Investor Waswas Tunggu Data Penting China, IHSG Dibuka Menguat

2 months ago 29

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka cenderung menguat pada awal perdagangan sesi I Senin (14/10/2024), di mana pasar cenderung memantau data inflasi terbaru China yang tumbuh di bawah ekspektasi pasar.

Pada pembukaan perdagangan hari ini, IHSG dibuka menguat 0,26% ke posisi 7.540,24. Selang empat menit setelah sesi I dibuka, penguatan IHSG sedikit meningkat yakni menguat 0,28% ke 7.541,43.

Nilai transaksi indeks pada awal sesi I hari ini sudah mencapai sekitar Rp 413 miliar dengan volume transaksi mencapai 738 juta lembar saham dan sudah ditransaksikan sebanyak 54.287 kali.

Pergerakan IHSG pada hari ini cenderung diwarnai oleh sentimen pasar dari global dan dalam negeri. Dari global, pasar akan memantau rilis data inflasi terbaru China yang pertumbuhannya berada di bawah ekspektasi pasar dan pasar berharap investor asing kembali memburu pasar keuangan RI.

Sebelumnya Minggu kemarin, laju kenaikan inflasi di China melambat pada September 2024. Keadaan itu menjadi sinyal bahwa permintaan konsumen di China pun masih rapuh sepanjang bulan lalu.

Biro Statistik Nasional (NBS) China mencatat indeks harga konsumen (IHK) meningkat 0,4% secara tahunan (year-on-year/yoy) pada September 2024.

Data IHK yang menjadi tolok ukur utama inflasi itu turun dari Agustus 2024 sebesar 0,6%. Angka itu juga di bawah perkiraan 0,6% dari survei pasar oleh Reuters.

Melambatnya inflasi itu terjadi ketika pemerintah setempat berupaya untuk meningkatkan aktivitas domestik dan menopang sektor properti China yang sedang terpuruk.

Padahal pada Sabtu lalu, pejabat China baru saja mengumumkan rencana paket stimulus fiskal yang signifikan. Menteri Keuangan China menjelaskan paket stimulus itu merupakan yang terbesar selama beberapa tahun terakhir.

China juga disebut bersiap menerbitkan obligasi khusus untuk memperkuat perbankan sekaligus menopang pasar properti dan meringankan utang pemerintah daerah.

Pada waktu yang sama, bank-bank besar di China berjanji akan menurunkan suku bunga hipotek atau kredit mulai 25 Oktober.

Deretan langkah ini menjadi bagian dari deretan tindakan yang dilakukan China untuk mengatasi krisis sektor properti selama bertahun-tahun dan rendahnya konsumsi dari masyarakat.

Inflasi China yang melambat tentunya menjadi harapan pasar di Indonesia bahwa asing akan kembali memburu pasar keuangan RI, karena stimulus ekonomi yang akan diberikan oleh pemerintah China tak kunjung diberlakukan.

Namun, minimnya sentimen pasar pada hari ini membuat volatilitas IHSG masih cenderung tinggi. Tetapi di pekan ini, sejatinya sentimen pasar cukup ramai.

Dari dalam negeri, pada Selasa besok, Badan Pusat Statistik (BPS) akan merilis data neraca perdagangan, ekspor, dan impor untuk periode September 2024.

Sebelumnya, neraca perdagangan Indonesia Agustus 2024 mengalami surplus US$2,89 miliar. Ini adalah surplus 52 bulan beruntun sejak Mei 2020. Surplus ini dihasilkan oleh nilai ekspor tercatat tumbuh 5,97% mencapai US$23,56 miliar, sementara impor lebih rendah sebesar US$20,67 miliar.

Pudji Ismartini, Deputi Bidang Distribusi dan Jasa BPS mengungkapkan surplus ini meningkat US$2,4 miliar secara bulanan (month-to-month/mtm) dari Juli 2024. Namun, surplus ini masih lebih rendah dibandingkan bulan yang sama tahun lalu.

"Surplus neraca perdagangan Agustus 2024 ini lebih ditopang surplus komoditas nonmigas US$4,34 miliar dengan komoditas penyumbang utama adalah bahan bakar mineral atau HS 27 kemudian lemak hewan atau nabati HS 15 serta besi dan baja atau HS 72," papar Pudji, Selasa (17/9/2024).

Tak hanya itu saja, Bank Indonesia (BI) juga akan mengadakan Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada Selasa hingga Rabu pekan ini dan hasilnya akan diumumkan pada Rabu mendatang.

Sebelumnya pada September 2024, BI memutuskan untuk memangkas suku bunganya sebesar 25 basis poin (bps) dari 6,25% ke 6%.

"Keputusan itu konsisten dengan tetap rendahnya prakiraan inflasi pada 2024 dan 2025 yang terkendali dalam sasaran yang ditetapkan pemerintah 2,5 plus minus 1% penguatan stabilitas nilai tukar rupiah dan perlunya upaya untuk memperkuat pertumbuhan ekonomi nasional ke depan," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers, Rabu (18/9/2024).

CNBC INDONESIA RESEARCH


(chd/chd)

Saksikan video di bawah ini:

Video: IHSG Bangkit Menguat Saat RI Alami Deflasi 5 Bulan Beruntun

Next Article IHSG Ambruk Nyaris 1%, Balik Lagi ke Level 7.000

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|