Krisis Properti Bikin Warga China Miskin dan Tak Bisa Pindahkan Uang

1 month ago 26

Jakarta, CNBC Indonesia - Warga China semakin banyak yang memindahkan uang mereka ke luar negeri secara ilegal di tengah krisis properti dan ketidakpastian ekonomi. Kontrol ketat terhadap aliran modal membuat proses ini semakin sulit, dengan batas pembelian valuta asing sebesar US$50.000 atau sekitar Rp 779,15 juta per tahun.

Melansir The Wall Street Journal, pengalihan kekayaan besar-besaran ini jauh melebihi arus modal keluar yang terjadi pada 2015 dan 2016. sekitar US$ 254 miliar diduga telah keluar secara ilegal dalam empat kuartal hingga Juni.

Sebagian dari dana ini diduga merupakan pendapatan ekspor yang disimpan di luar negeri untuk memanfaatkan peluang investasi yang lebih baik. Namun, tren ini menambah tekanan pada mata uang yuan di tengah upaya pemerintah untuk menjaga stabilitasnya.

Kepercayaan terhadap jalur ekonomi China semakin menurun di kalangan mereka yang memiliki kekayaan. Mereka menggunakan berbagai cara, termasuk mengirimkan barang berharga atau memanfaatkan mata uang kripto, untuk menghindari kontrol modal.

Pandemi Covid-19 dan pengetatan pemerintah terhadap sektor swasta turut memicu arus modal keluar. Pertumbuhan ekonomi China diperkirakan akan melambat menjadi sekitar 3% pada akhir dekade ini, turun dari sekitar 5% saat ini.

Kebijakan stimulus terbaru Beijing kemungkinan akan meningkatkan pertumbuhan tahun ini, tetapi belum jelas apakah dampaknya akan bertahan lama. China juga menghadapi tantangan besar jangka panjang, termasuk populasi yang menua dan konflik dengan negara-negara Barat.

Pemerintah berusaha menindak pelanggaran aturan aliran modal dan memperingatkan bahwa pelanggar akan dihukum berat. Pada September, polisi di Beijing menangkap sekelompok orang yang memindahkan 800 juta yuan ke luar negeri melalui perdagangan mata uang kripto.

Meski demikian, pelanggaran terus terjadi, menunjukkan keinginan kuat warga untuk mendapatkan keuntungan lebih besar di luar China. Beberapa investor kini melihat saham domestik sebagai alternatif investasi yang lebih menarik, meskipun tantangan ekonomi tetap ada.

Sementara itu, banyak yang menggunakan cara-cara kreatif, seperti mendirikan perusahaan cangkang di luar negeri atas nama anggota keluarga. Mereka juga memanfaatkan seni dan mata uang kripto untuk memindahkan uang secara diam-diam.

Cara lain yang populer adalah dengan melelang karya seni di luar negeri dan menahan hasilnya di luar China. Dari Hong Kong, yang tidak memiliki kontrol modal, uang tersebut kemudian ditransfer ke tempat lain.

Meskipun perdagangan mata uang kripto dilarang di China, warga tetap dapat membuat dompet kripto. Mereka menggunakan mata uang China untuk membeli aset kripto yang kemudian diubah menjadi dolar di luar negeri.

Aliran modal keluar dari China dulu lebih mudah dilacak melalui data neraca pembayaran. Namun, perubahan metode perhitungan pada 2022 membuat data tersebut menjadi lebih sulit dianalisis.

Meski begitu, analis menemukan bahwa pengalihan modal keluar tetap terjadi dalam skala besar. Estimasi terbaru menunjukkan sekitar $200 miliar modal telah keluar dalam empat kuartal hingga Juni.

Administrasi Negara China untuk Pertukaran Valuta Asing membantah adanya pelanggaran modal besar-besaran. Mereka mengklaim bahwa kesenjangan statistik yang ada tidak menunjukkan adanya pelarian modal.

Namun, para ekonom percaya bahwa modal tetap keluar dari China secara ilegal. Hal ini didorong oleh keinginan investor untuk mencari imbal hasil yang lebih tinggi di luar negeri.


(fsd/fsd)

Saksikan video di bawah ini:

Video: DP Rumah 0% Diperpanjang ke 2025, Cuan Bagi Sektor Properti?

Next Article Duh! Adidas Tersangkut Skandal, Pegawai di China Gelapkan Jutaan Dolar

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|