Lanjut Melambung Tinggi, Harga Bitcoin Cetak Rekor US$ 88.000

1 month ago 16

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar kripto kompak mengalami penguatan hari ini (12/11/2024) bahkan Bitcoin kembali mencetak all time high (ATH).

Merujuk dari CoinMarketCap pada Selasa (12/11/2024) pukul 06:15 WIB, pasar kripto kompak mengalami penguatan. Bitcoin naik 11% ke US$ 88.234,11 dan secara mingguan masih berada di zona positif 31,59%.

Ethereum terapresiasi 5,31% dalam 24 jam terakhir dan dalam sepekan naik 39,81%.

Solana menguat 5,25% secara harian dan dalam sepekan melonjak 40,16%.

Begitu pula dengan Dogecoin yang menanjak 20,82% dalam 24 jam terakhir dan dalam tujuh hari terakhir melambung tinggi 109,93%.

CoinDesk Market Index (CMI) yang merupakan indeks untuk mengukur kinerja tertimbang kapitalisasi pasar dari pasar aset digital naik 8,48% ke angka 3.233,27 Open interest terapresiasi 8,82% di angka US$98,94 miliar.

Sedangkan fear & greed index yang dilansir dari coinmarketcap.com menunjukkan angka 79 yang menunjukkan bahwa pasar berada di fase greed dengan kondisi ekonomi dan industri kripto saat ini.

Dikutip dari coingape.com, harga Bitcoin (BTC) menyentuh rekor tertinggi sepanjang masa di angka US$88.000. Hal ini menjadi pergerakan signifikan bagi mata uang kripto tersebut. Dengan pergerakan ini, BTC telah memasuki fase "price discovery" yang masih cukup belum terpetakan dalam trajektori masa depannya.

Menurut analis, jika Bitcoin terus mempertahankan zona permintaan dan menghindari breakdown dari pola double-top, maka rally yang kuat mungkin akan terjadi.

Mata uang kripto terbesar ini juga telah mencapai kapitalisasi pasar sebesar US$1,7 triliun, menambah US$1 triliun dalam setahun terakhir. Hal ini menjadikan BTC lebih besar daripada semua perusahaan publik di dunia, kecuali enam perusahaan terbesar.

Pencapaian rekor ini telah terjadi selama beberapa hari setelah kemenangan pemilihan Donald Trump dan pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin oleh bank sentral AS (The Fed). Bahkan pada hari Senin saja, Bitcoin sudah mencapai rekor tertingginya tiga kali.

Perubahan politik dan ekonomi ini telah membangkitkan kembali minat investor terhadap BTC, mendorong harga ke wilayah yang belum pernah dijelajahi sebelumnya. Ini terjadi setelah rekomendasi berani dari Bernstein and Co., salah satu manajer aset paling terkemuka yang mengelola aset senilai US$725 miliar, untuk meningkatkan eksposur terhadap BTC dan mata uang kripto lainnya seiring dengan meningkatnya inflasi dan tumbuhnya minat institusional.

Analis Bernstein meyakini bahwa BTC akan berkembang sebagai aset lindung nilai atau "emas digital" selama masa gejolak ekonomi. Mereka memperkirakan aset ETF kripto dapat meningkat dari US$60 miliar menjadi US$190 miliar pada 2025, yang akan mendorong permintaan dan likuiditas.

Didorong oleh permintaan institusional yang terus berkembang dan pasokan yang terbatas, kripto ini bisa mencapai US$200.000 pada 2025. ETF Bitcoin spot juga akan mendorong pertumbuhan dengan menarik investor institusional yang masih ragu-ragu.

Melihat jangka panjang, Bernstein memproyeksikan bahwa koin ini bisa mencapai US$1 juta pada 2033, didorong oleh perannya sebagai aset lindung nilai. Perkembangan pasar, dengan masuknya pemain besar seperti BlackRock dan Fidelity, menunjukkan adopsi yang semakin berkembang dan legitimasi untuk aset digital.

Namun pandangan lain yakni CEO CryptoQuant, Ki Young Ju, percaya bahwa Bitcoin bisa menutup tahun ini sedikit di bawah US$59.000, karena dia menganggap pasar futures kripto saat ini sedang overheat.

"Saya memperkirakan akan ada koreksi karena indikator pasar futures BTC sudah terlalu panas, namun kita sekarang memasuki fase penemuan harga/price discovery, dan pasar malah semakin memanas," ujarnya. "Jika koreksi dan konsolidasi terjadi, maka rally bullish bisa berlanjut; namun, menurut pendapat saya, rally yang kuat di akhir tahun bisa mempersiapkan pasar untuk kondisi bearish pada 2025."

CNBC INDONESIA RESEARCH


(rev/rev)

Saksikan video di bawah ini:

Trump Presiden Lagi, Pasar Keuangan RI Masih Jadi Destinasi Investasi?

Next Article AS Jadi 'Dalang' Anjloknya Kripto Hari Ini, BTC Sentuh US$ 67.000

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|