Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah sudah dua hari beruntun melemah dan dolar berbalik menyentuh ke atas level Rp15.500/US$.
Melansir data Refinitiv, pada perdagangan Selasa (22/10/2024) rupiah ditutup melemah 0,42% terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di posisi Rp15.555/US$.
Melemahnya rupiah terhadap dolar AS terjadi usai lonjakan pada indeks dolar AS hingga imbal hasil Treasury AS 10 tahun. Indeks dolar AS tercatat bertengger di level psikologis 104, sementara imbal hasil Treasury AS 10 tahun mampu menyentuh level 4,22%.
Indeks terbang ke level tertinggi sejak awal Agustus 2024. Sementara itu, imbal hasil US Treasury tenor 10 tahun juga melesat ke posisi tertinggi sejak akhir Juli 2024.
Lonjakan indeks dolar dan imbal hasil US Treasury ini bisa berdampak negatif ke IHSG dan rupiah. Tingginya imbal hasil US Treasury bisa menarik kembali dana asing yang ada di Indonesia kembali ke pasar AS. Kenaikan indeks dolar AS juga mencerminkan jika dolar AS tengah diburu sehingga mata uang lain melemah.
Akibatnya aliran dana asing akan berpotensi beralih kembali masuk ke AS karena imbal hasil yang meningkat cukup menggiurkan bagi para investor.
Data terbaru yang dirilis periode 14-17 Oktober 2024 oleh Bank Indonesia (BI) menunjukkan bahwa sebesar Rp1,09 triliun investor asing keluar dari pasar keuangan domestik. Sebagian besar arus keluar dari Sertifikat Rupiah Bank Indonesia (SRBI) sebesar Rp5,31 triliun.
Lebih lanjut, pasar masih menunggu kebijakan ekonomi dan strategi yang diambil oleh jajaran tim ekonomi yang baru terbentuk.
Sebagai informasi, pada Selasa pagi (22/10/2024), Prabowo melantik Ketua Mahkamah Agung, sejumlah kepala badan, staf khusus, penasihat khusus, hingga penasihat presiden di Istana Negara Jakarta. Sementara sebelumnya, ia melantik menteri dan wakil menteri (wamen).
Pelaku pasar masih memantau langkah-langkah baru yang diharapkan mampu memperbaiki keadaan ekonomi, terutama masalah korupsi serta swasembada pangan.
Namun, arah kebijakan yang akan diambil oleh kabinet baru ini nampak tidak bisa dipastikan, sehingga menimbulkan kehati-hatian di kalangan pelaku pasar. Hal ini tercermin pada melemahnya nilai tukar garuda.
Sementara itu, ada sentimen terkait proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia dan Indonesia dari laporan World Economic Outlook Oktober 2024 IMF yang potensi mempengaruhi pasar hari ini.
Laporan tersebut menunjukkan jika ekonomi dunia masih diliputi ketidakpastian meskipun inflasi sudah jauh melandai.
IMF tetap mempertahankan pertumbuhan ekonomi global di angka 3,2% untuk 2024 dan 2025. Tingkat inflasi secara global diperkirakan mencapai 3,5% pada akhir 2025.
"Pertumbuhan ekonomi (dunia) diproyeksikan tetap stabil di 3,2% pada 2024 dan 2025. Namun, di beberapa negara, terutama negara berkembang berpendapatan rendah, telah mengalami revisi pertumbuhan yang cukup besar, yang sering kali disebabkan oleh eskalasi konflik," demikian tulis laporan tersebut.
Bank Dunia juga tetap mempertahankan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,0% untuk tahun ini dan 5,1% . IMF bahkan masih mempertahankan proyeksi ekonomi Indonesia untuk 2029 di angka 5,1%. Artinya, hingga pemerintahan Prabowo berakhir, ekonomi Indonesia hanya tumbuh di kisaran 5%.
Teknikal Rupiah
Pergerakan rupiah dalam melawan dolar AS terpantau berbalik arah sideways atau terkonsolidasi dengan posisi level psikologis Rp15.500/US$ yang bertepatan dengan garis rata-rata selama 200 jam atau MA200 menjadi support atau potensi penguatan terdekat.
Sementara itu, jika pergerakan rupiah masih lanjut melemah maka perlu diantisipasi resistance terdekat di Rp15.580/US$. Posisi ini didapatkan dari high candle intraday yang pernah disentuh 14 Oktober 2024.
Foto: Tradingview
Pergerakan rupiah melawan dolar AS
CNBC INDONESIA RESEARCH
(tsn/tsn)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Mau Dolar AS ke Bawah Rp15.000 di Akhir Tahun? Ini Syaratnya
Next Article Masih 'Sulit' Lawan Dolar AS, Rupiah Kapan Ke Bawah Rp.15.500/USD?