Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali dibuka di zona hijau pada awal perdagangan sesi I Jumat (17/10/2024), di tengah banyaknya sentimen global pada hari ini mulai dari bank sentral Eropa yang memangkas suku bunga, data tenaga kerja Amerika Serikat (AS), hingga pertumbuhan ekonomi China.
Pada pembukaan perdagangan hari ini, IHSG dibuka menguat 0,55% ke posisi 7.777,31. Selang lima menit setelah sesi I dibuka, penguatan IHSG cenderung terpangkas yakni menguat 0,41% ke 7.766,4. IHSG pun mencoba untuk menembus kembali level psikologis 7.800.
Nilai transaksi indeks pada awal sesi I hari ini sudah mencapai sekitar Rp 710 miliar dengan volume transaksi mencapai 1,4 miliar lembar saham dan sudah ditransaksikan sebanyak 65.154 kali.
Pergerakan IHSG di akhir pekan ini dipenuhi oleh kabar penting dari luar negeri. Mulai dari bank sentral Eropa (European Central Bank/ECB) yang memangkas suku bunga, data tenaga kerja AS, hingga pertumbuhan ekonomi China.
Semalam, ECB memangkas suku bunga untuk ketiga kalinya tahun ini, menyatakan bahwa inflasi di Zona Euro semakin terkendali meskipun prospek ekonomi blok tersebut semakin memburuk.
Pemotongan suku bunga berturut-turut untuk pertama kalinya dalam 13 tahun ini menandai pergeseran fokus ECB dari upaya menurunkan inflasi ke perlindungan pertumbuhan ekonomi, yang tertinggal jauh di belakang Amerika Serikat selama dua tahun terakhir.
"Kami percaya proses disinflasi berjalan dengan baik dan semua informasi yang kami terima dalam lima minggu terakhir mengarah ke arah yang sama - lebih rendah," kata Presiden ECB, Christine Lagarde dalam konferensi pers.
Lagarde tidak memberikan petunjuk tentang langkah-langkah selanjutnya, tetapi empat sumber yang dekat dengan masalah ini mengatakan kepada Reuters bahwa pemangkasan keempat kemungkinan akan terjadi pada Desember kecuali jika data ekonomi atau inflasi berubah dalam beberapa minggu mendatang.
Sedangkan di AS semalam, data klaim pengangguran turun sebanyak 19.000 pada pekan yang berakhir 12 Oktober, menandai penurunan terbesar dalam tiga bulan setelah mencapai puncak tertinggi dalam 14 bulan pada pekan sebelumnya.
Total klaim turun menjadi 241.000, jauh di bawah ekspektasi pasar sebesar 260.000. Penurunan ini terjadi setelah lonjakan klaim pada pekan sebelumnya, yang sebagian besar disebabkan oleh gangguan akibat Badai Helene dan Milton.
Meskipun terjadi penurunan, klaim tetap jauh lebih tinggi dari rata-rata yang terlihat awal tahun ini, mencerminkan pelemahan pasar tenaga kerja AS sejak mencapai puncaknya pasca pandemi.
Sementara itu pada hari ini, Para pelaku pasar juga akan mencermati China akan merilis pertumbuhannya untuk kuartal III-2024.
Produk domestik bruto (PDB) diperkirakan naik 4,5% pada kuartal ketiga dari tahun sebelumnya, melambat dari 4,7% pada kuartal kedua dan mencapai yang terlemah sejak kuartal pertama 2023, menurut jajak pendapat yang dilakukan antara 27 September dan 15 Oktober.
Sebelumnya pada kuartal II-2024 tercatat bahwa ekonominya tumbuh 4,7% (year-on-year/yoy). Ini adalah peningkatan tahunan terlemah sejak kuartal I-2023, di tengah penurunan sektor properti yang berkepanjangan, permintaan domestik yang lemah, melemahnya yuan, dan ketegangan perdagangan dengan Barat.
Angka terbaru ini muncul saat partai komunis memulai Pleno Ketiga, sebuah peristiwa politik penting di mana berbagai langkah reformasi kemungkinan akan diluncurkan, bersama dengan rekomendasi untuk tindakan dukungan lebih lanjut guna mempercepat pemulihan.
China mungkin menghimpun tambahan 6 triliun yuan (US$ 850 miliar) dari obligasi pemerintah khusus selama tiga tahun guna merangsang ekonomi yang sedang lesu.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(chd/chd)
Saksikan video di bawah ini:
Video: IHSG Bangkit Menguat Saat RI Alami Deflasi 5 Bulan Beruntun
Next Article IHSG Sesi I Lesu, Terancam Bakal Balik ke 7.100-an