Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau melemah pada akhihr perdagangan sesi I Selasa (22/10/2024),setelah selama tujuh hari beruntun menguat hingga berhasil kembali ke level psikologis 7.700.
Hingga pukul 12:00 WIB, IHSG melemah 0,23% ke posisi 7.755,07. IHSG masih bertahan di level psikologis 7.700.
Nilai transaksi indeks pada sesi I hari ini sudah mencapai sekitar Rp 6,7 triliun dengan melibatkan 16,8 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 960.321 kali. Sebanyak 237 saham menguat, 323 saham melemah, dan 228 saham cenderung stagnan.
Secara sektoral, sektor keuangan menjadi penekan IHSG di sesi I hari ini, yakni mencapai 0,65%.
Sementara dari sisi saham, tiga saham perbankan raksasa yakni PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menjadi penekan IHSG yakni masing-masing mencapai 11,5, 8,9, dan 8,2 indeks poin.
Berikut saham-saham penekan IHSG pada sesi I hari ini.
IHSG melemah setelah selama tujuh hari beruntun menguat hingga berhasil kembali ke level psikologis 7.700. IHSG juga melemah di hari perdana berjalannya pemerintahan Presiden Prabowo dalam Kabinet Merah Putih.
Pasar di dalam negeri kini menanti program Quick Win atau program 100 hari Presiden. Yang dimana memakan anggaran sebesar Rp 121 triliun yang dimulai dari makan bergizi gratis hingga lumbung pangan nasional.
Di lain sisi, tampaknya IHSG terbebani oleh sentimen dari China, di mana bank sentral China (People's Bank of China/PBoC) kembali memangkas suku bunga acuan pinjaman seperti yang diantisipasi pada penetapan bulanan pada Senin kemarin.
Hal ini terjadi menyusul penurunan suku bunga kebijakan lainnya pada bulan lalu sebagai bagian dari paket langkah stimulus untuk menghidupkan kembali perekonomian.
Suku bunga pinjaman pokok (Loan Prime Rate/LPR) satu tahun diturunkan sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 3,10%, dari sebelumnya di level 3,35%. Sementara LPR lima tahun dipotong dengan margin yang sama menjadi 3,6%, dari sebelumnya di level 3,85%. Suku bunga pinjaman terakhir dipotong pada Juli lalu.
Gubernur PBoC, Pan Gongsheng mengatakan pada forum keuangan minggu lalu bahwa suku bunga pinjaman akan turun sebesar 20 hingga 25 bps pada tanggal 21 Oktober.
PBoC mengumumkan pemotongan rasio persyaratan cadangan bank sebesar 50 bps dan suku bunga repo terbalik tujuh hari acuan sebesar 20 bps pada tanggal 24 September, memulai stimulus paling agresif sejak pandemi yang mencakup langkah-langkah untuk mendukung sektor properti yang sedang terpuruk dan meningkatkan konsumsi.
Stimulus tersebut demi menarik perhatian investor asing sehingga mendorong pasar saham China menjadi lebih menarik. Pasar saham yang lebih kuat secara berkelanjutan akan membantu Xi Jinping dalam menstabilkan ekonomi terbesar kedua di dunia tersebut.
Sayangnya, kabar dari China tersebut dapat menjadi sentimen negatif bagi pasar keuangan RI, karena dengan semakin longgarnya kebijakan pemerintah China di bidang ekonomi dan semakin membaiknya perekonomian China, maka investor asing cenderung akan kembali melirik pasar keuangan China.
CNBC INDONESIA RESEARCH
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.(chd/chd)
Saksikan video di bawah ini: