IHSG Ditutup Balik Arah Menguat, Sudah 8 Hari Beruntun Bergairah

3 weeks ago 14

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil berbalik arah ke zona hijau pada akhir perdagangan Selasa (22/10/2024), setelah sempat bergerak di zona merah pada perdagangan sesi I hari ini.

IHSG ditutup menguat 0,21% ke posisi 7.788,98. Meski menguat, tetapi IHSG masih bertahan di level psikologis 7.700 pada hari ini.

Nilai transaksi indeks pada hari ini mencapai sekitar Rp 13 triliun dengan melibatkan 31 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 1,5 juta kali. Sebanyak 282 saham menguat, 299 saham terkoreksi, dan 216 saham stagnan.

Secara sektoral, sektor energi, industri, dan bahan baku menjadi penopang IHSG di akhir perdagangan hari ini yakni masing-masing mencapai 1,36%, 1,08%, dan 1,03%.

Sementara dari sisi saham, emiten energi baru terbarukan konglomerasi Prajogo Pangestu PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN), emiten teknologi PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO), dan emiten otomotif PT Astra International Tbk (ASII) menjadi penopang IHSG di akhir perdagangan hari ini yakni masing-masing mencapai 23 indeks poin, 9,2 indeks poin, dan 7,8 indeks poin.

IHSG berbalik arah ke zona hijau di sesi II, setelah pada sesi I hari ini sempat terkoreksi. Pasar tampaknya masih menanti program Quick Win atau program 100 hari Presiden. Yang dimana memakan anggaran sebesar Rp 121 triliun yang dimulai dari makan bergizi gratis hingga lumbung pangan nasional.

Penguatan IHSG kembali terjadi setelah menteri dan wakil menteri di Kabinet Merah Putih era Presiden dan Wakil Presiden Prabowo-Gibran resmi dilantik. Diketahui, ada 48 Menteri dan 55 wakil menteri di Kabinet Merah Putih.

Tak hanya itu saja, pada hari ini, beberapa utusan khusus, kepala badan negara, dan Dewan Ekonomi Nasional (DEN).

Di lain sisi, IHSG sempat terbebani oleh kabar dari China, di mana bank sentral China (People's Bank of China/PBoC) kembali memangkas suku bunga acuan pinjaman seperti yang diantisipasi pada penetapan bulanan pada Senin kemarin.

Hal ini terjadi menyusul penurunan suku bunga kebijakan lainnya pada bulan lalu sebagai bagian dari paket langkah stimulus untuk menghidupkan kembali perekonomian.

Suku bunga pinjaman pokok (Loan Prime Rate/LPR) satu tahun diturunkan sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 3,10%, dari sebelumnya di level 3,35%. Sementara LPR lima tahun dipotong dengan margin yang sama menjadi 3,6%, dari sebelumnya di level 3,85%. Suku bunga pinjaman terakhir dipotong pada Juli lalu.

Gubernur PBoC, Pan Gongsheng mengatakan pada forum keuangan minggu lalu bahwa suku bunga pinjaman akan turun sebesar 20 hingga 25 bps pada tanggal 21 Oktober.

PBoC mengumumkan pemotongan rasio persyaratan cadangan bank sebesar 50 bps dan suku bunga repo terbalik tujuh hari acuan sebesar 20 bps pada tanggal 24 September, memulai stimulus paling agresif sejak pandemi yang mencakup langkah-langkah untuk mendukung sektor properti yang sedang terpuruk dan meningkatkan konsumsi.

Stimulus tersebut demi menarik perhatian investor asing sehingga mendorong pasar saham China menjadi lebih menarik. Pasar saham yang lebih kuat secara berkelanjutan akan membantu Xi Jinping dalam menstabilkan ekonomi terbesar kedua di dunia tersebut.

Sayangnya, kabar dari China tersebut dapat menjadi sentimen negatif bagi pasar keuangan RI, karena dengan semakin longgarnya kebijakan pemerintah China di bidang ekonomi dan semakin membaiknya perekonomian China, maka investor asing cenderung akan kembali melirik pasar keuangan China.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]


(chd/chd)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Respons Positif Kabinet Prabowo, IHSG Menguat 7 Hari Beruntun

Next Article IHSG Ambruk Nyaris 1%, Balik Lagi ke Level 7.000

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|