Jakarta, CNBC Indonesia - Lagi-lagi bursa saham Amerika Serikat (AS) kompak dibuka melemah pada awal perdagangan. Anjloknya Wall Street disebabkan melesatnya imbal hasil Treasury AS sehingga para investor mulai melakukan aksi taking profit dari saham di tengah IMF menaikkan perkiraan pertumbuhan ekonomi AS.
Pada awal perdagangan Selasa (22/10/2024), Dow Jones dibuka melemah 0,13% di level 42.876,84 begitu juga dengan S&P 500 dibuka lebih rendah 0,44% di level 5.828, diikuti dengan Nasdaq yang bergerak turun 0,48% di level 18.451,86.
Imbal hasil Treasury AS 10 tahun melesat 2,76% nyaris menyentuh level 4,2% pada perdagangan Senin (21/10/2024). Hingga perdagangan berjalan saat ini, imbal hasil Treasury AS masih bertahan di level yang cukup tinggi, mendorong investor saham melarikan dananya ke imbal hasil Treasury.
Investor kini juga tengah menganalisis serangkaian hasil kinerja perusahaan di bursa AS untuk mengukur kesehatan perusahaan-perusahaan besar di pasar Wall Street.
Adapun, Dana Moneter Internasional (IMF) pada hari Selasa menaikkan perkiraan pertumbuhan ekonomi 2024 untuk AS, Brasil, dan Inggris, akan tetapi memangkasnya untuk China, Jepang, dan zona euro, seraya menambahkan bahwa risiko berlimpah dari konflik bersenjata, potensi perang dagang baru, dan dampak dari kebijakan moneter yang ketat.
Prospek Ekonomi Dunia terbaru IMF mengatakan perubahan tersebut akan membuat pertumbuhan PDB global 2024 tidak berubah dari 3,2% yang diproyeksikan pada bulan Juli, yang menciptakan nada yang lesu untuk pertumbuhan saat para pemimpin keuangan dunia berkumpul di Washington pada minggu ini untuk pertemuan tahunan IMF dan Bank Dunia.
Pertumbuhan global diproyeksikan menjadi 3,2% pada tahun 2025, sepersepuluh poin persentase lebih rendah dari perkiraan pada bulan Juli, sementara pertumbuhan jangka menengah diperkirakan akan memudar menjadi 3,1%, jauh di bawah tren sebelum pandemi, menurut laporan tersebut.
IMF merevisi perkiraan pertumbuhan ekonomi AS tahun 2024 naik dua persepuluh poin persentase menjadi 2,8% terutama karena konsumsi yang lebih kuat dari perkiraan yang didorong oleh kenaikan upah dan harga aset. Pemberi pinjaman global tersebut juga menaikkan prospek pertumbuhan ekonomi AS tahun 2025 sebesar tiga persepuluh poin persentase menjadi 2,2%, sehingga sedikit menunda kembalinya tren pertumbuhan.
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(saw/saw)
Saksikan video di bawah ini: