Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka cenderung mendatar pada perdagangan sesi I Senin (9/12/2024), di tengah sikap investor yang masih mencerna pernyataan ketua bank sentral Amerika Serikat (AS) terkait kebijakan suku bunga acuan.
Pada pembukaan perdagangan hari ini, IHSG dibuka menguat 0,22% ke posisi 7.399,28. Selang lima menit setelah sesi I dibuka, penguatan IHSG sedikit bertambah yakni menguat 0,29% ke 7.404,48. IHSG pun berhasil menyentuh level psikologis 7.400.
Nilai transaksi indeks pada awal sesi I hari ini sudah mencapai sekitar Rp 33,8 triliun dengan volume transaksi mencapai 6,3 miliar lembar saham dan sudah ditransaksikan sebanyak 81.598 kali.
Pergerakan pasar saham RI pada perdagangan hari ini akan dipengaruhi oleh sentimen domestik dan luar negeri, yakni data inflasi China dan data indeks keyakinan konsumen (IKK) Indonesia periode November 2024.
Pada hari ini, China akan merilis data Indeks Harga Konsumen (IHK). Biro Statistik China (NBS) melaporkan IHK China pada November lalu cenderung melambat menjadi 0,2% secara tahunan (year-on-year/yoy), dari sebelumnya pada September lalu tumbuh 0,3%.
Sedangkan secara bulanan (month-to-month/mtm), IHK Negeri Tirai Bambu juga semakin memburuk yakni kembali mengalami deflasi mencapai 0,6%, dari sebelumnya pada September lalu yang deflasi 0,3%.
Sementara Indeks Harga Produsen (IHP) China pada bulan lalu turun sebesar 2,5% (yoy) pada November lalu, lebih rendah dari perkiraan penurunan sebesar 2,8% menurut jajak pendapat Reuters.
Konsensus memperkirakan bahwa China akan mengalami inflasi secara tahunan sebesar 0,5% secara tahunan (year-on-year/yoy).
Inflasi yang terus-menerus mendekati nol menunjukkan bahwa China masih bergulat dengan permintaan domestik yang lesu dan deflasi pada tingkat grosir.
Hal ini terjadi meskipun Beijing telah melakukan serangkaian upaya stimulus sejak September yang mencakup pemotongan suku bunga, dukungan untuk pasar saham dan properti serta upaya untuk meningkatkan pinjaman bank.
"Kami yakin deflasi akan terus berlanjut di Tiongkok, terutama berdasarkan pengalaman sebelumnya selama perang dagang," kata Becky Liu, kepala strategi makro China di Standard Chartered Bank, dikutip dari CNBC International
Ini dapat menjadi sentimen negatif bagi pasar keuangan Indonesia, karena artinya roda perekonomian China belum sepenuhnya pulih dan Indonesia cenderung akan terdampak mengingat China merupakan mitra dagang utama Indonesia.
Sementara itu dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) akan merilis data Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK). Indeks ini akan merepresentasikan optimisme konsumsi masyarakat di Indonesia.
Apabila hasilnya meningkat, maka daya beli dan kepercayaan konsumsi masyarakat dinilai positif namun apabila kembali menurun, maka yang terjadi adalah sebaliknya.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(chd/chd)
Saksikan video di bawah ini: