Jakarta, CNBC indonesia - Citibank, N.A., Indonesia (Citi Indonesia) buka suara soal pihaknya yang memiliki piutang macet hingga US$35,83 juta atau sekitar Rp565,04 miliar yang masih tersangkut di Emiten tekstil PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL).
CEO Citi Indonesia Batara Sianturi mengatakan pihaknya sudah lama mengantisipasi risiko kredit macet tersebut dengan mencadangkan biaya provisi. Dengan kata lain, kredit macet di Sritex tidak akan berpengaruh ke rasio nonperforming loan (NPL) di Citi Indonesia.
"kalau kita lihat, net NPL dari Citi adalah 0%. berarti itu sebelumnya sudah full provisi, jadi provisi itu sudah dilakukan di tahun-tahun yang lama, karena net NPL-nya nol," ungkap Batara dalam Konferensi Pers Public Expose Citi Indonesia di Jakarta, Rabu, (13/11/2024).
Bila melihat laporan publikasi terakhir, Citi Indonesia mencatatkan NPL nett per Semester II-2024 sebesar 0% membaik dari semester tahun lalu sebesar 0,31%. Sementara NPL gross tercatat sebesar 3,39%, naik dari tahun lalu 2,89%.
Lebih jauh, Sujanto Su, Chief Financial Officer Citi menegaskan, utang Sritex tersebut tidak akan berpengaruh ke kinerja laba tahun ini. "Secara NPL net tadi, jadi di pembukaan kita sudah fully provision, sehingga tidak akan mempengaruhi kinerja kami di tahun ini," terangnya.
Diketahui, Citi menjadi satu dari 28 bank yang kreditnya tersangkut di Sritex.
Sementara itu, sebagaimana diberitakan sebelumnya, Pengadilan Negeri (PN) Niaga Semarang menyatakan perusahaan tekstil PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) atau Sritex pailit.
Hal ini tertuang dalam putusan dengan nomor perkara 2/Pdt.Sus-Homologasi/2024/PN Niaga Smg.
Dalam putusan tersebut, Sritex, PT Sinar Pantja Djaja, PT Bitratex Industries, dan PT Primayudha Mandirijaya telah lalai dalam memenuhi kewajiban pembayarannya kepada PT Indo Bharat Rayon, selaku pemohon, berdasarkan Putusan Homologasi tanggal 25 Januari 2022.
Adapun liabilitas SRIL tercatat sebesar US$1,6 miliar atau sekitar Rp 25,01 triliun, sementara ekuitasnya telah mencatatkan defisiensi modal sebesar -US$ 980,56 juta.
Mengacu pada laporan keuangan per semester I-2024, liabilitas SRIL didominasi oleh liabilitas jangka panjang, dengan perolehan sebesar US$1,47 miliar. Sementara liabilitas jangka pendeknya tercatat sebesar US$131,42 juta.
Adapun utang bank menjadi salah satu pos paling besar yang menyumbang liabilitas jangka panjang SRIL, dengan nilai sebesar US$809,99 juta atau sekitar Rp12,66 triliun.
(mkh/mkh)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Pak Prabowo, Impor Ilegal "Biang Kerok" Masalah Bisnis Tekstil
Next Article Waduh, Citigroup Jadi Tempat Favorit Kriminal Cuci Uang