Jakarta, CNBC Indonesia - Seorang pengusaha Mohnish Pabrai mendapatkan motivasi ketika berada di tengah-tengah lingkungan kumuh India. Dalam benaknya bahwa dirinya harus sukses dan keluar dari lingkaran kemiskinan.
Hingga pada tahun 2013 Pabrai tercatat memiliki kekayaan sebesar US$ 60 juta atau sekitar Rp 840 miliar (asumsi kurs Rp 14.000).
Keberuntungan Pabrai bisa dibilang beruntung meskipun tumbuh di Mumbai, India namun menuntut ilmu di sekolahan elit. Hanya saja, tak jauh dari lokasinya merupakan wilayah kumuh.
Mengutip detik, saat bersekolah selama tiga tahun, setiap hari Ia mencium aroma yang tak sedap. Serta, pemandangan yang kurang mengenakkan. Bahkan kondisi selama di sana pun meninggalkan kesan yang mendalam agar ia bisa memperbaiki kondisi tersebut.
Pada tahun 1983, Prabai mendapat kesempatan untuk melanjutkan sekolah di jurusan teknik komputer, Universitas Clemson, California Selatan, Amerika Serikat. Ia berhasil lulus dengan predikat cum laude dan kemudian bekerja di Tellabs, sebuah perusahaan telekomunikasi.
Berselang beberapa tahun, Ia memutuskan untuk membangun perusahaan konsultan IT di tahun 1991 dengan nama TransTech. Perusahaan yang dibangun dengan modal US$ 70 ribu, dapat Ia jual seharga US$ 20 juta di tahun 2000.
Kemudian, pada tahun 1999, Pabrai telah mendirikan perusahaan investasi Pabrai Investment Funds. Perusahaannya sukses besar di mana dengan ekuitas jangka panjang mampu mengembalikan akumulasi bersih hingga 517% kepada investor.
Bahkan, perusahaan itu pun menggungguli S&P 500. Padahal, awalnya perusahaan itu awalnya hanya mengelola dana sebesar US$ 1 juta. Di tahun 2013, dana kelolaannya melonjak sampai US$ 500 juta.
Mengutip dari Investopedia, Pabrai mengungkap rahasia yang membuatnya sukses. Hal itu ia tulis dalam bukunya berjudul 'Mosaic'. Dalam bukunya, ia bercerita kesuksesannya ia peroleh dari metode investasi yang diajarkan salah satu investor tersukses di dunia Warren Buffett.
Kemudian, di buku selanjutnya berjudul 'Investor Dhandho' Pabrai menguraikan lebih rinci bagaimana kesuksesan tersebut ia peroleh dari beraninya mengambil banyak risiko.
"Yang menahan investor dari kesuksesan adalah ego mereka dan dibutuhkan tindakan untuk mengambil lebih banyak risiko," ungkap dia.
Tak begitu saja melupakan kondisi kemiskinan di negaranya, ia juga membangun Yayasan Dakshana di tahun 2005. Ia bersama istrinya membantu mengubah masyarakat yang tinggal di daerah kumuh menjadi seorang jutawan.
Hal itu dilakukan dengan menjalankan organisasi nirlaba bersama masyarakat setempat. Yayasan tersebut ibarat sebagai tempat mendaur ulang kemiskinan di negaranya.
(ayh/ayh)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Rupiah Menguat "Terlalu Cepat", Pengusaha Happy & Siap Ekspansi
Next Article Level 'Nyaman' Pengusaha RI, Dolar Kembali ke Rp 15.000-an!