IHSG Balik Sumringah Gara-Gara Ini

1 month ago 13

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akhirnya berhasil bangkit pada perdagangan sesi I Selasa (12/11/2024), setelah beberapa hari terakhir merana hingga sempat menyentuh level psikologis 7.100.

Per pukul 10:30 WIB, IHSG menguat 0,53% ke posisi 7.305,25. IHSG pun kembali ke level psikologis 7.300, setelah beberapa hari terakhir bertahan di level psikologis 7.200.

Nilai transaksi indeks pada sesi I hari ini sudah mencapai sekitar Rp12,4 triliun dengan volume transaksi mencapai 3,7 miliar lembar saham dan sudah ditransaksikan sebanyak 253.641 kali. Sebanyak 261 saham menguat, 262 saham melemah, dan 232 saham cenderung stagnan.

Secara sektoral, sektor energi dan teknologi menjadi penopang terbesar IHSG yakni masing-masing mencapai 2,2% dan 1,41%.

Sementara dari sisi saham, emiten perbankan Himbara raksasa PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), emiten Prajogo Pangestu PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN), dan emiten pertambangan Grup Salim PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) menjadi penopang terbesar IHSG di sesi I yakni masing-masing mencapai 6,7 dan 6,1 indeks poin.

Berikut ini saham-saham penopang IHSG di sesi I hari ini sekitar pukul 10:30 WIB.

IHSG bangkit setelah beberapa hari terakhir merana hingga sempat menyentuh level psikologis 7.100. Aksi penjualan bersih (net sell) investor asing menjadi pemicunya dalam beberapa hari terakhir.

Sebelumnya kemarin, asing kembali melakukan aksi penjualan bersih (net sell) atau outflow hingga mencapai Rp 1,53 triliun di seluruh pasar. Aksi net sell asing juga masih terjadi di saham-saham perbankan raksasa.

Asing yang masih mencatatkan net sell terjadi karena pasar saham AS dan China kembali menarik setelah Donald Trump resmi memenangkan Pemilihan Presiden (Pilpres) AS 2024 dan stimulus ekonomi di China akan diberikan.

Kemenangan Trump di pemilihan presiden (pilpres) Amerika Serikat (AS) pada Rabu pekan lalu dikhawatirkan menggencarkan kebijakan yang menekan negara Asia, termasuk Indonesia.

Menurut catatan Reuters pada Kamis pekan lalu, Trump telah berjanji akan menerapkan tarif baru yang kemungkinan besar akan signifikan pada berbagai barang dari negara-negara seperti China dan Meksiko.

Tarif ini kemungkinan akan mendorong inflasi dan, pada gilirannya, memperkuat dolar AS serta memperlambat pelonggaran kebijakan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed).

Hal tersebut pada gilirannya berpotensi menarik dana keluar dari pasar negara berkembang, seperti yang telah terjadi akibat penguatan dolar AS.

Dari China, pemerintah mengumumkan paket stimulus lima tahun senilai 10 triliun yuan atau setara Rp 21.900 triliun, pada Jumat pekan lalu. Hal ini dimaksudkan untuk mengatasi masalah utang pemerintah daerah, sambil mengisyaratkan lebih banyak dukungan ekonomi akan datang tahun depan.

Menteri Keuangan China, Lan Fo'an mengatakan kepada wartawan bahwa otoritas berencana untuk 'secara aktif menggunakan' ruang defisit yang tersedia yang dapat diperluas tahun depan. Ia mengingatkan kembali pernyataannya pada Oktober lalu, ketika ia mengatakan bahwa ruang untuk mengambil langkah ini 'cukup besar'.

"Program tersebut mulai berlaku tahun ini dan akan berlangsung hingga akhir tahun 2026 dengan nilai sekitar 2 triliun yuan per tahun," kata Lan kepada wartawan dikutip CNBC International.

"Mulai tahun ini, otoritas pusat akan menerbitkan obligasi khusus pemerintah daerah senilai 800 miliar yuan per tahun selama lima tahun, dengan total 4 triliun yuan.

Namun, potensi IHSG rebound masih ada, karena beberapa hari terakhir sudah melemah cukup signifikan dan tampaknya beberapa saham besar mulai menyentuh level terendahnya, sehingga mematik pasar untuk kembali memburu saham-saham RI, terutama saham-saham besar.

Adapun rebound-nya IHSG pada hari ini terjadi karena beberapa saham besar mulai menyentuh level terendah, sehingga memantik pasar untuk kembali memburu saham-saham RI, terutama saham-saham besar.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

(chd/chd)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Respons Positif Kabinet Prabowo, IHSG Menguat 7 Hari Beruntun

Next Article IHSG Akhirnya Bergairah Lagi, 5 Saham Ini Jadi Penopangnya

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|