menuju energi terbarukan, permintaan batu bara di beberapa kawasan, terutama Asia, masih cukup kuat dalam waktu dekat. Hal ini bisa membantu ADRO mempertahankan posisinya di pasar batu bara yang tersisa.


(fsd/fsd)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Bos Tambang Blak-blakan Perluasan Portofolio, Terjun ke EV

Next Article BTN Targetkan Spin Off Unit Usaha Syariah Rampung Semester I 2025

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|